Sukses

Warganet Indonesia Ungkap Gegar Budaya Selama di Korea Selatan, dari Perban Wajah sampai Toilet Pakai Password

Meski sekarang sudah mulai terbiasa, warganet ini mengatakan tak mudah untuk menyesuaikan diri dengan budaya dii Korea. Salah satunya adalah ia sempat kaget melihat banyak orang tidur sembarangan di jalan.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk sebagian orang tinggal di luar negeri bukan hal yang mudah tapi bisa juga menjadi pengalaman yang luar biasa. Begitu pula dengan orang Indonesia yang tinggal di Korea Selatan. Meski banyak orang terutama pecingta K-Pop dan K-Drama yang ingin ke Korea, tapi tinggal di sana dalam waktu yang lama tentu jadi perkara lain, seperti dialami seorang warganet Indonesia.

Lewat sejumlah unggahan di akun TikTok @suchieliaartha, wanita yang diketahui bernama Suchie Artha ini mengaku tinggal di Korea Selatan penuh tantangan budaya yang mungkin mengejutkan bagi pendatang baru. Ia mengungkapkan ada sejumlah culture shock atau gegar budaya yang pernah dialaminya.

Meski sekarang sudah mulai terbiasa, Suchie mengatakan tak mudah untuk menyesuaikan diri dengan gaya hiduo maupun budaya dii Korea. Salah satunya adalah ia sempat kaget melihat banyak orang tidur sembarangan di jalan karena terlalu mabuk. "Dan mereka tetap baik-baik saja, gak ada yang jahatin atau malingin juga," tulisnya, Selasa, 23 Juli 2024.

Selanjutnya soal sampah. Ia sering melihat barang-barang elektronik seperti televisi dan kulkas, sofa, dan sejenisnya dibuang padahal masih layak pakai. "Ini boleh diambil siapapun yang mau. Tapi buang barang yang begini, si pembuang harus bayar biasanya," tulisnya.

Masih soal sampah, di sana juga ada tong sampah khusus pakaian, tas, dan sepatu. Dan yang dibuang kondisinya kebanyaka 95 persen masih bagus dan masih sangat layak dipakai. "Ini juga boleh diambil siapa saja yang mau," terangnya.

Kebiasaan lainnya yang membuatnya kaget adalah tidak boleh sharing makanan di restoran. Banyak resto yang tidak membolehkan sharing makanan. Ada llagi yang membuatnya kaget yaitu toilet umum memakai password Selain tanpa bidet, kendala toilet umum adalah rata-rata ada passwordnya sehinga harus mendaftar lebih dulu lewat aplikasi.

Gegar budaya lainnya adalah, tinggal di Korea juga harus bisa serba cepat. Contohnya ketika pesan makanan atau minuman harus cepat. Mereka bakal kesal kalau harus menunggu kita berpikir dulu mau pesan apa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pakai Perban Usai Operasi Plastik

 

"Jadi sebelum mesen, pastiin kita udah fix sama pesanan kita. Mereka gak mau buang waktu," ungkapnya. Kita juga harus hati-hati sama yang berkedok menawarkan brosur dengan ramah, suka memuji dan banyak basa-basi.

"Bisa jadi itu oknum yang ujung-ujungnya ngajak ikut ke sekte tertentu,” tulisnya lagi. Budaya lainnya, pasangan kekasih tidak segan-segan mengumbar kemesaraan menun jukkan kasih sayang.

Mereka gandengan, pelukan, bermanja-manja, bahkan ciuman di depan umum. "Banyak yang pakai couple item juga kayak kaus yang sama," jelasnya.

Terakhir adalah sering menjumpai orang dengan wajah penuh perban. Suchie mengaku saking banyaknya orang Korea yang melakukan operasi plastik (oplas), banyak orang yang wajahnya masih diperban. Pemandangan itu biasa dijumpai di tempat-tempat umum seperti kafe, mal dan transportasi umum.

Menurut Suchie, masih banyak lagi gegar budaya yang ia alami di Korea Selatan. Ia berjanji akan mengungkapkannya lagi di akun media sosialnya. Meski begitu ia mengingatkan, gegar budaya itu hanya berdasarkan pengalaman pribadinya selama tinggal di Korea Selatan. Ia tidak mau pengalamannya terlalu digeneralisasi atau langsung dijadikan patokan karena pengalaman setiap orang pastinya berbeda-beda.

3 dari 4 halaman

Korea untuk Tempat Liburan Saja

Yang jelas, unggahan itu mendapat banyak komentar dari warganet. Sebagian besar mengaku bayangan mereka tentang hidup di Korea Selatan ternyata tak seindah kenyataannya.

"Ternyata gua cmn suka kehidupan di drakor nya 😭," komentar seorang warganet.

"Aku pertama kali ke korea juga culture shock ternyata orang sana nyetir bus sama taxi udh kaya sopir bus pantura, bar bar bgt ngalahin yg disini 😭😭,” sahut warganet lain.

"Korea itu kehidupannya keras, bisa dliat dari kisah2 artis perjuangan mreka biar sukses ga main2.. makanya mreka banyak bkin Drakor indah2 biar org sana tuh terhibur,” tulis warganet lain.

"Keknya korea tuh lebih baik dijadikan tempat liburan doang gasi untuk kita2 yg orang indo, jadi ga bgt kalo untuk di tinggali krna bakal beda juga kehidupan di indo sama korea," kata yang lain.

"Ternyata setelah dipikir2 aku ngga pengen ke korea, tapi pengen ke kehidupan drakor😭😭😭😭," timpal warganet lainnya.

Di tahun ini, Korea Selatan meluncurkan visa digital nomad yang memungkinkan pekerja jarak jauh untuk tinggal di negara tersebut hingga dua tahun. Program ini juga akan dilengkapi dengan ‘K Culture Training Visa’. 

4 dari 4 halaman

Visa Digital Nomad ke Korea Selatan

Mengutip dari laman Euronews, Sabtu, 23 Desember 2023, program yang sudah dipersiapkan sejak tahun lalu ini bertujuan memanfaatkan popularitas budaya Korea Selatan dengan menarik generasi muda ke negara tersebut untuk mempelajari lebih lanjut budaya negeri gingseng. ‘K Culture Events’ akan diadakan sepanjang tahun 2024 dengan menyoroti musik, makanan, dan kecantikan Korea.

Sementara 'K Tourism Road Show' juga akan diadakan di negara-negara di seluruh dunia mulai dari Amerika hingga Swedia.  Adapun syarat-syarat untuk pengajuan visa digital nomad Korea Selatan belum diumumkan, namun diperkirakan akan tersedia pada paruh kedua tahun 2024.

Saat ini, sebagian besar warga negara Uni Eropa (UE) dapat memasuki Korea Selatan tanpa visa dan tinggal hingga 90 hari. Sementara untuk warga negara Indonesia bisa mengunjungi Pulau Jeju dengan penerbangan langsung ke pulau eksotis itu, namun harus memenuhi persyaratan untuk mendapatkan visa Korea Selatan jika mengunjungi Seoul.

Disebutkan bahwa selain berinvestasi dan mempromosikan pariwisata regional, pemerintah Korea Selatan juga bertujuan untuk memudahkan wisatawan asing berkunjung dengan mengembangkan panduan berbahasa Inggris dan alat pemesanan transportasi dengan bantuan AI.

Negara ini berharap bahwa inisiatif-inisiatif tersebut akan membantunya mencapai tujuan menyambut 30 juta wisatawan per tahun. Targetnya, pendapatan pariwisata sebesar 30 miliar dolar AS pada 2027.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.