Sukses

Suasana Salat Iduladha di Gaza Utara, Jemaah Gelar Sejadah di Antara Rerentuhan Bangunan

Salah seorang warga Gaza bercerita merayakan Iduladha dengan berkabung, karena ia baru kehilangan anaknya akibat serangan militer Israel. Perayaan Hari Raya Kurban di wilayah kantong Palestina itu dinilai "relatif tenang."

Liputan6.com, Jakarta - Suara takbir perayaan Iduladha menggema di tengah nelangsa warga Gaza Utara yang terpaksa melewati hari raya tersebut dalam bayang-bayang serangan militer Israel. Tidak bisa memenuhi ruangan masjid yang porak-poranda karena perang, jemaah membentuk saf salat Iduladha dengan menggelar sajadah mereka di atas tanah tidak beratap.

Setidaknya itulah yang terlihat dalam sebuah video yang dibagikan akun Instagram @eye.on.palestine, Minggu, 16 Juni 2024. "Salat ied di utara Jalur Gaza," tulis akun itu sebagai keterangan unggahan. Warga Gaza tampak melaksanakan salat Iduladha di antara rerentuhan bangunan akibat serangan tentara Israel. Sementara rekaman dominan memperlihatkan jemaah pria, ada juga sejumlah perempuan di barisan belakang yang turut beribadah.

Kolom komentar unggahan itu langsung diserbu banyak doa dari warganet. "Israel boleh saja menghancurkan masjid, tapi tidak iman warga Gaza. Semoga kemerdekaan Gaza dapat diraih tidak lama lagi," harap seorang pengguna Instagram.

Dalam Bahasa Indonesia, warganet menulis, "Mereka bukan lagi memikirkan soal baju baru, tapi bagaimana sholat dengan tenang😭 Semoga Allah senantiasa menjaga kalian semua dan diberikan kesabaran tiada batas 🥹." "Saya belum pernah melihat ketegaran seperti ini di komunitas mana pun di muka Bumi. Bebaskan Palestina ❤️🖤🤍💚," timpal yang lain.

"Insya Allah, di hari raya berikutnya, Palestina sudah merdeka," tulis seorang warganet. "Apakah kalian senang melihat ini, wahai para pemimpin Arab? Semoga Tuhan mengutuk kalian dengan seribu kutukan. Cukuplah Allah bagiku, dan Dialah sebaik-baik pengatur urusan di antara kamu," ungkap pengguna berbeda.

2 dari 4 halaman

Hari Iduladha yang Relatif Tenang

AFP melaporkan, dikutip dari France24, Senin (17/6/2024), Gaza mengalami hari yang relatif tenang dalam beberapa bulan terakhir Minggu, 16 Juni 2024. Ini terjadi setelah militer Israel mengatakan "menghentikan" pertempuran harian di sekitar rute selatan untuk memfasilitasi aliran bantuan, menyusul peringatan berulang kali PBB mengenai kelaparan di sana.

"Dibandingkan hari-hari sebelumnya, hari ini, hari pertama Iduladha, dianggap hampir tenang dan ketenangan terjadi di seluruh Gaza," kata Mahmud Basal, juru bicara badan pertahanan sipil di Gaza, pada AFP. Ia menyebut, pengecualian ada di "beberapa sasaran" di wilayah Shujaiya dan Zeitun di Kota Gaza, serta tembakan artileri Israel di Rafah, Gaza selatan.

Koresponden AFP di bagian utara dan tengah Gaza melaporkan tidak ada pertempuran pada Minggu pagi. Namun demikian, mereka melaporkan beberapa penembakan dan setidaknya satu serangan di Rafah, serta serangan udara di Gaza tengah pada Minggu sore.

Anak-anak termasuk di antara korban luka dan tewas akibat serangan di kamp pengungsi Bureij, menurut gambar kantor berita tersebut. Seorang petugas medis dengan cepat "memukul" dada salah satu pasien, mencoba melakukan resusitasi, ketika ambulans tiba di rumah sakit di kota Deir al-Balah.

3 dari 4 halaman

Apa Bahan Kebutuhan Pokok yang Dibutuhkan Warga Gaza?

Pengumuman mengenai "penghentian aktivitas militer secara lokal dan taktis" di daerah Rafah terjadi sehari setelah delapan tentara Israel tewas dalam ledakan di dekat kota paling selatan dan tiga tentara lainnya tewas di tempat lain. Ini adalah salah satu kerugian terbesar mereka dalam lebih dari delapan bulan perang melawan Hamas.

"Sejak (Minggu) pagi ini, kami tiba-tiba merasakan ketenangan tanpa ada tembakan atau bom… Ini aneh," kata Haitham al-Ghura (30) dari Kota Gaza. PBB menyambut baik langkah Israel, meski "hal ini belum berarti lebih banyak bantuan menjangkau orang-orang yang membutuhkan," kata Jens Laerke, juru bicara badan kemanusiaan PBB OCHA.

Ia menyerukan "tindakan konkret lebih lanjut oleh Israel untuk mengatasi masalah yang sudah berlangsung lama," mengenai kebutuhan bantuan kemanusiaan. Warga Gaza "sangat membutuhkan makanan, air, sanitasi, tempat tinggal, dan layanan kesehatan."

"Banyak di antara mereka yang tinggal di dekat tumpukan sampah, sehingga meningkatkan risiko kesehatan," kata Laerke. "Kita harus bisa menyalurkan bantuan dengan aman ke seluruh Gaza."

4 dari 4 halaman

Kondisi Memperburuk Kekurangan Kebutuhan Pokok di Gaza

Kekurangan makanan dan kebutuhan pokok lain di Jalur Gaza telah diperburuk pembatasan akses darat. Juga, penutupan perbatasan utama Rafah dengan Mesir sejak pasukan Israel merebut wilayah Palestina pada awal Mei 2024.

Militer Israel mengatakan, jeda tersebut berlaku sebagai bagian dari upaya "meningkatkan volume bantuan kemanusiaan" setelah berdiskusi dengan PBB dan organisasi lain.  Komandan militer Israel di wilayah selatan, Mayor Jenderal Yaron Finkelman, mengatakan pada pasukannya di Rafah pada Minggu bahwa mereka "merendahkan" brigade Hamas di sana.

"Kami akan bertindak dan melanjutkannya sampai kami mengalahkannya," ia menyambung. Abu Obaida, juru bicara sayap militer Hamas, bersumpah "melanjutkan serangan menyakitkan terhadap musuh di mana pun mereka berada."

Di sisi lain, Iduladha tidak berlangsung dengan kegembiraan yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. "Kami tidak merasakan kegembiraan seperti biasanya saat Iduladha," kata Umm Muhammad al-Katri di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. "Saya datang untuk salat ied dengan berkabung. Saya kehilangan anak saya."