Liputan6.com, Jakarta - Liburan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi. Aktivitas wisata juga terbukti mendongkrak ekonomi masyarakat. Pergerakan yang dilakukan oleh wisatawan nusantara (wisnus) nyatanya punya pengaruh yang sama kuatnya dengan kedatangan wisatawan mancanegara (wisman).Â
Hal tersebut disampaikan oleh Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Nia mengatakan, "Bagi yang masih punya daya beli, berliburlah di Indonesia. Kalau kita berlibur ke luar negeri, itu artinya devisa kita bocor."
Baca Juga
Nia yang berbicara pada acara Weekly Brief with Sandi Uno 24 Juni 2024 tersebut menegaskan bahwa kekuatan antara wisnus dan wisman sama pentingnya dalam segi ekonomi. Ia menggambarkan bahwa wisman adalah kantung-kantung pendapatan baru yang perlu didapatkan sebanyak mungkin. Sedangkan, wisnus adalah 'kantung kanan-kiri' alias pendapatan reguler pariwisata yang akan tetap ada setiap saat.
Advertisement
"Jadi begini, dua-duanya penting. Wisnus itu ibaratnya kantong kanan kantong kiri, jadi pergerakan perjalanan mereka penting. Tapi yang wisman, (itu) membuat nambah uang kita," sebut Nia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, jumlah perjalanan yang dilakukan oleh wisnus adalah sebesar 825,80 juta perjalanan dengan tujuan terbesarnya adalah untuk liburan. Pergerakan ini menyumbang PDB pariwisata hingga 3,72 persen. Meski masih jauh di bawah daya beli wisman, wisnus masih jadi bagian terpenting dari pariwisata Indonesia.
"Untuk wisnus janganlah jadi wisman, jadilah wisnus dulu," imbau Nia. Terlebih, nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini melemah.
Â
Laki-laki Lakukan Perjalanan Lebih Sering daripada Perempuan
Dalam acara yang sama, Nia menguraikan data-data BPS terkait profil wisnus yang melakukan perjalanan pada 2023. Data yang cukup menarik adalah perbandingan jenis kelamin para wisnus. Laki-laki mendominasi dengan angka sebesar 66,51 persen, sedangkan perempuan berada di angka 22,49 persen.
"Itu benar. Mungkin karena kultur di mana perempuan punya tugas sosial yang membuatnya susah untuk bepergian," tanggap Nia soal data tersebut.
Selain siapa yang lebih sering bepergian, data ini juga menunjukkan bahwa laki-laki mengeluarkan lebih banyak uang dalam perjalanan dibandingkan perempuan. Diketahui bahwa laki-laki rata-rata menghabiskan sebesar Rp2,65 juta per pergerakan dibandingkan perempuan yang hanya berbeda tipis, yaitu, Rp2,41 juta.
Data ini juga menunjukkan bahwa alasan perjalanan pada wisnus adalah untuk liburan sebesar 44,17 persen, perjalanan bisinis sekitar 24,57 persen, kemudian kunjungan teman 17,7 persen dan lainnya sekitar 12,56 persen. Nia menyimpulkan bahwa memang alasan terbesar pergerakan wisnus adalah untuk liburan.
Advertisement
Korelasi Tingkat Pendidikan dengan Pergerakan Pariwisata
Hal menarik lain yang jadi temuan dari data BPS ini adalah korelasi antara tingkat pendidikan dengan seberapa sering wisnus melakukan pergerakan. Ternyata, wisnus dengan tingkat pendidikan tinggi/universitas melakukan perjalanan paling banyak dengan jumlah persentase sebesar 69,67 persen.
Selain itu, berdasarkan generasi, milenial jadi pelaku perjalanan yang paling besar lalu disusul oleh Gen Z dengan persentase jumlah perjalanan 18 persen. Besarnya wisnus milenial dan Gen Z nyatanya punya keterkaitan dengan tahun angkatan kerja dan gaya hidup yang terus meningkat.
Angka-angka ini juga menunjukkan bahwa ada perubahan perilaku wisnus yang jadi lebih royal dan bisa membelanjakan lebih banyak uang dengan meningkatnya angka akomodasi dan biaya makan dan minum dalam perjalanan yang dilakukan. Dari data, urutan terbesar pengeluaran dari wisnus adalah akomodasi seperti hotel dan transportasi serta makan dan minum. Keduanya saja sudah mencakup 61,45 persen dari jumlah pengeluaran rata-rata wisnus.
"Wisatawan nusantara rupanya sudah mulai ada perubahan kalau dahulu menginapnya di rumah saudara kini sudah beralih ke hotel dan makan di restoran dan tidak lagi membawa mi instan," kata Nia.
Kemenparekraf Minta Orangtua Ajak Anak Jalan-Jalan ke Destinasi Terdekat karena Tiket Pesawat Mahal
Dikutip dari kanal Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 25 Juni 2024, harga tiket pesawat masih mahal jelang liburan sekolah, kendati sudah dijanjikan turun pertengahan tahun 2024. Menanggapi itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berkata rencana penambahan jumlah pesawat untuk menekan harga transportasi tersebut memang baru dijadwalkan pertengahan tahun.
"Sebagian yang sudah ditambah (penerbangan) itu justru di Indonesia Bagian Timur, seperti yang sudah diumumkan sebelumnya," katanya usai weekly press briefing di kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024. "Penambahan jumlah penerbangan secara keseluruhan belum dilakukan."
Menparekraf menyebut, angka kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) ke Bali naik sekitar 10 persen, padahal jumlah penerbangan menurun sekitar 20 persen. "Berarti, load factor-nya meningkat, dan harga tiket yang mahal ini belum menurunkan minat orang berwisata," kata dia.
Sandi memyambung, "Tapi, keluhan ini (harga tiket pesawat mahal) sangat kami dengar, dan terus kami upayakan agar ada tindak lanjut segera."
Advertisement