Liputan6.com, Jakarta - Maskapai berbendera Israel El Al mengeluhkan sikap pekerja bandara lokal saat pesawat mereka mendarat di Turki pada Minggu, 30 Juni 2024. Dalam pernyataan kepada Business Insider, dikutip Selasa (2/7/2024), juru bicara maskapai itu menuding pekerja lokal di Turki 'menolak mengisi ulang BBM pesawat perusahaannya, meski untuk kepentingan medis'.
Pesawat Israel bernomor LY5102 yang terbang dari Warsawa menuju Tel Aviv itu mendarat di Antalya hampir tiga jam di tengah perjalanan, menurut data di laman pelacakan penerbangan FlightAware. Data menunjukkan bahwa pesawat itu kemudian terbang ke Bandara Internasional Rhodes, berhenti sekitar sejam sebelum melanjutkan penerbangan ke tujuan akhir.
Juru bicara El Al mengatakan pesawat mereka mengevakuasi seorang pasien. Media Israel, Mako mengutip pernyataan penumpang dalam penerbangan tersebut yang diidentifikasi hanya sebagai Avner, melaporkan bahwa pekerja bandara setempat akan mengisi bahan bakar pesawat, tetapi 'petugas darat tidak mau bekerja sama'.
Advertisement
Namun, pernyataan berbeda disampaikan sumber diplomatik Turki yang tidak disebutkan namanya kepada The Times of Israel. Ia menyebut 'bahan bakar akan disediakan ke pesawat karena pertimbangan kemanusiaan, namun saat prosedur terkait masih harus diselesaikan, kapten memutuskan untuk pergi atas kemauannya sendiri'.
Sikap politik Turki terkait agresi militer Israel terhadap warga Palestina begitu jelas. Sejak Mei 2024, Turki menghentikan semua perdagangan dengan Israel karena perang di Gaza dan berusaha untuk bergabung dengan Afrika Selatan menuntut Israel di Mahkamah Internasional atas kasus genosida.
AS Pasok Senjata dan Amunisi Besar-besaran untuk Israel
Berbeda dari Turki, pemerintah Amerika Serikat di bawah Joe Biden secara terang-terangan berada di sisi Israel. Negeri Paman Sam itu dilaporkan mengirim sejumlah besar amunisi ke Israel, termasuk lebih dari 10.000 bom seberat 2.000 pon atau setara dengan 970 kilogram yang memiliki daya merusak sangat dahsyat sejak dimulainya perang di Gaza.
Washington juga disebut mengirim ribuan rudal Hellfire untuk Israel, kata dua pejabat Amerika Serikat (AS). Laporan VOA Indonesia, Minggu, 30 Juni 2024, menyebut seorang pejabat AS yang mengungkap bahwa pengiriman tersebut termasuk dalam daftar senjata yang lebih besar yang telah dikirim ke Israel sejak dimulainya konflik Gaza.
Pada Rabu, 27 Juni 2024, seorang pejabat senior pemerintahan Biden menyampaikan kepada wartawan bahwa Washington telah memberikan bantuan keamanan sebesar USD6,5 miliar kepada Israel sejak 7 Oktober 2024.
Mereka menyebut bahwa sejak perang mulai berkecamuk pada Oktober 2023 hingga beberapa hari terakhir, AS tercatat telah memasok setidaknya 14.000 bom jenis MK-84 seberat 2.000 pon, 6.500 bom seberat 500 pon, 3.000 rudal presisi udara-ke-darat Hellfire, 1.000 bom penghancur bunker, 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, dan berbagai amunisi lainnya, menurut pejabat yang tidak berwenang untuk berbicara kepada publik.
Advertisement
AS Abaikan Desakan Internasional untuk Hentikan Pasok Senjata pada Israel
Meskipun para pejabat tidak menyebutkan waktu pengiriman, jumlah keseluruhan pasokan amunisi itu menunjukkan bahwa militer AS tetap konsisten dalam mendukung sekutunya tersebut. Dukungan tersebut tetap diberikan di tengah seruan internasional untuk membatasi pasokan senjata dan keputusan pemerintah baru-baru ini untuk menghentikan pengiriman bom berdaya ledak tinggi.
Para pakar mengatakan kiriman tersebut sejalan dengan amunisi yang dibutuhkan Israel untuk mengisi kembali pasokan yang digunakan dalam serangan militer intensif selama delapan bulan di Gaza. Serangan tersebut merupakan aksi balasan atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas disebut menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 sandera, menurut penghitungan Israel.
"Meskipun jumlah ini bisa cepat habis dalam konflik besar, daftar ini jelas mencerminkan tingkat dukungan yang substansial dari Amerika Serikat untuk sekutu kita, Israel," kata Tom Karako, seorang ahli senjata di Center for Strategic and International Studies. Ia menambahkan bahwa amunisi yang tercantum adalah jenis yang akan digunakan Israel dalam pertempuran melawan Hamas atau dalam konflik potensial dengan Hizbullah.
Hanya 68 Warga Palestina yang Diizinkan Evakuasi Medis oleh Israel
Sebelumnya, pada Kamis, 27 Juni 2024, Mesir akhirnya mengizinkan sejumlah warga Gaza yang sakit dan terluka melewati perbatasan mereka. Melansir VOA Indonesia, Sabtu, 29 Juni 2024, sebanyak 68 orang – 19 anak yang sakit dan terluka serta pendamping mereka – menyeberang ke Mesir dalam evakuasi yang dikoordinasikan dengan pejabat dari Amerika Serikat, Mesir dan komunitas internasional, menurut pihak militer Israel.
Menurut kantor berita Agence France-Presse (AFP), 21 pasien kanker dari Gaza diangkut ke Uni Emirat Arab untuk menjalani perawatan. Namun, tidak diketahui pasti apakah ke-21 pasien kanker tersebut merupakan bagian dari 68 orang yang dievakuasi.
Mohammed Zaqout, kepala rumah sakit di Gaza, mengatakan lebih dari 25.000 pasien di Gaza memerlukan perawatan di luar negeri dan bahwa rute penyeberangan Kerem Shalom ke Mesir bukanlah pengganti penyeberangan Rafah, yang menghubungkan Gaza langsung ke Mesir.
Laporan Associated Press (AP) menyebut anggota keluarga mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anak yang dievakuasi dengan penuh air mata di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis, Gaza selatan. Banyak keluarga yang tampak cemas, sebagian besar kerabat harus tetap tinggal, dan bahkan mereka yang diperbolehkan menemani pasien tidak mengetahui tujuan akhir mereka.
Advertisement