Sukses

Pelita Air Tanam 10 Ribu Pohon, Diperkirakan Bisa Serap Emisi Karbon hingga 150 Ton per Tahun

Jenis pohon yang ditanam Pelita Air beragam. Tidak hanya untuk menyerap emisi karbon, tetapi juga untuk memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan.

 

Liputan6.com, Jakarta - Pelita Air pada 3 Juli 2024 menanam 10 ribu pohon di Hutan Pertamina UGM Ngawi, Jawa Timur. Upaya penghijauan kembali lahan itu merupakan wujud komitmen untuk mengurangi jejak karbon maskapai yang memiliki kode penerbangan IP. Diperkirakan pohon-pohon yang ditanam bisa menekan sekitar 150 ton karbon dioksida di udara.

Corporate Secretary Pelita Air Agdya Yogandari menerangkan jenis pohon yang ditanam dalam kegiatan bertajuk Sustainability for Tomorrow itu meliputi kepuh, nyamplung, jambu mete, nangka, dan kayu putih. Ragam pohon itu dipilih selain untuk memberikan manfaat lingkungan, juga diharapkan bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Masyarakat setempat dilibatkan tidak hanya untuk menanam pohon, tetapi juga memelihara pohon. Mereka bertindak sebagai local heroes dalam upaya penghijauan tersebut.

"Komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan hidup merupakan salah satu pilar dalam bisnis perusahaan. Hal tersebut termaktub dalam misi perusahaan di mana perusahaan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu, dalam setiap aktivitas bisnisnya, perusahaan senantiasa berupaya memperhatikan aspek lingkungan hidup, termasuk pada kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan," ujar Agdya dalam rilis tertulis kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 5 Juli 2024.

Penanaman pohon ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberikan manfaat berkesinambungan bagi peningkatan kualitas udara, menjaga kestabilan tanah, dan keseimbangan air. "Kami berharap langkah ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi lingkungan sekitar," tambah Agdya.

2 dari 4 halaman

Pelita Air Gelar Penerbangan Hijau

Pada hari yang sama, Pelita Air juga melakukan penerbangan hijau pada rute Jakarta - Surabaya - Jakarta. Penerbangan berkelanjutan merupakan wujud komitmen Pelita Air sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan hidup dan masa depan bumi.

"Saat ini kami sedang melakukan penerbangan berkelanjutan untuk mengurangi emisi agar penerbangan ini lebih ramah lingkungan dengan melakukan pembelian carbon credit yang dapat dikonversikan menekan karbon emisi sebesar 12 ton CO² untuk penerbangan ini. Kami telah mengambil berbagai langkah untuk memastikan bahwa penerbangan ini lebih hijau dan berkelanjutan," ujar Agdya.

Sebelumnya, Pelita Air menjadi maskapai Indonesia pertama yang menjadi bagian dalam ekosistem bursa karbon di Pertamina Group dengan berpartisipasi dalam pembelian transaksi perdana perdagangan karbon. Pembelian karbon tersebut dilakukan bersamaan dengan peluncuran bursa karbon IDX di Bursa Efek Jakarta. yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Selasa 26 September 2023.

Direktur Utama Pelita Air, Dendy Kurniawan mengatakan pihaknya sangat mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia dalam dalam upaya mengelola risiko perubahan iklim dengan mendukung transisi energi serta mencapai target Net Zero Emission Indonesia pada 2060 atau lebih cepat. "Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah melalui pengembangan bisnis pasar karbon," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Aksi Pengurangan Emisi Karbon

Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, Pelita Air sebagai maskapai milik PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk mendukung pengurangan emisi karbon dan pengembangan proyek energi bersih untuk operasi penerbangan. Hal ini dibuktikan dengan rencana dan realisasi beberapa program perusahaan sebagai implementasi aksi Net Zero Industri Aviasi.

Selain transaksi kredit karbon, Pelita Air menjalankan Green Operating Procedure di dalam operasional penerbangan pesawat di Pelita Air agar penggunaan bahan bakar dapat lebih efisien dan dapat berkontribusi di dalam kebijakan carbon reduction. Penerapan teknologi yang terintegrasi di dalam navigasi dan aircraft performance yang diterapkan oleh perusahaan juga menjadikan Pelita Air menjadi maskapai pertama di Indonesia yang lolos sertifikasi Electronic Flight Bag (EFB) level 2 dan Paket Penerbangan Digital (paper less operation).

"EFB adalah sebuah perangkat digital yang diintegrasikan dengan sistem operasi dan pesawat yang memandu dan menyediakan data khususnya pada saat take off dan landing yang berhubungan dalam hal keselamatan penerbangan," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Pelita Air Fokus Layanan Rute Domestik

Maskapai Pelita Air perdana melayani penerbangan terjadwal pada Kamis, 28 April 2024, dengan rute Jakarta-Bali dari Bandara Soekarno Hatta. Menteri BUMN Erick Thohir menekankan bahwa maskapai yang menjadi anak usaha Pertamina itu fokus melayani penerbangan domestik.

"Saya meminta dan saya haruskan Pelita (Air) ini adalah yang akan menjadi salah satu tulang punggung untuk pembangunan industri domestic flight," katanya dalam sambutannya. "Ini dicatat ya, kalau ada izin internasional jangan dikeluarin," tegas dia.

Erick meyakini, potensi penerbangan domestik bakal kembali membaik. Ia mengacu persentase pariwisata pada masa sebelum Covid-19.

Ia menuturkan 72 persen pariwisata merupakan domestik, baru 28 persen sisanya adalah wisatawan internasional. "Artinya ini ada potensi luar biasa yang selama ini kita bumn tidak memfokuskan dirinya," katanya.

"Yang menarik ini pertanyaannya, kenapa Pelita Air ini dilahirkan dan dan didorong untuk bertransformasi, saya yakini kita tahu potensi yang luar biasa untuk domestic flight yang ada di indonesia, penerbangan domestik," papar Erick.