Liputan6.com, Jakarta - Vietnam tak ingin ketinggalan dari Indonesia dalam membangun sektor transportasinya. Negara itu meluncurkan The North-South High-Speed Railway, yakni proyek pembangunan jalur kereta cepat sepanjang lebih dari 1.500 kilometer yang direncanakan mulai diimplementasikan pada 2026--2027.
Untuk itu, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Lou Qiliang, Ketua Dewan Direksi dan Direktur Jenderal China Railway Signal Information Corporation (CRSC) di Kota Dalian, Provinsi Liaoning, Tiongkok, pada Selasa, 25 Juni 2024. Perusahaan milik Komisi Administrasi Ibu Kota Negara Tiongkok (SASAC) itu juga menangani proyek kereta cepat di Indonesia.
Baca Juga
Mengutip vnexpress.net, Rabu (26/6/2024), Menteri Perhubungan Nguyen Van Thang menjelaskan rute kereta cepat itu akan menghubungkan kawasan Utara dan Selatan. Vietnam ingin bekerja sama dengan Tiongkok di bidang perkeretaapian, sarana perkeretaapian, dan persinyalan.
Advertisement
"Ini adalah tiga komponen yang memainkan peran penting dalam keselamatan jalur kereta api, termasuk kereta api berkecepatan tinggi dan perkotaan," kata Menteri Thang.
Ia menyebut China memiliki teknologi yang baik dalam pengembangan kereta api dan harga yang wajar. "Jadi, ini adalah peluang bagus bagi kedua belah pihak untuk bekerja sama melalui mekanisme dukungan, seperti pinjaman ODA dan kredit ekspor," ujarnya.
Vietnam menargetkan memiliki jalan tol sepanjang 3.000 km pada 2025 dan meningkat jadi 5.000 km pada 2030. Infrastruktur perkeretapian, khususnya proyek investasi kereta cepat Utara - Selatan, akan diinvestasikan untuk melengkapi jaringan transportasi multimoda dan meningkatkan daya saing nasional.
Alasan Vietnam Menggandeng China Bangun Kereta Cepat
Pada akhir November 2023, Kementerian Perhubungan meminta pendapat mengenai tiga skenario kereta api Utara-Selatan, termasuk dua skenario kereta berkecepatan 350 km/jam yang mengangkut penumpang secara eksklusif dan barang cadangan. Pada pertemuan tersebut, PM Vietnam menyatakan Tiongkok adalah negara yang memiliki kekuatan dalam pengembangan kereta api kecepatan tinggi dan kereta api perkotaan.
Ia berharap Tiongkok akan mendukung desain, konstruksi, dan transfer teknologi, termasuk pengembangan proyek kereta api dari Yunnan melalui Lao Cai ke Hai Phong; Lang Son ke Hanoi; dan Dong Hung ke Mong, lalu kembali ke Hai Phong. Ketiga jalur kereta api ini memiliki panjang lebih dari 700 km dan berperan penting dalam mendorong perdagangan kedua negara.
CRSC adalah perusahaan terbesar di Tiongkok di bidang persinyalan kereta api, khususnya di sektor kereta bawah tanah. Grup itu menguasai pangsa pasar sebesar 45 persen.
Perusahaan ini juga merupakan pemasok sistem kendali transportasi kereta api terbesar di dunia, membangun rantai industri lengkap, mulai dari desain dan penelitian dan pengembangan hingga manufaktur peralatan dan layanan teknis sistem kendali transportasi kereta api.Â
Advertisement
Vietnam Minta Tiongkok Beri Pelatihan SDM
Ketua dan Direktur Jenderal CRSC Lau Te Luong mengklaim bahwa perusahaannya memiliki kekuatan mulai dari desain hingga produksi sistem sinyal kendali kereta api, termasuk digitalisasi perangkat lunak dan peralatan. Dengan begitu, tercipta rantai produksi dan pasokan tertutup yang membantu harga, keamanan, kualitas yang kompetitif.
Dia juga menyatakan bahwa sumber daya manusia memainkan peranan penting dalam pembangunan proyek kereta api. Perusahaannya bisa bermitra dengan Vietnam di bidang riset, pengembangan, dan persinyalan kereta api, karena itu adalah faktor terpenting dalam pengembangan sistem kereta api.Â
Sependapat dengan itu, PM Vietnam mengatakan bahwa pelatihan sumber daya manusia (SDM) untuk proyek kereta di Vietnam menghadapi kesulitan. Maka itu, Vietnam ingin bekerja sama dengan Tiongkok dalam pelatihan sumber daya manusia, komando, kendali, dan desain dalam proyek-proyek perkeretaapian.
"SDM harus selangkah lebih maju, lalu transfer teknologi. Jika biaya produk dan logistik tetap tinggi, akan sulit bersaing di pasar. Oleh karena itu, kami ingin kelompok tersebut berpartisipasi," kata Pham seraya meminta pimpinan kelompok untuk datang ke Vietnam untuk berdiskusi secara khusus dengan kementerian dan cabang untuk mempromosikan proyek.
Vietnam Ajak Perusahaan China Berinvestasi
Menurut Menhub Thang, Pemerintah Vietnam dan Tiongkok sedang mengarahkan pelaksanaan tiga tahap proyek kereta api yang menghubungkan kedua negara. Diharapkan pada pertengahan 2025, kedua belah pihak akan mengerjakan proyek pertama, Lao Cai - Hanoi - Hai Phong.Â
Menhub juga menyarankan kerja sama proyek perkeretaapian standar yang menghubungkan pelabuhan dengan kawasan ekonomi, kawasan industri, bandara, dan gerbang perbatasan. Menurutnya, ini adalah proyek-proyek dengan efisiensi ekonomi yang tinggi.
Selain proyek-proyek yang didanai oleh negara, Vietnam juga menghimbau perusahaan-perusahaan seperti CRSC untuk berpartisipasi dalam investasi melalui kemitraan publik-swasta (KPS). Sejauh ini, belum diketahui nilai investasi yang digelontorkan untuk proyek kereta cepat Vietnam tersebut.
Dari dalam negeri, kanal Bisnis Liputan6.com melaporkan bahwa Kereta Cepat Whoosh melayani lebih dari 21 ribu penumpang pada Sabtu, 15 Juni 2024. Jumlah ini menjadi angka tertinggi sementara pada periode long Weekend Idul Adha sejak 14--18 Juni 2024.
GM Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengklaim, Whoosh masih menjadi pilihan masyarakat untuk bertransportasi pada momen long weekend kali ini.
"Tidak sedikit jadwal perjalanan Kereta Cepat Whoosh di hari itu memiliki okupansi di atas 95 persen. Efisiensi dan efektifitas yang ditawarkan menjadi alasan utama masyarakat untuk menggunakan kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini," ujar Eva, Selasa, 18 Juni 2024.
Advertisement