Sukses

Krisis Iklim Hantui Ibadah Haji, Lebih dari 1.000 Jemaah Meninggal di Tengah Panas Ekstrem

Meski saat ini beralih ke bulan-bulan musim dingin, para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa pada 2040-an, ibadah haji akan bertepatan dengan puncak musim panas di Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta - Ibadah haji tahunan, yang merupakan salah satu pertemuan keagamaan terbesar di dunia, berubah jadi tragedi karena jumlah jemaah meninggal dunia melampaui seribu orang di tengah panas ekstrem di Arab Saudi, menurut kantor berita AFP. Angka tersebut menunjukkan semakin besarnya ancaman krisis iklim terhadap penyelenggaraan ibadah tersebut.

Waktu pelaksanaan haji ditentukan penanggalan lunar, yang menyebabkan perpindahan mundur 10 hari setiap tahunnya. Meski saat ini beralih ke bulan-bulan musim dingin, para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa pada 2040-an, ibadah haji akan bertepatan dengan puncak musim panas di Arab Saudi.

Melansir The Conversation, Jumat (21/6/2024), sebuah studi yang mendokumentasikan kematian dan cedera pada pertemuan massal hingga 2019 menunjukkan bahwa meski 1980-an merupakan tahun dengan jumlah kematian terbanyak pada acara olahraga, peristiwa seperti ini kini jarang terjadi, sementara kematian saat ziarah keagamaan, khususnya di India dan Arab Saudi, semakin sering terjadi.

Walau sebagian besar kematian jemaah haji disebabkan kerumunan dan desak-desakan, ancaman baru telah muncul, yakni cuaca ekstrem. Iklim di Arab Saudi bisa jadi sangat brutal. Selama ibadah haji tahun ini, suhu melonjak hingga lebih dari 50 derajat celcius.

Negara Timur Tengah itu juga sebenarnya mengalami peningkatan curah hujan ekstrem dalam beberapa tahun terakhir, terutama menjelang akhir musim panas dan musim gugur. Hujan deras dan badai petir telah menyebabkan banjir besar di wilayah, seperti Mekah dan Jeddah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pola Iklim Terus Berubah

Pola iklim yang terus berubah, yang mana curah hujan tinggi dapat terjadi selama musim haji, muncul sebagai potensi bahaya tambahan bagi jemaah. Menghadapi anomali cuaca, Kementerian Kesehatan Saudi telah menerapkan berbagai langkah.

Ini termasuk mendorong vaksinasi, pemeriksaan kesehatan, dan kampanye edukasi yang mendesak jamaah untuk tetap terhidrasi, menggunakan payung, dan menghindari paparan sinar matahari dalam waktu lama. Pihaknya pun mengerahkan ribuan paramedis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk menangani krisis ini.

Tindakan pendinginan suhu, seperti sistem kabut dan stasiun air portabel, pun digunakan. Namun, suhu panas yang ekstrem terbukti sangat membebani, sehingga menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan.

Dorongan edukasi dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kesadaran di kalangan jemaah haji, terutama non-lokal, dan petugas kesehatan tentang risiko panas, serta tindakan pencegahan. Pengenalan teknologi baru, seperti gelang pintar untuk memantau kesehatan jemaah haji, juga dinilai dapat lebih meningkatkan respons medis.

3 dari 4 halaman

Diduga Jenazah Jemaah Haji di Pinggir Jalan

Melansir news.com.au, Kamis, 20 Juni 2024, gambar menunjukkan lautan manusia dengan payung berusaha melindungi diri dari panas ekstrem. Beberapa jemaah melaporkan melihat jenazah di pinggir jalan, dan ada pula kekhawatiran mengenai orang hilang.

Sederet potret jenazah jadi viral di media sosial. Banyak yang mengkritik pemerintah Arab Saudi "lamban" mengurus jenazah-jenazah tersebut. Wajah maupun seluruh bagian tubuh mayat-mayat itu tampak sudah ditutup kain, namun tidak dipindahkan untuk diurus prosesi pemakamannya.

Beberapa jemaah mengaku bingung bagaimana mereka bisa membantu mengurus jenazah tersebut. "Akhirnya saya laporkan pada polisi saja," sebut seorang di antara mereka di sebuah video viral di X, dulunya Twitter.

Sekitar 1,8 juta jamaah haji tercatat tahun ini, dan 1,6 juta di antaranya berasal dari luar negeri, menurut pihak berwenang Saudi. Menurut laporan AFP, jumlah jemaah haji meninggal dunia kini jauh lebih tinggi dibandingkan laporan awal.

Kebanyakan dari mereka yang meninggal berasal dari Mesir, dan pihak berwenang juga mengonfirmasi bahwa mereka sedang mencari warga Mesir yang hilang selama perjalanan. Jemaah haji lain yang meninggal berasal dari Yordania, Indonesia, Iran, dan Senegal.

4 dari 4 halaman

Jemaah Haji Ilegal Meninggal karena Panas Ekstrem

Sebuah penelitian di Saudi yang diterbitkan bulan lalu mengatakan bahwa suhu di daerah tempat ibadah haji meningkat 0,4 derajat celcius setiap dekade. Setidaknya 240 jemaah dilaporkan meninggal di berbagai negara pada tahun lalu, sebagian besar adalah warga negara Indonesia.

Di tengah risiko tersebut, puluhan ribu jemaah berupaya menunaikan ibadah haji melalui jalur ilegal setiap tahun. Ini dilakukan karena mereka tidak mampu membayar prosedur yang mahal untuk mendapatkan visa haji resmi atau tertipu oknum agen perjalanan.

Hal ini menempatkan jemaah haji tidak resmi dalam risiko karena mereka tidak dapat mengakses fasilitas ber-AC yang disediakan otoritas Saudi di sepanjang rute haji. Salah satu diplomat yang berbicara pada AFP mengatakan, jumlah korban meninggal dunia asal Mesir "pasti" bertambah karena banyaknya jemaah haji dari negara itu yang tidak terdaftar.

Mereka meninggal akibat kepanasan karena kebanyakan orang tidak punya tempat untuk berlindung. Awal bulan ini, para pejabat Saudi mengatakan mereka telah "membersihkan" ratusan ribu jemaah haji yang tidak terdaftar dari Makkah menjelang ibadah haji.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.