Liputan6.com, Jakarta - Anak sulung Jennifer Garner dan Ben Affleck, Violet Affleck, menuntut aturan wajib memakai masker di seluruh rumah sakit Los Angeles, Amerika Serikat (AS). Dara berusia 18 tahun itu berbagi pengalaman pemulihan diri dari virus pada 2019 dalam permohonan emosional di depan Dewan Pengawas Daerah Los Angeles, Selasa, 9 Juli 2024, waktu setempat.
Melansir NY Post, Kamis (11/7/2024), ia mengatakan,"Wilayah ini harus menentang larangan penggunaan masker ....dengan alasan apapun." Selama komentar publik, saat warga berkesempatan mengajukan pertanyaan dan mengadvokasi suatu tujuan, Violet memperkenalkan diri sebelum mendesak dewan menerapkan mandat pemakaian masker.
"Hai, (saya) Violet Affleck, warga Los Angeles, pemilih pertama, saya berusia 18 tahun," katanya dalam klip pertemuan yang dibagikan di X, dulunya Twitter. "Saya terjangkit penyakit pasca-virus (yang kemudian dikenal luas sebagai Long COVID) pada 2019."
Advertisement
Ia menyambung, "Saya baik-baik saja sekarang, tapi saya melihat secara langsung bahwa pengobatan tidak selalu memiliki jawaban terhadap konsekuensi dari virus yang kecil sekali pun. Pandemi COVID-19 telah berdampak lebih parah."
Menurut Mayo Clinic, kondisi Long COVID terjadi setelah infeksi virus. Gejalanya bisa berlangsung berbulan-bulan dan sering kali berupa kelelahan, lesu, kehilangan ingatan, ketidakmampuan fokus, dan kelelahan.
"Satu dari 10 infeksi menyebabkan Long COVID, yang merupakan penyakit neurologis dan kardiovaskular yang dapat menghilangkan kemampuan orang untuk bekerja, melihat, bergerak, dan bahkan berpikir," kata Violet dalam pertemuan tersebut.
Tuntutan Violet Affleck
Violet menyambung, "Hal ini akan memperburuk krisis tunawisma yang kita alami, serta penderitaan banyak orang di kota kita. Hal ini merupakan dampak yang paling berat bagi komunitas kulit berwarna, penyandang disabilitas, lansia, transgender, perempuan, dan siapa pun yang memiliki pekerjaan penting yang berhubungan dengan publik."
Pada Februari 2024, pejabat kesehatan masyarakat Los Angeles mengumumkan bahwa karyawan dan pengunjung fasilitas kesehatan tidak lagi diharuskan memakai masker. Lebih dari 37 ribu orang di Los Angeles meninggal karena COVID-19 selama pandemi, setelah penyakit jantung koroner dan kematian akibat Alzheimer, menurut para pejabat.
"Demi menghadapi krisis Long COVID, saya menuntut ketersediaan masker, penyaringan udara, dan sinar far-UVC di fasilitas pemerintah, termasuk penjara dan pusat penahanan, serta mandat penggunaan masker di fasilitas medis daerah,” tambah remaja tersebut. "Kita harus memperluas tes dan pengobatan gratis dan, yang paling penting, negara harus menentang larangan penggunaan masker dengan alasan apapun."
Advertisement
Komentar Pro Kontra Publik
Violet berkata, "Hal-hal tersebut (penyebaran pasca-virus) tidak membuat kita merasa aman, namun membuat anggota komunitas kita yang rentan jadi kurang aman dan membuat semua orang kurang bisa berpartisipasi di Los Angeles bersama-sama. Terima kasih."
Violet juga memakai masker saat pesta Hamptons CEO Fanatics Michael Rubin tahun lalu, ketika ia berfoto bersama ayah dan ibu tirinya Jennifer Lopez. Remaja tersebut sering kali memilih memakai masker saat bepergian.
Di X, pernyataannya berbuah kritik publik. "Terlepas dari ketidaktahuan, bayangkan narsisme ekstrem dan hak yang diperlukan untuk menuntut orang lain memenuhi neurosis Anda," kata salah satu pengguna mengomentari tuntutan Violet. "Dia bisa tinggal di rumah atau dia bisa memakai masker. Itu bukan masalah orang lain," sahut yang lain.
"Saya juga mengalami Long COVID. Tapi saya tidak melihat bagaimana masker akan membantu hal itu. Yang terbaik adalah tetap berada di luar dunia nyata, menjaga sistem kekebalan tubuh Anda kuat, mengonsumsi vitamin, dan terbuka terhadap segala jenis pengobatan yang aman," menurut yang lain.
Sebagaian lain membela Violet, mengatakan, "Orang yang mengkritiknya pasti tidak menyimak lengkap tuntuannya. Ia hanya meminta itu (mandat masker) di rumah sakit." "Saya tidak percaya orang-orang mengatakan hal tidak masuk akal hanya karena tuntutan ini keluar dari mulut anak artis. Jangan langsung menilai, lihat dulu konteksnya," sambung yang lain.
Studi yang Misinterpretasi
Tahun lalu, ABC News melaporkan, sebuah tinjauan Perpustakaan Cochrane jadi sorotan setelah berita utama menyatakan studi yang diterbitkan penelitian organisasi terkemuka tersebut menemukan bahwa masker tidak berdampak dan tidak menghentikan penularan virus pernapasan, seperti COVID-19. Selama dua bulan, beberapa komentator dan politisi melalui artikel opini dan media sosial mengatakan bahwa penelitian tersebut membuktikan masker tidak diperlukan sepanjang waktu dan mandat yang diberikan tidak efektif.
Namun, pemimpin redaksi Perpustakaan Cochrane, Dr. Karla Soares-Weiser, mengeluarkan pernyataan pada 10 Maret 2023 yang mengatakan analisis tersebut telah disalahartikan. Ia menyebut, tinjauan tersebut tidak menemukan bahwa masker tidak efektif dipakai.
"Akan akurat jika dikatakan bahwa tinjauan tersebut mengkaji apakah intervensi mendorong penggunaan masker membantu memperlambat penyebaran virus pernapasan, dan hasilnya tidak dapat disimpulkan," ia menegaskan.
Jessica Justman, seorang profesor kedokteran di bidang epidemiologi di Columbia Mailman School of Public Health, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, "Studi ini melihat intervensi yang mencoba mempromosikan penggunaan berbagai jenis alat pelindung diri, seperti masker, dan hasilnya akan bergantung pada seberapa baik masyarakat benar-benar mematuhi pemakaian alat pelindung diri tersebut."
Ia melanjutkan, "Jadi, ini bukan studi tentang masker, melainkan studi tentang intervensi membuat orang memakai masker."
Advertisement