Liputan6.com, Jakarta - Lagi, kebakaran hutan melanda kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dilaporkan telah menurunkan petugas untuk mengecek dan memadamkan titik api pada Senin pagi, 17 Juni 2024.
Melansir Antara, Selasa (18/6/2024), Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNGR Budi Soesmardi mengatakan, kebakaran itu terjadi pada Minggu sore, 16 Juni 2024, waktu setempat. Titik api diduga berasal dari Danau Segara Anak, sementara penyebab kebakaran belum bisa dipastikan.
"Lokasi diperkirakan di jalur pendakian Aik Berik Lombok Tengah," katanya.
Advertisement
Berdasarkan monitoring dan prediksi curah hujan dasarian, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), delapan daerah di NTB berpotensi mengalami kekeringan meteorologis. Itu merupakan dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Anggitya Pratiwi mengatakan, potensi daerah level siaga kekeringan terjadi di Kabupaten Dompu (Kecamatan Kempo, Kilo, Pajo) dan Kabupaten Bima (Kecamatan Belo, Donggo, Lambitu Palibelo, Wawo, Wera).
Kemudian, Kota Bima (Kecamatan Raba, Rasanae Timur), Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Lembar), Lombok Timur (Kecamatan Sambelia), Kabupaten Lombok Utara (Kecamatan Bayan), Sumbawa (Kecamatan Labuhan Badas, Lape, Moyohilir, Sumbawa, Unter Iwes), serta Kabupaten Sumbawa Barat di Kecamatan Jereweh.
Memasuki musim kemarau, warga NTB diimbau menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
Kebakaran Lahan Sebelumnya di Gunung Rinjani
Akhir tahun lalu, kebakaran lahan sudah dilaporkan dari kaki Gunung Rinjani, Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Berdasarkan keterangan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima Lifestyle Liputan6.com, 3 November 2023, titik api terpantau sejak 2 November 2023, pukul 07.30 WITA.
Kebakaran itu telah menghanguskan 95 hektare Hutan Gomongan. Pemadaman diupayakan menggunakan air yang bersumber dari pemerintah desa. Upaya pengendalian dilakukan dengan cara membuat ilaran di sekitar lokasi kaki gunung guna memperkecil kemungkinan meluasnya titik api.
Sementara, upaya pengamanan dilakukan tim gabungan yang terdiri dari anggota TNI dan Polri. Di sisi lain, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTN Gunung Rinjani) meminta para pendaki tetap berhati-hati dan waspada menyusul kebakaran hutan di areal Resort Sembalun, SPTN wilayah II TMGR.
"Para pengunjung dimohon agar bijak dalam menggunakan perapian dan sebelum meninggalkan area camping, pastikan perapian sudah padam sempurna," demikian pernyataan pihak balai di akun Instagram @btn_gn_rinjani.
Advertisement
Memantau Titik Api di Kaki Gunung Rinjani
Pihak balai sebelumnya melaporkan bahwa Kasatnit Perlindungan dan Pengamanan SPTN II TNGR memantau titik api sejak 31 Oktober 2023. Tim Terpadu Dalkarhutla mencoba mengendalikan kebakaran hutan yang terjadi, tapi hingga 1 November 2023, api belum bisa dipadamkan.
"Penyebab kebakaran masih belum diketahui secara pasti. Adapun jenis vegetasi yang terbakar di antaranya semak, perdu, rumput dan dedaunan kering, pohon, pohon bakbakkan, cemara gunung, saropan, dll," demikian keterangan BTN Gunung Rinjani lewat Instagram pada 1 November 2023.
Dilansir dari Antara, BTN Gunung Rinjani mengungkap saat itu masih terdapat lima titik api di sebelah utara atas lereng kawasan kebakaran lahan Gunung Rinjani. "Berdasarkan hasil pengamatan visual dengan drone, serta digitalisasi melalui aplikasi pemetaan lokasi, titik api berada pada jarak 7,5 kilometer dari pemukiman warga terdekat dan berjarak 3,4 kilometer dari jalur pendakian resort Sembalun," kata Tim Penanggung Jawab Kebakaran Lahan TNGR Lalu Santawana.
"Api belum bisa padam semua, karena kondisi lokasi titik api tersebut yang menyebabkan laju api cukup kencang, serta kondisi topografi yang curam dan terjal," katanya.
Pendakian Gunung Terdampak Karhutla
Sementara itu, setelah tutup hampir setahun akibat karhutla, pendakian Gunung Arjuno-Welirang telah dibuka lagi pada Sabtu, 15 Juni 2024, lapor kanal Surabaya Liputan6.com. Kepala UPT Tahura Raden Soerjo Ahmad Wahyudi menjelaskan, pada tahap awal pembukaan pendakian gunung itu akan diutamakan bagi para pendaki yang telah melakukan pemesanan secara online pada Agustus--Desember 2023.
Menurutnya, para pendaki ini bisa meminta penjadwalan ulang dengan menghubungi nomor kontak yang tertera pada laman Tahura Raden Soerjo. Ia menambahkan, Tahura Raden Soerjo menyiapkan kurang lebih 400 kuota untuk pendaki per hari.
Jika ada pendaki yang datang ke pos perizinan tanpa mengantongi Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi (Simaksi), ia tidak akan diperbolehkan melakukan pendakian. Pembukaan kembali pendakian Gunung Arjuno-Welirang dilakukan setelah Tahura Raden Soerjo memastikan kondisi sudah stabil pascaperistiwa kebakaran hutan dan lahan tahun lalu.Â
"Kondisi saat ini sudah mulai stabil, termasuk kami telah melakukan pembersihan dan pembenahan jalur pendakian," katanya.
Advertisement