Sukses

Baru 40 Persen Tenaga Teknis Museum Tersertifikasi, IHA Gandeng Prancis Latih Kurator

Indonesian Heritage Agency (IHA) menyatakan 40 persen tenaga teknis museum yang di bawah naungannya sudah tersertifikasi yang mengacu standar nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Peran tenaga teknis dalam mengoperasikan museum begitu penting. Namun, mayoritas tenaga teknis yang bekerja, termasuk para kurator dan asisten kurator, belum tersertifikasi.

"Di museum di bawah IHA, baru sekitar 40 persen yang memiliki sertifikat kompetensi sehingga perlu didukung pelatihan, kerja sama luar negeri dan dibantu pengakuan nasional, baru internasional. Perlu banyak pelatihan untuk tenaga teknis," kata St. Prabawa Dwi Putranto, Ketua Tim Cagar Budaya Indonesia Heritage Agency (IHA), dalam jumpa pers di sela Lokakarya Manajemen Koleksi dan Kuratorial di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Ia menjelaskan bahwa salah satu faktor rendahnya SDM yang tersertifikasi adalah karena tidak semua museum sudah lama beroperasi. Dari 18 museum yang berada di bawah IHA, empat di antaranya yang masih berusia di bawah lima tahun, yaitu Museum Semedo Tegal, Museum Song Terus Pacitan, Museum Batik Indonesia Jakarta, dan Museum Islam Indonesia Kh Hasyim Asyari Jombang.

"Tenaga teknis di museum lama sering banget pelatihan dan banyak bekerja sama dengan luar negeri, tidak seperti museum baru. Kompetensi di tingkat awal ada, tapi juga ada yang cukup advance," sambungnya.

Sejauh ini, pihaknya baru memetakan kompetensi para tenaga teknis museum agar bisa diidentifikasi kebutuhan pelatihan apa yang dibutuhkan jajarannya. Itu pula yang melatari kegiatan workshop manajemen koleksi dan kuratorial dengan menggandeng pihak dari Prancis, France Museum Developpement. Lokakarya yang berlangsung selama lima hari itu akan diisi beragam materi dan juga kunjungan ke salah satu museum di Jakarta.

"Ada 20 peserta dari 18 museum di bawah IHA. Kami di IHA menekankan keterbukaan. Untuk 18 museum ini siapa yang akan ikut dan kita proses seleksi lihat dari latar belakang dan kompetensi sebelumnya," jelas Prabawa.

2 dari 4 halaman

Naikkan Level Kurator di Indonesia

Prabawa menyatakan saat ini lokakarya memfokuskan pada bidang manajemen koleksi dan penataan pameran agar kemampuan para tenaga teknis bisa naik level. Ia mengatakan selama ini, mayoritas tenaga teknis, khususnya kurator, jarang punya kesempatan untuk meningkatkan kapasitas.

"Kalau peraturan sebenarnya sudah lengkap, mulai dari PP museum, Permen sudah ada, turunan pengeluaran koleksi sudah ada, tapi kita butuh masukan dari luar. Dari IHA, salah satu tujuannya adalah reimajinasi. Yang tadinya standar nasional, kita ingin naikkin ke standar internasional," ujarnya.

Ia menerangkan bahwa museologi -ilmu yang berkenaan dengan pengkajian terhadap tujuan dan pengorganisasian museum-museum- terbilang baru berkembang di Indonesia mulai 2011an. Karena itu, Indonesia perlu banyak belajar dari pihak luar negeri.

"Museum di Jakarta aja, yang dianggap keren di Indonesia berapa banyak sih? Paling terucap Museum Macan atau Museum Nasional, tapi museum yang di daerah, orang paling datang sekali-kali atau karena kunjungan sekolah saja," ucapnya.

 

3 dari 4 halaman

Rencana Kirimkan Peserta Terbaik Belajar di Prancis

Lewat pelatihan tersebut, pihaknya akan menyeleksi personel terbaik untuk dikirim belajar soal museum di Prancis. Akan dipilih dua orang dengan proses seleksi yang ketat, termasuk motivation letter yang meyakinkan.

Kerja sama dengan luar negeri menjadi salah satu cara IHA untuk menyiasati biaya yang terbatas. "Ketika mempunyai anggaran sendiri, berat. Kalau bisa kerja sama, seperti dengan Kedutaan Prancis, mereka malah bisa bantu kita setelah pelatihan ini," ujar Prabawa seraya menyebut membuka kemungkinan para SDM terlatih untuk mengajar tenaga teknis di museum-museum di luar IHA.

Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Fabien Penone menyatakan antara Indonesia dan Prancis berbagi nilai yang sama terkait budaya, peninggalan sejarah, dan keberagaman. Untuk memperkuat hubungan kedua negara, pihaknya ingin menunjukkan aksi konkret dengan memberi pelatihan terhadap SDM museum di Indonesia.

"Ini komitmen kami untuk mempromosikan pertukaran budaya dan meningkatkan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia," kata Fabien.

4 dari 4 halaman

Eksplorasi Kerja sama Prancis dan Indonesia

Ia menyebut program pelatihan itu merupakan hasil tindak lanjut kunjungan Mendikbud Nadiem Makarim dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid ke Prancis pada 2023. Saat itu, mereka mengunjungi sejumlah museum dan tertarik untuk mempelajari hal itu lebih lanjut.

Interaksi makin intens setelah kebakaran di Museum Nasional yang merusak sejumlah koleksi museum. Pihaknya menunjukkan solidaritas dengan mengirimkan ahli yang juga pernah terlibat dalam restorasi Katedral Notre Dame yang terbakar.

Fabien menambahkan kerja sama itu tidak hanya terbatas pada pertukaran keilmuan soal warisan budaya dan museum, tetapi juga membuka peluang untuk membuat pameran bersama antara pihak museum di kedua negara, termasuk memamerkan warisan budaya Indonesia di Prancis. "Pelatihan ini menjadi langkah awal," katanya.

Sementara, Representative from FMD Chief Registrar, Deputy to the Programming and Production Director, Isabelle Hyvernat, menambahkan salah satu output yang diharapkan dari pelatihan itu adalah menyusun contingency plan atau rencana antisipasi kebakaran di museum. Hal itu berkaca dari kasus kebakaran yang terjadi di Prancis dan Indonesia.