Liputan6.com, Jakarta - Hitachi Young Leader Initiative (HYLI) 2024 kembali digelar di Bali pada 23--26 Juli 2024. Program kepemimpinan muda itu mempertemukan 32 pemimpin muda dari Jepang dan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Bertema Greening Together: Inclusion & Sustainability, para pemuda membahas tantangan regional dan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030 yang diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Serangkaian diskusi antara pembicara dan para pemuda itu dibagi dalam empat sesi pleno sesuai poin SDGs, yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera; Energi Bersih yang Terjangkau; Berkurangnya Kesenjangan; dan Kota dan Komunitas Berkelanjutan.
Baca Juga
Bali dipilih sebagai lokasi edisi ke-17 HYLI 2024 karena menjadi rumah bagi microgrid Nusa Penida. Mengutip laman Institut Teknologi Bandung, microgrid adalah sekelompok sumber dan beban listrik terdesentralisasi yang biasanya beroperasi, terhubung, dan sinkron dengan jaringan sinkron area luas tradisional.
Advertisement
Berbagai jenis pembangkit yang digunakan di microgrid di antaranya adalah turbin angin, panel surya, turbin gas mikro, sel bahan bakar, mesin diesel, combined heat power, dan turbin air. Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu, microgrid Nusa Penida digunakan oleh Hitachi Energy pada 2022 dalam menghadirkan energi hijau selama KTT G20 di Bali pada 2022.
Dioperasikan oleh PT Indonesia Power, microgrid di Nusa Penida telah menyediakan energi yang lebih bersih untuk lebih dari 10.000 rumah, mendukung transisi energi di Indonesia. Inisiatif ini menunjukkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mempercepat peralihan ke energi terbarukan.
Tanam Tabebuya di Nusa Penida
Para delegasi kemudian diajak mengamati langsung microgrid Nusa Penida untuk mendapatkan gambaran langsung tentang beroperasinya sistem dalam membawa energi bersih ke pulau tersebut. Mereka juga diajak menanam delapan pohon tabebuya sebagai simbol keberagaman budaya.
Tabebuya dianggap tepat karena melambangkan keindahan, pembaruan, dan ketahanan, mencerminkan perjalanan dunia menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kemampuan pohon ini untuk menghasilkan bunga yang menakjubkan bahkan dalam kondisi kering menjadi bukti harapan dan ketekunan.
"Pengalaman empat hari ini benar-benar luar biasa. Tidak hanya saya memiliki kesempatan untuk bertemu teman-teman baru dari negara lain, tetapi juga memperluas wawasan saya secara signifikan. Setiap sesi panel, lokakarya, dan diskusi kelompok, bersama dengan kunjungan ke microgrid di Nusa Penida, menyoroti bagaimana teknologi dapat secara efektif menyediakan energi bersih untuk masa depan yang berkelanjutan dan hijau," ujar Seyya Viriya, mahasiswa Universitas Udayana, salah satu peserta.
Ia juga mendapatkan sesi pendampingan. Menurutnya, sesi itu memberikan wawasan berharga tentang penerapan pemikiran kritis untuk memecahkan tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Advertisement
Program Diskusi 2 Tahun Sekali
Sejak didirikan pada 1996, HYLI telah memberi kesempatan pada lebih dari 400 pemuda untuk memperluas perspektif mereka dan mendukung nilai-nilai Asia serta pemahaman lintas budaya. Program yang diselenggarakan dua tahun sekali, berfungsi sebagai wadah bagi mahasiswa berbakat untuk secara aktif berdiskusi tentang isu-isu global utama dengan pembicara terkemuka dari pemerintah, bisnis, dan akademisi.
Chairman Hitachi Asia Ltd., Kojin Nakakita mengatakan, "Sesuai dengan kredo Hitachi, menginspirasi dan membina generasi pemimpin berikutnya adalah salah satu dari banyak cara Hitachi berkontribusi kembali kepada masyarakat. Saya sangat senang melihat para delegasi muda merundingkan ide-ide inovatif dengan harapan menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan di HYLI."
Sementara, Deputi Pendanaan dan Investasi untuk Nusantara yang juga alumni HYLI ke-3, Agung Wicaksono menekankan pentingnya keberlanjutan dan kepemimpinan sebagai konsep utama bagi generasi muda untuk unggul dalam keterampilan mereka.
"Untuk membangun masa depan yang berkembang, kita harus menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan kepemimpinan pada generasi muda kita. Prinsip-prinsip ini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi dan unggul di dunia yang terus berkembang," ujarnya.
Apa Itu Energi Bersih?
Mengutip laman twi-global.com, energi bersih adalah energi yang dihasilkan dari sumber yang terbarukan dan nol emisi karbon sehingga tidak mencemari atmosfer saat digunakan, serta energi yang dihemat melalui upaya efisiensi energi. Terdapat tingkat persilangan antara energi bersih dan sumber energi ramah lingkungan atau terbarukan, namun keduanya tidak sepenuhnya sama.
Dikutip dari laman unpar.ac.id, tidak mudah mengganti energi fosil ke energi bersih. Diperlukan transisi energi sebagai upaya riil untuk menyelamatkan bumi di masa depan dan menjaga keberlangsungan ekosistem makhluk hidup. Transisi energi adalah proses mengubah penggunaan sumber energi berbasis fosil dan tidak ramah lingkungan menjadi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan seperti panel surya, air, panas bumi, dan angin.
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia menargetkan penggunaan energi bersih/energi baru terbarukan paling sedikit 23 persen pada 2023 dan 31 persen pada 2050. Namun, target itu tak mudah dicapai. Merujuk data Kementerian ESDM, porsi penggunaan energi bersih (EBT) dalam bauran energi nasional baru mencapai 12,8 persen 2022.
Advertisement