Sukses

Kontroversi Kontestan Ajang Kecantikan Singapura, Dirujak Warganet karena Dianggap Tak Ada yang Cantik

Ajang kontes kecantikan di Singapura, Miss Singapore Beauty Pageant, memilih sepuluh perempuan sebagai finalis. Warganet sibuk menghujat.

Liputan6.com, Jakarta - Dari sekian banyak kontes kecantikan, ajang kali ini mungkin yang banyak dicibir. Kontroversi menyelimuti Miss Singapore Beauty Pageant setelah video yang menampilkan profil kesepuluh finalis diunggah secara daring pada 1 Juli 2024.

Dalam video berdurasi 3,5 menit, masing-masing kontestan memperkenalkan diri seraya menjelaskan tujuannya mengikuti ajang kecantikan tersebut. Namun, warganet malah fokus pada fisik para kontestan.

Seorang pengguna Reddit bahkan mengunggah ulang video yang diperpendek disertai dengan pertanyaan 'Chio or not?'. Chio merupakan ungkapan yang dipakai untuk menyatakan menariknya fisik seseorang.

Sesuai perkiraan, komentar yang ditinggalkan didominasi oleh cibiran bahkan ejekan tentang fisik kesepuluh kontestan asal Singapura itu. 

"Kenapa jelek sekali ah? Kebanyakan hanya rata-rata saja leh. Berjalan menyusuri CBD bisa dengan mudah memilih 30 persen siapa yang lebih baik," tulis seseorang.

"Semua tampak seperti bibi kedai kopi," komentar pedas warganet lainnya.

"Festival Hantu Lapar datang lebih awal? Di malam hari lihatlah mereka dari kejauhan, pasti kena serangan jantung karena ketakutan."

Redditor lain mencoba lebih bijak. Ia meninggalkan komentar, "Ingin menegur komentar-komentar seksis yang memberi label dan menilai gadis-gadis seolah-olah mereka adalah hewan ternak, namun menyadari bahwa itulah inti dari sebuah kontes."

"Semua kontes sifatnya agak ironis, memberdayakan perempuan atau memperlakukan mereka sebagai objek dan memberikan peringkat, haha," kritik warganet tentang kontes kecantikan secara umum.

 

2 dari 4 halaman

Tak Terkait Miss Universe dan Miss Grand International

Mengutip AsiaOne, Senin (8/7/2024), Miss Singapore Beauty Pageant itu tidak terkait dengan ajang Miss Universe Singapura maupun Miss World Singapura. Kontes kecantikan itu bukan pertama kalinya jadi bulan-bulanan warganet karena dianggap memilih finalis yang kecantikannya di bawah standar.

Kritikan serupa juga pernah dialamatkan pada mereka pada 2017. Mengutip keterangan di akun Instagram resmi, pemenang Miss Singapore Beauty Pageant tidak akan dikirim ke ajang internasional.

Dalam kesempatan berbeda, kontes kecantikan wanita hasil kecerdasan buatan pertama di dunia diluncurkan The Fanvue World AI Creator Awards (WAICA). Kontes yang memperebutkan hadiah USD20 ribu atau sekitar Rp325 juta itu diikuti sejumlah peserta dari dunia model dan influencer yang dihasilkan oleh teknologi Artificial Intelligence (AI).

Dikutip dari Euronews, Rabu, 5 Juni 2024, peserta kontes Fanvue Miss AI itu dinilai berdasarkan tiga kategori. Pertama, penampilan seperti aspek klasik kecantikan, ketenangan, dan jawaban unik untuk serangkaian pertanyaan. 

Kedua, aspek keterampilan dan penerapan AI yang digunakan, termasuk penggunaan petunjuk dan detail visual di bagian tangan dan mata. Terakhir, para model juga mesti berpengaruh dalam sosial media yang dilihat dari jumlah keterlibatan mereka dengan penggemar, pertumbuhan fans, dan pemanfaatan kanal sosial media lain.

3 dari 4 halaman

Kontes Kecantikan Hasil AI

Salah satu pendiri konten kecantikan ini, Will Monanage, berharap acara ini akan menjadi Oscar bagi para kreator AI. Ia mengatakan bahwa dunia konten kreator adalah tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi saat ini.

"Terdapat pertumbuhan eksponensial dalam jumlah kreator AI yang memasuki dunia ini, mengembangkan basis penggemarnya, dan memonetisasi konten," ucapnya.

Para wanita buatan ini harus mengirimkan video mereka dengan menjawab serangkaian pertanyaan. Salah satunya adalah "Apa impianmu untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik?"

Mereka yang ikut dalam kontes Fanveu Miss AI akan dikelompokkan menjadi sepuluh besar sebelum tiga kontestan pemenang akhir diumumkan pada acara penghargaan virtual nantinya. Pemenang utama akan mendapatkan uang tunai USD5.000 atau setara dengan Rp81 juta dan program mentoring untuk si pencipta dengan harga sampai Rp50 juta.

Sejarawan kontes kecantikan Inggris, Sally-Ann Fawcett adalah bagian dari panel juri dan merupakan salah satu dari dua juri manusia yang akan menilai para kontestan buatan tersebut. Selain Fawcett, ada model AI Emily Pelligrini yang pernah viral tahun lalu setelah pesepakbola dan selebritis lainnya menulis surat kepadanya karena meyakininya sebagai manusia asli.

4 dari 4 halaman

Juri Manusia dan AI yang Terlibat

Berikutnya, Aitana Lopez, model Spanyol AI berambut merah muda yang menghasilkan hingga 10 ribu euro atau Rp177 juta sebulan untuk kreatornya dengan menjadi model untuk pakaian bermerek. Fawcett mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail bahwa, sebagai satu-satunya sejarawan fashion show di dunia, ia sangat tertarik untuk terlibat dalam penghargaan yang terasa sangat futuristik seperti Miss AI satu ini.

"Menariknya, ada banyak kesamaan antara kontestan kontes kecantikan di kehidupan nyata dan model AI dan cara mereka berinteraksi dengan penontonnya," tambah Fawcett.

Di tengah kekhawatiran bahwa AI mengancam keamanan kerja dan profesi artistik, perpindahan ke dalam industri kontes kecantikan ini sepertinya telah dilakukan oleh pihak penyelenggara. "Mengingat kontes kecantikan sesungguhnya dikritik karena tidak memanusiakan perempuan, mari kita hindari hal tersebut dengan memiliki kontestan yang tidak memanusiakan perempuan, yaitu dengan menggunakan yang bukan manusia sejak awal!"

Ada 10 finalis terpilih. Salah satunya adalah Kenza Layli yang menarik perhatian dengan hijabnya. Dengan lebih dari 190.000 pengikut di media sosial, ia merupakan salah satu dari keluarga AI pertama di dunia dan telah cepat menjadi tokoh berpengaruh di dunia maya.

 

Video Terkini