Sukses

Tak Roboh Saat Perang Saudara, Patung Lilin Abraham Lincoln di AS Meleleh Akibat Panas Ekstrem

Sebagian dari patung lilin tersebut menyusut dan meleleh akibat panas yang terik di wWashington DC sejak pekan lalu. Kepalanya lebih dulu meleleh, lalu salah satu kakinya terlepas dari badannya dan satu kakinya berubah

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca panas ekstrem yang melanda sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat. Tak hanya membuat banyak orang merasakan efek negatifnya, tapi juga benda mati seperti patung.

Sebuah patung lilin di Washington DC meleleh pada akhir pekan lalu. Suhu panas yang tinggi di wilayah tersebut membuat patung lilin menyusut. Petugas yang bersangkutan sedang berupaya untuk menentukan langkah selanjutnya untuk menanganinya.

Melansir Fox News, 25 Juni 2024, patung lilin tersebut merupakan replika dari patung mantan presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln. Patung itu terpajang di luar sebuah sekolah, yakni Sekolah Dasar Garrison, di Washington DC.

Sebagian dari patung tersebut menyusut dan meleleh akibat panas yang terik di wilayah itu sejak pekan lalu. Kepalanya lebih dulu meleleh, lalu salah satu kakinya terlepas dari badannya dan satu kakinya berubah menjadi gumpalan. Kursi itu tenggelam ke tanah.

Kepala patung lilin Lincoln Memorial itu kini sedang diperbaiki, meninggalkan kawat yang mencuat di leher patung presiden ke-16 Amerika Serikat itu. Patung lilin itu merupakan karya seniman Sandy Williams IV,  Seniman itu menciptakan tiruan lilin Lincoln Memorial setinggi 6 kaki sebagai bagian dari pameran '40 Acres: Camp Barker, yang termasuk bagian dari Monumen Lilin yang dimilikinya.

Pameran yang dihelat dii Camp Barker ini menunjukkan bagaimana kondisi kamp yang tidak diinginkan tetap menjadi simbol harapan dan ketenangan yang menawarkan tempat bagi orang-orang untuk menemukan rasa kebersamaan. Cultural DC yang merupakan pihak yang terlibat dalam proyek tersebut menyampaikan informasi terkait patung Lincoln yang telah rusak akibat suhu panas yang ekstrem.

Mereka juga menyampaikan bahwa titik lilin akan mulai meleleh pada suhu 140 derajat Fahrenheit (60 derajat Celsius). "Patung lilin seberat 3.000 pon ini dimaksudkan untuk dibakar seperti lilin dan berubah seiring waktu, tetapi panas yang ekstrem ini telah merusak Lincoln," bunyi pernyataan Cultural DC.

"Semua lilin itu menyusut karena beban tahun 2024 dan kondisi planet kita yang semakin panas," sambungnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Suhu Panas Masih Berlanjut

Kawasan metro DC berada dalam peringatan panas selama akhir pekan. Suhu tinggi diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang minggu ini. Kepala lilin tersebut akan dipasang kembali pekan ini, lapor media lokal.

Cuaca panas ekstrem adalah salah satu persoalan paling mematikan terkait perubahan iklim, meskipun hanya mendapat sedikit perhatian saja dibanding dampak lain. Seperti badai atau banjir, ungkap dua organisasi kemanusiaan ternama dunia pada Kamis, 28 Maret 2024.

Tahun 2023 adalah yang tahun menurut catatan sejarah, dengan suhu yang naik berdampak khususnya terhadap populasi paling rentan, mencakup orang berusia lanjut, pekerja di luar ruangan dan mereka yang tidak memiliki akses terhadap sistem pendingin seperti penyejuk udara.

Organisasi Palang Merah dan Lembaga Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (USAID) menyampaikan peringatan bahwa ada “pembunuh tidak terlihat”. Yaitu suhu panas ekstrem dalam sebuah KTT daring, dikutip dari kanal Global Liputan6.com yang melansir dari laman VOA Indonesia, Sabtu, 30 Maret 2024.

"Kami mengajak pemerintah, masyarakat sipil, anak muda dan semua pemangku kepentingan untuk mengambil langkah nyata di seluruh dunia untuk membantu persiapan negara-negara dan komunitas menghadapi cuaca panas ekstrem," kata Jagan Chapagain, Sekretais Jenderal Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah.

 

3 dari 4 halaman

Dampak Gelombang Panas

Kepala USAID, Samantha Power, memperingatkan bahwa di AS, “suhu panas sudah lebih mematikan dibanding kombinasi badai, banjir dan tornado.”  "Kami mengajak kepada lembaga pembangunan, lembaga amal dan donor lain untuk memahami ancaman yang dimiliki cuaca panas ekstrem terhadap kemanusiaan, dan menempatkan sumber daya yang ada untuk membantu para komunitas menghadapi ancaman itu,” kata dia.

Menggarisbawahi upaya yang sedang berlangsung dalam menghadapi suhu ekstrem, Power mengatakan bahwa USAID telah mendukung sebuah program untuk membangun “sekolah-sekolah yang tangguh terhadap suhu panas” di Yordania, dengan menggunakan “sistem pemanasan dan pendinginan pasif, isolasi panas, jendela kaca berlapis ganda dan pendingin udara (AC).”

Dampak gelombang panas juga semakin nyata Ketika banyak orang menderita sakit bahkan beberapa meninggal akibat terpapar panas ekstrem. Dilansir BBC, Sabtu, 22 Juni 2024, sekitar satu dari lima orang Amerika – lebih dari 70 juta orang – saat ini menjadi sasaran peringatan tentang suhu yang berlebihan karena tekanan tinggi telah membentuk "kubah panas" yang memerangkap udara hangat di bawahnya.

4 dari 4 halaman

Panas Ekstrem di India

Ada juga peringatan yang berlaku di empat provinsi Kanada – New Brunswick, Nova Scotia, Ontario dan Quebec.Pejabat cuaca AS mengatakan suhu bisa melebihi 38 derajat Celcius pada paruh kedua minggu ini.

Sementara sebagian besar wilayah di benua ini berjuang melawan panas, Meksiko dan Texas bagian selatan dilanda badai pertama pada musim badai Atlantik Utara.Tiga orang tewas di pantai Meksiko, sementara Pusat Badai Nasional AS telah memperingatkan adanya banjir dan tanah longsor yang "mengancam jiwa" di Meksiko timur laut dan Texas selatan.

Sementara itu, India Utara mengalami gelombang panas selama berminggu-minggu, dengan suhu tercatat 44-45 derajat Celcius. Panas yang berkepanjangan telah menyebabkan rekor konsumsi listrik terpecahkan ketika masyarakat India menyalakan kipas angin dan AC, yang menyebabkan pemadaman listrik di New Delhi pada hari Senin. Pasokan air juga terpengaruh di kota ini.

Sejumlah orang telah meninggal karena cuaca panas sejak musim panas di India dimulai pada bulan Maret, dengan 50 orang meninggal dalam periode tiga hari awal bulan ini di negara bagian Uttar Pradesh dan Odisha.Musim panas di India biasanya panas dan lembap, namun tahun ini panasnya sangat parah dengan gelombang panas yang lebih lama, lebih intens, dan sering terjadi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.