Liputan6.com, Jakarta - Kreativitas tanpa batas. Sepertinya prinsip itu dipegang teguh Lakon Indonesia dengan sengaja membawa bajaj sekalugus sopirnya berjalan di runway Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) yang berkolaborasi dengan DRP Paris.
Bajaj itu tidak sekadar jadi properti pelengkap, tapi juga sarana transportasi untuk mengantarkan model ke panggung JF3 untuk membuka pertunjukan malam itu. Pencahayaan diatur redup, musik pengiring dipilih senatural mungkin seperti suasana pinggir jalan mantan ibu kota negara.
Dangdutan, koplo, hingga musik pop kekinian yang digemari Gen Z terdengar saling meningkahi. Bahkan, gerobak karaoke sengaja diletakkan di pinggir runway sebagai penguat suasana tema pertunjukan malam itu, Pasar Malam.
Advertisement
Tak berhenti di situ. Tamu yang datang dibagikan gulali sebagai merchandise. Panitia juga menjajakan jamu gendong yang bisa dicicipi sesuka hati.
Tentu, bintang utamanya adalah karya desainer yang ditampilkan. Lakon Indonesia mengajak maestro batik asal Pekalongan, Dudung Alisyahbana sebagai pengembang ide. Sang maestro dikenal dengan garis-garisnya yang berkarakter.
"Kita tahu Pekalongan adalah kota batiknya Indonesia," ujar Thresia Mareta, pendiri sekaligus maestro dari ragam karya Lakon Indonesia, Selasa, 30 Juli 2024 (30/7/2024).
Ia menerangkan bahwa koleksi terbaru itu banyak terinspirasi dari kehidupan dan keseharian generasi masa kini dengan apa yang mereka butuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, pakaian yang dikenakan masyarakat sangat sederhana tapi terlihat dan terkesan sangat kuat.
"Kami coba mengadaptasikan hal tersebut menjadi streetwear. Kita itu ada kecenderungan mengenakan baju olahraga untuk ke semua tempat, karena kenyamanan. Kenyamanan itu sesuatu yang sangat dicari, makanya koleksi kali ini mengutamakan kenyamanan," jelas Thresia.
Koleksi Menginterpretasikan Kenyamanan Pengguna
Pasar Malam menampilkan kesederhanaan dan ketegasan potongan-potongan baru, meski mungkin modelnya tidak bisa diterima banyak pihak di Indonesia. Misalnya, berjalan di tempat umum hanya dengan kaus singlet yang dipadukan dengan celana boxer yang biasa dipakai sebagai dalaman oleh kaum adam.
Tapi, ada pula pakaian yang 'wajar' seperti jaket bomber hitam. Bentuknya yang klasik banyak peminatnya. "Koleksi yang akan kami presentasikan ini adalah hasil dari riset kami mengenai apa terjadi dalam keseharian di jalanan dan apa yang dibutuhkan generasi sekarang," kata Thresia.
Ia menyebut inti dari koleksi tersebut adalah kenyamanan dalam perjalanan tanpa menghilangkan kegunaan dan etika dalam berbusana. Total ada 30 koleksi yang dibawakan dalam pertunjukan tersebut.
Sementara itu, JF3 berkolaborasi dengan DRP Paris menghadirkan DRP Jakarta selama 10 hari, pada 26 Juli hingga 4 Agustus 2024. Itu adalah festival budaya urban dan street culture dari Prancis.
"DRP Jakarta ini asal mulanya dari DRP Paris. Di sana itu sudah tahun ketiga, festival urban streetwear. Membawakan culture-culture urban, yang kemudian tahun ini pertama kalinya dari Paris dibawa ke Asia, ya di Indonesia ini, di Jakarta dan Summarecon,” ujar Soegianto Nagaria, Chairman JF3.
Advertisement
Ajang Mempelajari Tren Streetwear Global
Cita-cita JF3 tahun ini pun masih sama, yakni membawa brand lokal Indonesia bisa menembus pasar global. Namun, situasinya tak semudah membalikkan telapak tangan karena brand lokal yang kebanyakan masuk dalam kategori UMKM itu seringkali memiliki keterbatasan akses dan modal untuk bisa berpameran di luar negeri.
"Maka kali ini, JF3 berinisiatif mendatangkan event berskala global ke Indonesia, dengan harapan bisa membuka kesempatan bagi lebih banyak brand lokal untuk berpartisipasi dalam pentas internasional. DRP Jakarta akan menegaskan bahwa industri dan tren mode kini tidak lagi dipersempit dengan hambatan batas geografis," katanya.
Ia menyebut lewat interaksi antar-negara, diharapkan masing-masing pihak akan memberikan timbal balik yang saling menguntungkan. Publik Indonesia tidak hanya diperkenalkan kepada brand mode internasional yang sedang populer di kalangan muda internasional, tapi juga banyak brand lokal Indonesia akan dikenal oleh pelaku dan pemerhati mode global.
"Kita sama-sama tahu, DRP Paris telah dikenal luas pecinta tren streetwear internasional, berlangsung di tengah masa penyelenggaraan Paris Fashion Week, yang tahun lalu bertempat di Jardin des Tuileries, Paris. Festival ini menjadi titik kumpul komunitas dan pelaku utama budaya urban dan street culture di Prancis, menampilkan busana streetwear, sneakers, live music, pertunjukan skateboard, dan street food," ia menguraikan.
70 Brand Streetwear Lokal dan Internasional
Brand Prancis yang terpilih untuk hadir di DRP Jakarta saat ini sedang populer dan sangat diminati kaum muda. Ia mengklaim proses kurasi brand Prancis yang hadir kali ini di DRP Jakarta lebih baik dibanding dengan DRP Paris tahun lalu.
DRP Jakarta membawa brand streetwear Prancis, yaitu Pablo T-Shirt Factory, Barriers Worldwide, Please Paulo Stop Cappin, dan A1 Denim. Tidak kurang dari 70 brand lokal dan internasional yang akan berpartisipasi, setelah melalui kurasi ketat oleh penyelenggara DRP Jakarta yang terintegrasi dengan DRP Prancis.
"Ada juga brand asal Indonesia yang sudah lolos akurasi di DRP Jakarta, seperti Kick Avenue, LAKON Indonesia, Kanky, Untold, Bratpack, Denimitup, Rawtyperiot, juga Control New, brand streetwear dengan pendekatan berkelanjutan untuk produksi aksesori dan busana," kata Thressia soal jenama lokal.
Bukan hanya gelaran fashion show, ada juga berbagai pertunjukan dan aktivitas memacu adrenalin khas masyarakat urban. Di antaranya demo freestyle streetball yang diisi oleh profesional dan skill 1 on 1 atau 2 on 2 bersama para selebriti, serta sesi bersama komunitas streetball.
Advertisement