Liputan6.com, Jakarta - Embun es kembali dipotret di Dieng, Jawa Tengah. Sementara fenomena itu terus mengundang komentar takjub warganet, ada juga yang menyoroti sampah berserakan di lokasi berselimut embun upas tersebut.
Ini bermula dari unggahan akun X, dulunya Twitter, @FestivalDiengID, Jumat, 12 Juli 2024. "Pagi ini, Dieng membeku lagi Kak. Jangan lupa persiapkan jaket tebal yahh besok, karena Agustus biasanya sedang dingin dinginnya meskipun ga sedingin sikap dia ke kamu 👉🏻👈🏻," begitu bunyi keterangan cuitan tersebut.
Tweet itu menyertakan foto dan video embun es yang dimaksud. Selain di kendaraan dan hamparan rumput, embun upas menyelimuti sampah botol plastik, lemaran kertas, dan bungkus rokok yang sayangnya terekam berserakan.
Advertisement
"Kalo bisa ga cuma mainin esnya bang, sekalian dipungutin itu sampah 🙏🏻," kata salah satu pengguna, yang dijawab si akun pengunggah, "Sudah Kak :)." "Wahai para wisatawan tolong buang sampahnya jgn sembarangan," imbau yang lain.
Sampah sayangnya telah jadi salah satu menahun di destinasi wisata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan dalam wawancara tahun 2022 bahwa pengelolaan sampah di tempat wisata merupakan tanggung jawab bersama. "Tidak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat," sebut dia.
"Tanggungjawabnya adalah tanggung jawab kita semua, terutama masyarakat yang ada di garda terdepan, komunitas, pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah kabupaten dan kota, sampai ke tingkat pemerintahan desa," ia menyambung.
Sampah Jadi Masalah Menahun
Menparekraf berkata, "Kita juga harus memberi kesempatan pada anak muda, ibu-ibu, media, institusi pendidikan, semua harus bergandengan menangani sampah. Meski begitu, ia menjelaskan bahwa Kemenparekraf ditugaskan membangun destinasi-destinasi wisata dengan konsepCleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan) alias CHSE.
"Pengelolaan sampah masuk di aspek environment sustainability, Tapi tidak hanya sampah, (Kemenparekraf) mengatur energi baru dan terbarukan yang kami dorong untuk digunakan di destinasi wisata," tuturnya.
Namun faktanya, isu sampah masih terus ditemukan di banyak destinasi dari waktu ke waktu. Ini terutama dikabarkan dari sejumlah destinasi wisata alam populer, seperti di Bali. Vila-vila mewah di Pulau Dewata bahkan tidak bisa lepas dari krisis sampah ekstrem di sana.
Salah satu pendiri Sungai Watch, Gary Bencheghib, berbagi di Instagram tentang kondisi sungai lokal di Canggu dari vilanya di Pulau Dewata, beberapa waktu lalu. Melansir news.com.au, 21 Mei 2024, video tersebut menampilkan sebuah vila mewah dengan kolam biru jernih. Tapi saat melewati pagar, sungai di samping bangunan itu hampir seluruhnya tertutup sampah, termasuk botol plastik dan tas belanjaan. "'Datanglah ke Bali dan nikmati vila berpemandangan sungai,' kata mereka," sebutnya.
Advertisement
Sampah di Destinasi Wisata
Salah satu pengguna nimbrung di kolom komentar, bercerita, "Saya sangat kecewa ketika tiba di Bali. Saya mengharapkan surga tropis dan menemukan tempat pembuangan sampah yang menjijikkan." Yang lain menyindir, "Mengejutkan sekali mengambil semua uang dari wisatawan dan tidak mengembalikannya ke pengumpulan sampah yang semestinya."
Pengelolaan sampah merupakan masalah menahun di Bali, sehingga masyarakat setempat sering kali tidak punya pilihan selain membuang sampah mereka di pinggir jalan atau di kebun. Sampah yang dibuang telah mengalir ke 400 anak sungai, dengan 90 persen penduduknya tinggal satu kilometer dari sungai.
Pada Yahoo News Australia, dikutip 30 Januari 2024, Profesor Joseph Cheer dari Western Sydney University menjelaskan, "Tentu saja dengan semakin banyaknya wisatawan di sana (Bali) akan memperbesar jumlah botol plastik sekali pakai yang dibuang ke tempat sampah."
Kondisi ini juga memberi tekanan lebih lanjut pada masalah plastik di Bali yang berasal dari buruknya infrastruktur manajemen limbah, katanya. Ia menambahkan bahwa masalah sampah juga merupakan "khas pariwisata di pulau-pulau."
Fenomena Embun Upas Sebelumnya di Dieng
Terlepas dari masalah sampah, akun Instagram @aryadidarwanto telah menunjukkan fenomena embun upas di Dieng, bulan lalu. Video yang dibagikan pada 5 Juni 2024 itu berlatar belakang Candi Setyaki, menampakkan pemandangan biru ala suhu dingin.
"Pagi ini 5 Juni 2024, suhu di aplikasi cuaca Dieng mencatat suhu terendah mencapai 1,92'C. Informasi: suhu 1'C embun es tetap dapat terbentuk ya, namun tipis sekali. Kemunculan embun es ke-3 untuk tahun 2024," tulis pemilik akun dalam keterangan unggahannya.
Perekam video tampak membawa sebuah termometer yang memang menunjukkan suhu yang hampir 0 derajat celcius. Ia juga memperlihatkan embun es yang terbentuk pada kain hitam penutup yang berada di tanah.
Si perekam mengikis lapisan luar kain tersebut yang menghasilkan es tipis. Hal demikian ternyata bukan hal baru terjadi di Dieng. Hampir setiap tahun, wilayah dataran tinggi di Jawa Tengah ini dilanda fenomena embun upas.
Embun Upas merujuk pada pembentukan bekuan embun pada sekitar pertengahan tahun. Pada masa ini, suhu sejuk membuat embun pagi jadi beku layaknya salju. Bahkan, beberapa orang merujuk fenomena ini sebagai "Salju Dieng."
Advertisement