Liputan6.com, Jakarta - Serangan siber ransomware terhadap server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) berdampak pada sejumlah instansi pusat maupun daerah di Indonesia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan kondisi wisatawan di Indonesia selama serangan siber terhadap PDNS yang sempat mengganggu layanan imigrasi.
Menurut Kemenparekraf mengatakan bahwa jumlah wisatawan masih menunjukkan pertumbuhan positif “Alhamdulillah, kita tidak terganggu karena kita punya sistem berbeda,” ujar Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Nia Niscaya dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid di Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.
Nia menambahkan, Kemenparekraf punya sistem yang berbeda serta memiliki ketahanan sistem yang lebih aman. Hal ini dibuktikan dengan torehan penghargaan “Digital Government Award” dengan nilai sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) tahun 2023 tertinggi untuk kategori kementerian.
Advertisement
Menurut Nia, dampak serangan siber tersebut terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) juga belum terlihat, pasalnya serangan siber terjadi dalam beberapa hari belakangan. Sedangkan laporan kunjungan wisman pada waktu yang bersamaan dengan serangan itu belum dihitung.
Dalam kesempatan itu, Nia juga mengapresiasi Ditjen Imigrasi yang bergerak cepat menangani persoalan itu Pendapat senada dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno yang mengungkapkan, serangan siber itu belum berdampak pada kunjungan wisman hingga saat ini.
“Iya memang belum ada sejauh ini belum ada penurunan jumlah wisatawan, tapi tentunya kita harapkan masalah seperti ini tidak terjadi lagi,” harap Sandiaga Uno.
Ia meyakini dengan prestasi Indonesia yang menempati peringkat ke-22 dunia dalam Travel and Tourism Development Index (TTDI) 2024 dapat meningkatkan kredibilitas pariwisata Indonesia serta mampu meyakinkan investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata Indonesia.
Memperkuat Keamanan Siber
Ia juga mengatakan bahwa Indonesia telah menaruh fokus dan prioritas dalam kejadian tersebut dengan melibatkan sumber daya serta penanganan yang andal.Ke depan, tambah dia, diharapkan pihaknya dapat menjalin kolaborasi dengan berbagai kementerian soal keamanan siber sehingga bisa memperkuat sisi keamanan dan ketahanan dari sisi siber.
"Jadi harus betul-betul kita berikan dukungan, harapan saya ini menjadi pengingat kita selagi melakukan transformasi digital dengan mengkondisikan keamanan kedaulatan digital kita,” tutur pria yang biasa disapa Sandi ini.
Menurut Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pengerapan, serangan siber terhadap server PDNS berdampak pada 210 instansi pusat maupun daerah di Indonesia. "Jadi yang terdampak ada 210 instansi dari maupun pusat dan daerah," kata dia melalui youtube Kominfo seperti dilihat Selasa, 25 Juni 2024.
Semuel mengatakan, beberapa instansi yang sudah mulai beroperasi diantaranya Ditjen Imigrasi Kemenkumham dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves). "Marves punya layanan perizinan event sudah on, kota Kediri juga sudah on yang lainnya lagi proses," ucapnya.
Advertisement
PDND di Jakarta dan Surabaya
"Jadi kita memigrasi data data, prosesnya bagaimana nah ini kecepatannya adalah harusnya bisa dipercepat apabila ada koordinasi antara tenant dan penyedia layanan," sambungnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN Hinsa Siburian mengatakan, peretas atau kelompok hacker Brain Cipher Ransomware telah menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) di Surabaya.
"Yang mengalami insiden ini adalah pusat data sementara yang berada di Surabaya, pusat data sementara ini adalah serangan siber dalam bentuk ransomware dengan nama Brain Cipher Ransomware, ransomware ini adalah pengembangan terbaru dari ransomware LockBit 3.0," kata Hinsa dilihat dari Youtube Kominfo, Selasa, 25 Juni 2024.
Hinsa mengatakan PDNS dibuat di Surabaya dan di Jakarta dibuat karena pembangunan PDN pusat belum rampung. Sehingga, semua data disimpan di PDN Jakarta dan Surabaya.
"Jadi data data ini disimpan di pusat data sementara seperti kita ketahui bahwa pembangunan data center nasional pusat data nasional yang sekarang masih belum selesai," katanya.
Tanggapan Menkominfo
"Jadi karena kebutuhan untuk proses bisnis untuk proses jalannya pemerintahan maka dibuatlah oleh Kominfo pusat data sementara yang ada di Jakarta maupun Surabaya," sambungnya. Hinsa menuturkan, BSSN berkoordinasi dengan lembaga lain untuk menginvestigasi serangan siber ini.
Pihaknya mengupayakan investigasi menyeluruh pada bukti forensik. "Masih terus mengupayakan investigasi menyeluruh pada bukti forensik yang didapat dengan keterbatasan evidence atau barang bukti, karena kondisi barang bukti atau evidence-nya terenkripsi," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai 8 juta dolar atau setara Rp131 miliar.
"Iya, menurut tim (minta tebusan) 8 juta dolar," kata Menkominfo Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 14 Juni 2024.
Dia belum menjelaskan secara rinci soal dari mana dan motif serangan yang membuat server PDN menjadi lumpuh. Budi menyebut serangan terhadap sistem PDN disebabkan virus Lockbit 3.0.2. "Ini serangan virus lockbit 3.0.2," ucap Budi Arie.
Advertisement