Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Bawakaraeng di Sulawesi yang Diartikan Gunung Mulut Tuhan

Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Bawakaraeng merupakan sebuah gunung di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Di lereng gunung ini terdapat wilayah ketinggian, Malino, tempat wisata terkenal di Sulawesi Selatan.

Gunung ini memiliki ketinggian 2.840 mdpl, termasuk dalam deretan gunung tinggi di Sulawesi. Secara ekologis gunung ini mempunyai posisi penting karena menjadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai.

Pada Maret 2024, wilayah di Gunung Bawakaraeng sempat mengalami longsor yang menelan puluhan korban jiwa. Bekas tempat longsor tersebut mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) menjadi labil.

Setiap musim hujan, lumpur di kaki Gunung Bawakaraeng akan mengalir masuk ke Bendungan Bilibili. Ini merupakan  bedungan terbesar di Sulawesi Selatan yang ada di Kabupaten Gowa, yang menjadi sumber air baku di Gowa dan Makassar. 

Masih banyak hal mengenai Gunung Bawakaraeng selain lokasi maupun ketinggiannya, berikut enam fakta menarik Gunung Bawakaraeng yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com pada Minggu, 23 Juni 2024.

1. Mitos Gunung Bawakaraeng

Gunung ini bagi masyarakat sekitar memiliki arti tersendiri. Bawa artinya Mulut, Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan.

Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah.

Mereka melakukannya bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat pada 10 Zulhijjah, mereka akan melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Berdekatan dengan Gunung Lompobattang

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Gunung Bawakaraeng adalah pendakian paling populer di Sulawesi Selatan, karena letaknya yang dekat dengan Makassar dan juga ketinggiannya yang cukup tinggi. Pendakian memakan waktu 7-8 jam dari ujung jalan setapak ke puncak.

Tetangga Bawakaraeng yang sedikit lebih tinggi adalah Moncong Lompobatang, namun mengingat sebagian besar pendaki tidak punya waktu untuk melintasi kedua gunung tersebut dalam jangka waktu 4 atau 5 hari, Bawakaraeng jelas merupakan gunung yang berharga.

3. Titik Awal Pendakian

Ujung jalan setapak berada di desa Lembanna yang menyenangkan dengan ketinggian 1.514 mdpl, sekitar 2 setengah jam perjalanan dari Makassar. Dalam perjalanan Anda akan melewati resor bukit Malino yang populer setelah sekitar 2 jam, di mana terdapat beberapa hotel yang layak dan pemandangan lembah yang menakjubkan.

Di sini juga terkenal kebun stroberinya dan diklaim penduduk setempat yang rasanya paling enak di Indonesia Sekitar 8 km setelah Malino, Anda mungkin harus meminta belokan kanan yang benar ke Lembanna karena tidak ada penunjuk arah.

3 dari 4 halaman

4. Termasuk Ramai Pendaki

Di awal pendakian terdapat tanda peta rute baru di Lembanna yang menunjukkan 10 Pos yang sumber airnya ditandai dengan warna biru. Pada awal tahun 2013 juga, penanda semen baru telah dipasang di semua Po.

Beberapa data ketinggiannya sangat jauh dan beberapa penanda berada di tempat yang sedikit berbeda dengan lokasi Pos aslinya. Hal ini tidak menjadi masalah, pencarian rute seharusnya tidak menjadi masalah mengingat seberapa baik jalur yang dilalui.

Kemungkinan besar Anda akan bertemu banyak pendaki lain, terutama di akhir pekan, dan mungkin bahkan Tata Rasyid, penjaga gunung yang rutin melakukan pendakian untuk merayakan perayaan keagamaan tradisional yang sering diadakan di gunung.

5. Melewati Ladang Tomat Liar Beracun

Setelah melewati ladang tomat, bawang merah, dan wortel di Lembanna, bagian pertama pendakian mengikuti aliran sungai kecil melewati hutan pinus. Pos 1 (1.720 mdpl) sebenarnya merupakan pertigaan, jika ke arah kiri terus naik Bawakaraeng atau kanan ke Lembah Ramma (Lembah Ramma pada ketinggian 1.629 mdpl.

Tempat ini dikelilingi oleh tanaman tomat liar yang buahnya kecil. Menurut pemandu, ini bukan tomat dan juga tidak bisa dimakan. Faktanya, bahan-bahan tersebut mungkin beracun, jadi hindari godaan untuk mencobanya.

4 dari 4 halaman

6. Mitos Haji Bawakaraeng

Anda mungkin akan melihat langkah kaki sapi di jalan setapak dan mendengar gemerincing lonceng yang diikatkan di leher sapi meskipun Anda tidak bertemu dengan sapi sungguhan. Setelah itu Anda memasuki hutan (ketinggian 1.893 mdpl).

Pos 4 di ketinggian 1.980 mdpl akan ditandai dengan kuburan tua yang merupakan salah satu lokasi pemujaan leluhur yang terjadi di gunung tersebut. Itu sebabnya, Anda juga akan bertemu banyak keluarga setempat, termasuk anak-anak kecil yang membawa barang-barang piknik Indonesia seperti sepanci nasi, seember telur, dan sebagainya.

Faktanya, orang-orang ini adalah peziarah. Ada makna spiritual yang besar yang melekat pada gunung ini oleh masyarakat Muslim setempat, banyak dari mereka telah melakukan Ziarah khusus Bawakaraeng selama beberapa abad, dan mereka yang turun disebut ‘Haji Bawakaraeng’.

Tradisi unik ini tidak selalu dipandang baik oleh pihak berwenang dan konon pada 1960an beberapa orang ditangkap atau bahkan dieksekusi. Praktik ini tampaknya bertentangan dengan ajaran Islam arus utama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.