Liputan6.com, Jakarta - Gunung Buntu Karua atau Gunung delapan merupakan sebuah gunung yang terletak di pedalaman tanah toraja, tepatnya di lembang (Desa) balla kecamatan bituang, Makale, kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Gunung Buntu karua memiliki ketinggian sekitar 2763 mdpl.
Dekat dari Tana Toraja, kawasan ini masih terbilang sepi dari kunjungan pendaki maupun wisatawan di luar pulau Sulawesi. Pendakiannya pun agak sulit dan perlu bantuan dari warga lokal.
Keunikan dari gunung ini, selain jalur yang lumayan sulit, kelestarian alamnya pun sangat terjaga. Disebutkan bahwa hampir 70 persen hutannya di penuhi oleh lumut, dan juga terdapat tugu trianggulasi setinggi 1 meeter terbuat dari beton yang di bangun oleh belanda.
Advertisement
Masih banyak hal mengenai Gunung Buntu Karua selain lokasi juga ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Buntu Karua yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Dikenal Juga Sebagai Gunung Delapan
Mengutip dari laman blog Latimojong, pada Kamis, 18 Juli 2024, diduga Buntu Karua merupakan salah satu gunung berapi. Hal ini bisa diketahui saat Anda mendaki di gunung ini bisa tercium aroma khas belerang yang sangat jelas.
Menurut cerita, dulunya Gunung ini adalah sebuah gunung yang sangat besar tetapi meletus sehingga dari gunung besar tersebut merubah menjadi gunung-gunung kecil yang berjumlah delapan, maka dari itu puncak tertingginya di sebut buntu karua atau Gunung delapan.Â
2. Masih Jarang Dikunjungi Pendaki
Gunung Buntu Karua merupakan salah satu puncak yang masih jarang di kunjungi oleh para penggiat alam bebas. Gunung ini dapat ditempuh dari kota Makale sekitar 1 jam dari kota tersebut. Terdapat setidaknya delapan pos pendakian menuju puncak, dan sumber air hanya terdapat di pos 3 dan pos 6.
3. Titik Awal PendakianÂ
Perjalanan dimulai dari kota palopo menuju Kabupaten tanah toraja, Kecamatan Bituang, lembang (desa) balla. Perjalanan dari palopo memang mulus melalui aspal, namun ketika memasuki lembang balla akses di sana sangat hancur.
Jalannya di susun dari bebatuan yang besar dan sangat menanjak membuat mesin motor kami menjerit. Menurut cerita tim ekspedisi yang pernah ke sana, sekitar empat jam dari jalan tersebut Anda akan tiba di rumah pendeta setempat.
Disebutkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Bituang adalah nasrani. Rumah pendeta tersebut yang dijadikan pos lapor jika ingin melakukan pendakian ke Gunung Buntu Karua.
Â
Advertisement
4. Melewati Padang Ilalang hingga Hutan Lumut
Di awal pendakian, Anda akan menyusuri jalan dan bertemu pandang ilalang dengan vegetasi pinus dan tanaman jenis pakis berbatang keras. Lalu sekitar sejam kami berjalan kami tiba di pos 1.
Lokasinya sangat sempit, ditandai sebuah pohon pinus yang besar dan beberapa papan pos dari kelompok ekspedisi maupun pendaki sebelumnya. Beberapa meter dari pos 1 menuju pos 2 kami memasuki hutan yang lumayan rapat.
Deretan pohon pinus yang kami lalui berganti menjadi beberapa pohon palem berduri dan semak belukar. Jalur menuju pos 2 sangat menanjak dipersulit lagi jalannya dipenuhi dedaunan yang basah jika cuaca hujan.
Saat hujan jalur yang dilalui pun akhirnya menjadi licin. Tiba pos 2, lokasinya juga di tandai sebuah pohon yang sangat besar di penuhi oleh pohon yang berlumut.Â
5. Tempat Berkemah
Setelah pos 2 Anda akan menuruni lembah yang curam. Sekitar 30 menit pendaki pun akan tiba di pos 3. Di sini Anda bisa berkemah, karena lokasi tanah datarnya cukup untuk menampung beberapa tenda. Pos 3 sangat sering dijadikan tempat berkemah karena airnya sangat melimpah.
6. Rute ke Puncak dengan Batu Tringulasi Zaman Belanda
Dari lokasi berkemah di pos 3 menuju pos 4, Anda akan melalui punggungan gunung yang sangat menanjak. Sesekali Anda akan terperosot kembali kebawah akibat licinya jalur menuju pos 4.
Sekitar sejam berjalan Anda akan tiba di pos 4, lokasinya lumayan luas tapi tak terdapat sumber air di pos ini. Melanjutkan ke pos berikutnya, jalurnya kali ini sangat landai dan beberapa kali menurun.
Sekitar 30 menit Anda akan tiba di pos5 dan di lanjutkan ke pos 6, hanya sayang sekali jalur menuju pos 6 hutannya tidak beritu rapat karena adanya aktivitas pembabatan hutan oleh warga setempat. Menuju pos 6 juga sangat banyak di tumbuhi pohon kalpataru.
Sekitar 40 menit pendaki akan tiba di pos 6. Di sini merupakan sumber air terakhir, lokasinya dapat menampung sampai tiga tenda ukuran sedang sangat cocok di jadikan camp.Â
Jalur menuju pos 7 adalah jalur yang paling panjang dan sulit, butuh sekitar 2 jam agar kita bisa tiba di pos berikutnya. Pendakian sulit masih akan dilalui pendaki hingga pos 8 menuju puncak Gunung Buntu Karua yang terdapat tugu tringulasi yang ada sejak zaman Belanda.
Â
Advertisement