Sukses

Adidas Investigasi Skandal Dugaan Penggelapan Uang dan Suap di China

Tuduhan pelanggaran aturan di China oleh eksekutif lokal Adidas bermula dari sebuah surat anonim yang tersebar secara online. Laporan itu disebut sudah disampaikan ke perusahaan induk di Jerman.

Liputan6.com, Jakarta - Adidas mengaku telah memulai investigasi atas tuduhan "pelanggaran kepatuhan" di China, pasar utama pakaian olahraga mereka. Media pemerintah Tiongkok, Jiemian, melaporkan pekan lalu bahwa para eksekutif lokal dituduh menggelapkan "jutaan euro" dalam sebuah surat tanpa tanda tangan yang ditulis pelapor yang menyebut diri karyawan adidas China.

Melansir CNN, Selasa, 18 Juni 2024, surat itu dipublikasikan luas secara online. Claudia Lange, kepala relasi media di raksasa pakaian itu, mengatakan bahwa pada Senin, 17 Juni 2024, mereka telah menerima surat anonim. Dokumen itu tertanggal 7 Juni 2024 yang "menunjukkan potensi pelanggaran aturan di China."

"Adidas saat ini sedang menyelidiki masalah ini secara intensif bersama penasihat hukum eksternal," katanya. Namun, Lange menolak berkomentar lebih lanjut sambil menunggu hasil penyelidikan. Saham Adidas tercatat turun 3,7 peersen pada Senin.

Jiemian menulis, surat dari pelapor telah dikirim langsung ke kantor pusat perusahaan di Jerman sebelum dibagikan ke media sosial. Laporan pengaduan tersebut menyatakan bahwa seorang eksekutif senior di China Raya yang mengelola anggaran pemasaran Adidas telah menggelapkan dana jutaan euro dan menerima suap dalam jumlah besar dari periklanan eksternal dan agensi selebritas.

Beberapa anggota tim eksekutif dan karyawan lain juga terlibat penggelapan uang, menurut salinan surat yang diterbitkan media pemerintah negara itu. Anggaran promosi Adidas Greater China secara keseluruhan berjumlah 250 juta euro per tahun, termasuk biaya yang didedikasikan untuk pemasaran, branding, dan pameran, Jiemian melaporkan, mengutip surat tersebut.  

2 dari 4 halaman

Laporan yang Diajukan pada Perusahaan Induk Adidas

Manajer senior tersebut juga dituduh melakukan "nepotisme dan penindasan di tempat kerja," termasuk mengisolasi beberapa karyawan dan memaksa mereka mengundurkan diri, menurut laporan tersebut. Orang-orang yang mengikuti instruksinya akan dipromosikan, tambah mereka.

Laporan tersebut juga menuduh bahwa salah satu bawahan manajer telah menerima "jutaan (euro) dari pemasok dan barang fisik seperti real estate." Para pelapor berjanji mengungkap masalah ini pada media dan penegak hukum jika perusahaan tidak menanggapi tuduhan tersebut.

Adidas adalah pengecer pakaian olahraga terbesar kedua di dunia. China Raya, wilayah yang mencakup Tiongkok daratan, Hong Kong, dan Taiwan, menyumbang 15 persen dari total penjualan perusahaan secara global.

Di Tiongkok daratan, Adidas adalah merek pakaian olahraga internasional terbesar kedua setelah Nike (NKE). Perusahaan Jerman tersebut menikmati rebound dalam pertumbuhan penjualan di negara itu setelah Beijing menghapus pembatasan COVID-19 pada akhir 2022.

Namun, pangsa pasarnya telah menurun secara signifikan dibanding sebelum pandemi, karena persaingan dari jenama lokal dan kontroversi penolakan perusahaan tersebut untuk menggunakan kapas Xinjiang. Pada 2021, Adidas bersama H&M, Nike, dan merek pakaian besar Barat lain, menghadapi boikot di China.

 

3 dari 4 halaman

Mainkan Kartu Selebritas di China

Merek-merek itu diduga menggunakan kerja paksa untuk memproduksi kapas di wilayah Xinjiang, wilayah barat China. Adidas terkenal memainkan kartu "selebritas" dalam pemasarannya di China. Sebelumnya, mereka telah bekerja dengan aktor dan penyanyi populer sebagai duta merek, termasuk Yang Mi, Dilraba, dan Yi Yangqianxi.

Sementara itu pada Februari 2024, Kanye West mengecam adidas dengan tuduhan menjual sneaker Yeezy "palsu." "Tidak hanya mengeluarkan warna palsu yang tidak disetujui, mereka juga menggugat saya sebesar 250 juta dolar AS (sekitar Rp4 triliun)," rapper yang berubah jadi perancang busana itu berbagi dalam video Instagram yang diunggah 27 Februari 2024.

"Mereka juga tidak membayar saya untuk sepatu yang mereka keluarkan yang mencantumkan nama saya," imbuhnya, rangkum Page Six,28 Februari 2024. West mengatakan, perusahaan pakaian olahraga tersebut menggunakan "klausul kontrak" dan "pengalaman bisnis" selama lima dekade untuk "memperkosa seorang artis… di depan kalian semua di siang hari bolong."

Dalam unggahan terpisah, rapper yang juga dikenal dengan nama Ye itu membagikan gambar sepatu "palsu" yang dimaksud. Ia menulis bahwa penggemar setianya tidak akan pernah membeli sepasang sepatu tersebut.

4 dari 4 halaman

Kanye West Tertendang dari Geng Miliarder

"Semua selebritas dan publik akan menentang kaus (merujuk kontroversi kaus White Lives Matter) atau warna topi saya, tapi ketika kalian semua melihat anak-anak saya disembunyikan dari saya atau melihat perusahaan Fortune 500 memperkosa salah satu pahlawan Anda di kehidupan nyata, tidak ada yang diam," tulis West pada caption.

Rapper berusia 47 tahun itu kemudian bertanya terkait "sistem" apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ia pun bertanya-tanya apakah sistem akan menghapus album barunya, Vultures, atau membekukan rekening banknya.

Adidas memutuskan hubungan dengan West pada Oktober 2022 setelah sang desainer melontarkan serangkaian omelan anti-semit dan mengenakan kaus "White Lives Matter" ke Paris Fashion Week pada 3 Oktober 2022. Kesepakatan dengan adidas menyumbang 1,5 miliar dolar AS dari kekayaan bersih West.

Maka itu, ia kehilangan status miliardernya karena kekayaannya "hanya" mencapai 400 juta dolar AS saat hubungan kerja sama mereka putus, menurut Forbes. Pada Mei 2023, adidas mengajukan, dan kemudian segera membatalkan, gugatan federal terhadap West yang bertujuan membekukan 75 juta dolar AS yang dimiliki merek Yeezy.

Video Terkini