Sukses

Wajah Baru Sekolah di Utara, Jembatan Ilmu bagi Anak-Anak Kampung Baru Nelayan Cilincing

Wajah baru Sekolah di Utara terwujud melalui Ruang Belajar untuk Cilincing (RUNCING). Apakah program ini akan berkelanjutan?

Liputan6.com, Jakarta - Tidak kurang dari 90 anak berusia tiga hingga 12 tahun belajar di Sekolah di Utara. Itu merupakan lembaga pendidikan non-formal di bawah jembatan penghubung Cilincing dan Marunda, Jakarta Utara, yang bermaksud memberi akses pendidikan pada anak-anak yang terhambat mengenyam pendidikan formal.

Sejak dibangun pada 2020, kondisi bangunan semi permanen Sekolah di Utara terlihat memprihatinkan. Pintu dan jendela yang rusak membuat debu jalanan masuk ke dalam ruang belajar. Rak buku dan karpet berdebu pun semakin memperburuk kondisi tersebut.

Maka itu, mahasiswa Institut Komunikasi dan Bisnis London School of Public Relations (LSPR) menggagas Ruang Belajar untuk Cilincing (RUNCING). Program pengajaran dan donasi ini hadir dari mata kuliah Community Development yang mengutamakan Sustainable Development Goals (SDG’s) yang bertujuan memberi akses pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas bagi anak-anak di Kampung Baru Nelayan Cilincing.

Terkait alasan pemilihan Sekolah di Utara, Ketua Hubungan Masyarakat, Media, dan Kemitraan RUNCING Muhammad Febriansyah Litawan menjelaskan lewat keterangan pada Lifestyle Liputan6.com, Senin, 8 Juli 2024, berdasarkan riset dan survei mereka, Cilincing jadi salah satu lokasi yang fasilitas atau lembaga pendidikan formalnya kurang memadai.

"Selain, banyak anak-anak usia sekolah yang tidak bisa mengakses pendidikan formal," ia menambahkan. "Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 menunjukkan bahwa akses pendidikan formal untuk tingkat SD sampai SMP di Kelurahan Cilincing masih sangat terbatas."

"Kami panitia RUNCING berkunjung ke Kampung Baru Nelayan Cilincing Jakarta Utara, dan mendapati bangunan semi permanen di bawah jembatan yang dijadikan sarana lokasi belajar yang dikelola komunitas Sekolah di Utara," bebernya.

2 dari 4 halaman

Wajah Baru Sekolah di Utara

RUNCING merenovasi Sekolah di Utara, dan merayakan wajah baru sekolah tersebut pada 30 Juni 2024. Febriansyah berkata, "Hari ini (30 Juni 2024) menandai kelahiran kembali harapan dan tekad bagi anak-anak Kampung Baru Nelayan Cilincing dengan direnovasinya Sekolah di Utara."

"Kami telah mengganti pintu, jendela, dan dinding yang rusak, memasang rak buku baru untuk menampung buku-buku yang disumbangkan, serta mengecat dinding dengan tema bawah laut yang ceria. Kami berharap sekolah yang telah direnovasi ini akan memberi lingkungan belajar yang aman, tenang, dan nyaman bagi anak-anak, serta relawan guru," ia menyambung.

Renovasi ini dikerjakan melalui kerja sama pihaknya dengan Lions Club International. District Governor Lions Club International Peter C. Djajadi menyampaikan, "Pendidikan dasar itu penting, terutama bagi mereka yang berusia 3--12 tahun. Sebab itu, semoga kita dapat fokus dalam mendidik mereka melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam membentuk program yang berkelanjutan."

Selain merenovasi bangunan sekolah, mereka menyerahkan ratusan buku pendidikan, cerita, dan mewarnai hasil donasi. Dalam rangka HUT Jakarta pada 22 dan 23 Juni 2024, relawan RUNCING, termasuk dosen LSPR, anggota Forum Genre DKI Jakarta, dan mahasiswa menyelenggarakan dua hari sesi pendidikan.

3 dari 4 halaman

Asal-mula Sekolah di Utara

Mereka memberi pendidikan Pancasila, keberagaman budaya, sains, matematika, dan pendidikan karakter. Juga, menggelar kegiatan interaktif, seperti lomba mewarnai, eksperimen gunung berapi, dan pembuatan kerajinan tangan.

Saat ditanya apakah RUNCING akan jadi program berkelanjutan, Febriansyah menjawab, "Harapannya, program pengajaran, sistem relawan, dan donasi yang telah disusun RUNCING dapat diadopsi para pengurus Sekolah di Utara, dan dapat jadi program yang berkelanjutan."

Diceritakan bahwa Sekolah di Utara muncul atas ide seorang mahasiswa dan ibu rumah tangga yang berdedikasi tinggi terhadap pendidikan bernama Siti Asillah. "Ibu Siti tadinya menjaga warung peninggalan orangtuanya di bawah kolong jembatan tempat di mana Sekolah di Utara saat ini didirikan," kata Febriansyah

"Ia memberikan warung tempat ia berjualan untuk dijadikan tempat belajar sekolah informal setelah adanya pendekatan dan pengajuan proposal mahasiswi UNJ untuk mengadakan program sosial. Mereka berdua terlibat ketika program RUNCING dilaksanakan dan saat ini, Ibu Siti jadi pengurus Sekolah di Utara dan partner program RUNCING."

 

4 dari 4 halaman

Sadar Akan Tantangan Pendidikan bagi Anak-Anak Kampung Baru Nelayan Cilincing

Selama belajar di Sekolah di Utara, anak-anak tidak dipungut biaya sepeser pun. "Terkait para relawan pengajar, mereka biasanya berasal dari mahasiswa-mahasiswi yang mengadakan program KKN atau pengurus Sekolah di Utara meminta teman-teman mahasiswa mengajar secara sukarela," ungkap Febriansyah.

"Kegiatan pengajaran biasanya berlangsung setiap Sabtu dan Minggu atau tergantung jadwal para relawan pengajar. Sudah jadi kebiasaan dan tanggung jawab Ibu Siti untuk mengumpulkan dan mengajak anak-anak Kampung Baru Nelayan Cilincing untuk belajar dan bermain di Sekolah Di Utara."

Dalam keterangannya, Siti berharap program pendidikan dan donasi ini akan meningkatkan kesadaran tentang tantangan pendidikan di Kampung Baru Nelayan Cilincing. Ia juga berharap sekolah non-formal itu mendapatkan perhatian lebih besar dari masyarakat maupun pemerintah.

Saat ditanya isu darurat dalam ekosistem Sekolah di Utara, Febriansyah menyebut, yakni masalah bangunan yang berdiri di lokasi yang tidak semestinya, kekurangan sumber daya pengajar yang tetap, serta akses listrik untuk penerangan.