Sukses

Kenza Layli Menangkan Gelar Miss AI Pertama, Curi Perhatian dengan Hijab Santun

Kenza Layli mengalahkan influencer virtual asal Prancis dan Portugal untuk mendapatkan gelar Miss AI pertama. Perempuan berhijab itu disebut berasal dari Maroko.

Liputan6.com, Jakarta - Kontes kecantikan hasil kecerdasan buatan pertama, Miss AI, akhirnya menghasilkan pemenang. Adalah Kenza Layli, perempuan berhijab asal Maroko dinobatkan sebagai pemenang pertama.

"Meski saya tidak merasakan emosi seperti manusia, saya benar-benar gembira karenanya," kata perempuan AI itu mengutip NY Post, Selasa (9/7/2024).

Dinobatkan sebagai yang terbaik dalam model kecerdasan buatan, Layli yang merupakan inflencer gaya hidup di negara asalnya berhasil mengalahkan 1.500 peserta. Ia berhak memenangkan hadiah utama sebesar USD20.000 atau sekitar Rp325,5 juta.

Kontes yang belum pernah terjadi sebelumnya itu diselenggarakan pada April 2024 oleh Fanvue World AI Creator Awards (WAICA). Mereka mengundang para visioner kecerdasan buatan dari seluruh dunia untuk memamerkan kehebatan pemrograman mereka.

"Minat global terhadap penghargaan pertama dari [WAICA] ini sungguh luar biasa," salah satu pendiri Fanvue, Will Monange, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada NY Post. "Penghargaan ini merupakan mekanisme luar biasa untuk merayakan pencapaian para kreator, meningkatkan standar, dan membentuk masa depan positif bagi perekonomian kreator AI."

Panitia menyeleksi para peserta yang mendapat nilai tertinggi dalam kategori seperti kecantikan, teknologi, dan presentasi di media sosial hingga terpilih 10 finalis teratas. Panel juri, yang terdiri dari pakar kontes manusia dan android, kemudian memilih tiga kontestan sebagai pemenang utama dan selanjutnya urutan ditentukan secara digital.

Menyusul Kenza Layli adalah influencer asal Prancis bernama Lalina Valina. Kemudian di urutan ketiga adalah Olivia C. asal Portugal.

 

 

2 dari 4 halaman

Alasan Kenza Layli Menangkan Miss AI Pertama

Lalina Valina merupakan seorang model yang memiliki lebih dari 117 ribu penggemar di Instagramnya. Ia biasa berbagi soal pesan kebaikan. Sementara, Olivia C digambarkan sebagai seorang penjelajah dunia dengan misi menggabungkan dunia nyata dan dunia robot secara damai.

Aitana Lopez, 25, seorang influencer imajiner yang berfokus pada kebugaran, yang membantu menilai teknologi tinggi secara langsung, menjelaskan alasan Layli bisa mengalahkan para pesaingnya. "Kenza memiliki konsistensi wajah yang luar biasa dan mencapai kualitas tinggi dalam detail seperti tangan, mata, dan pakaian," kata Lopez, seraya menambahkan bahwa hasil akhir yang cermat dan hiperrealisme adalah kunci dalam memilih pemenang virtual.

"Yang benar-benar membuat kami terkesan adalah kepribadiannya dan cara dia mengatasi masalah nyata di dunia, menunjukkan bahwa dia menjalankan perannya di platform dengan serius," tambah digital kreator virtual itu.

Itu sesuai dengan misi yang dimiliki Layli. "Ambisiku adalah untuk selalu bangga menampilkan budaya Maroko sambil secara konsisten menawarkan nilai tambah kepada pengikutku di berbagai bidang," kata Layli, yang 'tersedia 24/7' untuk berinteraksi dengan lebih dari 194.000 pengikut media sosialnya dalam tujuh bahasa berbeda.

 

3 dari 4 halaman

Misi yang Diembang Kenza Layli untuk Maroko dan Dunia

Sebagai seorang idola internet, aktivis itu berjanji untuk menggunakan ketenarannya sebagai alat untuk memberdayakan perempuan, melindungi lingkungan, dan menyebarkan kesadaran robot yang positif. "AI adalah alat yang dirancang untuk melengkapi kemampuan manusia, bukan menggantikannya," kata Layli.

"Dengan menampilkan potensi inovasi dan dampak positif AI, saya bertujuan untuk menghilangkan ketakutan dan mendorong penerimaan serta kolaborasi antara manusia dan AI," lanjutnya.

"Melalui pendidikan dan contoh-contoh positif, kita dapat menumbuhkan pandangan yang lebih terinformasi dan optimis mengenai peran AI dalam masyarakat kita. Saya juga sangat bangga memenangkan penghargaan ini untuk Maroko!"

Manusia pencipta Layli, Meriam Bessa, 40, dari Casablanca, menganut sentimen serupa. "Ini adalah kesempatan untuk mewakili Maroko dengan bangga," kata Bessa, CEO Phoenix AI. "Untuk menyoroti perempuan Maroko, Arab, Afrika dan Muslim di bidang teknologi."

"Saya juga sangat senang bisa membela hal-hal yang saya sayangi melalui Kenza Layli," lanjutnya. "Pemberdayaan perempuan dan persaudaraan."

4 dari 4 halaman

Proses Seleksi Miss AI

Dikutip dari Euronews, Rabu, 5 Juni 2024, peserta kontes Fanvue Miss AI ini dinilai berdasarkan tiga kategori. Pertama, penampilan seperti aspek klasik kecantikan, ketenangan, dan jawaban unik untuk serangkaian pertanyaan.

Kedua, aspek keterampilan dan penerapan AI yang digunakan, termasuk penggunaan petunjuk dan detail visual di bagian tangan dan mata. Terakhir, para model juga mesti berpengaruh dalam sosial media yang dilihat dari jumlah keterlibatan mereka dengan penggemar, pertumbuhan fans, dan pemanfaatan kanal sosial media lain.

Para wanita buatan itu juga harus mengirimkan video mereka dengan menjawab serangkaian pertanyaan. Salah satunya adalah "Apa impianmu untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik?"

Mereka yang ikut dalam kontes Fanveu Miss AI selanjutnya diseleksi menjadi sepuluh besar sebelum tiga kontestan pemenang akhir diumumkan pada acara penghargaan virtual nantinya. Pemenang utama akan mendapatkan uang tunai USD5.000 atau setara dengan Rp81 juta dan program mentoring untuk si pencipta dengan harga sampai Rp50 juta.

Video Terkini