Sukses

Buku Perjalanan Koleksi Perhiasan Nusantara Kreasi Samuel Wattimena Dirilis, Bakal Disebar ke Kedubes Indonesia di Luar Negeri

Samuel Wattimena dan The Palace telah berkolaborasi selama hampir 10 tahun dalam merancang koleksi perhiasan yang terinspirasi dari budaya di Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - Masih jarang buku yang menampilkan brand perhiasan Indonesia sebagai topik utama, padahal banyak jenama yang menghasilkan karya dengan mengangkat tradisi dalam negeri. Itulah yang melatari peluncuran buku Nusantara oleh The Palace pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Nusantara merupakan nama koleksi perhiasan hasil kolaborasi brand perhiasan lokal itu dengan desainer Samuel Wattimena. Di dalamnya berisi dokumentasi perjalanan kerja sama keduanya selama hampir 10 tahun berjalan.

"Buku ini kita brainstorming sejak tiga tahun lalu. Yang terlibat orang-orang senior, editornya, stylist-nya, fotografernya, semua orang senior. Setelah kumpul bersama, kita baru sadar kok senior semua, akhirnya mulai ajak yang junior-junior, seperti Putri Tanjung, ada anak Garin (Nugroho) juga," katanya di sela peluncuran buku tersebut.

Jelita Setifa, General Manager The Palace Jewelry, menambahkan soal latar belakang pembuatan buku tersebut. Menurutnya, belum ada brand perhiasan lokal yang mengangkat cerita soal perhiasan Indonesia dari kacamata brand. Mayoritas yang tersedia bercerita tentang sejarah perhiasan Indonesia dari kacamata budaya secara general.

"Padahal kalau google brand internasional, kita sering menemukan buku-buku dari retailer-retailer internasional," ucapnya.

Di samping, ia menilai belum ada brand lokal yang benar-benar merepresentasikan Indonesia di luar negeri. Karena itulah, buku yang menampilkan 21 potret tokoh perempuan Indonesia dari berbagai bidang tersebut sengaja ditulis dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Proses produksinya juga sangat detail agar buku tersebut bisa 'presentable' saat diedarkan ke Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri maupun kedutaan besar negara sahabat di Indonesia.

"Buku ini kami akan distribusikan ke outlet-outlet The Palace Jeweller, tapi juga tidak menutup kemungkinan melalui chanel sister brand kami, Mondial dan Frank & co... Harganya Rp999 ribu, itu sangat worth it," ucap Jelita.

 

2 dari 4 halaman

Awal Kolaborasi Samuel Wattimena x The Palace Jewelry

Samuel sang desainer mengenang saat didekati The Palace untuk merancang koleksi perhiasan yang terinspirasi kekayaan budaya nusantara itu. Hal pertama yang ditanyakannya adalah 'Why me?'. "Karena kan desainer yang etnik juga banyak saat itu, why me?" ucapnya beralasan.

Rasa penasarannya terjawab. Menurut Samuel, ada dua poin yang dikemukakan, yakni soal konsistensinya dalam berkarya dan ciri khasnya yang mengangkat etnik tapi dengan twist. "Karya saya itu dari barat ke timur, tengah, selalu digabung-gabungkan. The palace setuju dengan konsep seperti itu," ucapnya.

Di sisi lain, Samuel saat itu sudah terpikir untuk merancang koleksi perhiasan yang terinspirasi dari budaya di Nusantara sebagai gebrakan perjalanan kariernya selama 30 tahun sebagai fashion designer. Tawaran dari The Palace seolah menjawab impiannya.

Sesuai konsep yang disepakati, koleksi Nusantara itu terbagi menjadi tiga series, yakni Nusa, Anta, dan Tara, yang diluncurkan dalam rentang waktu berbeda. Masing-masing mewakili budaya dari Barat, Tengah, dan Timur Indonesia.

3 dari 4 halaman

Perhiasan Tradisional yang Kekinian

Lewat koleksi Nusa, Samuel mengangkat soal perhiasan tradisional Sumatera Barat yang bernama pending. Lewat koleksi Anta, ia menggali perhiasan tradisional dari Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama mamuli. Sedangkan, koleksi Tara menggali Indonesia Timur, tepatnya perhiasan dari suku Tanimbar yang disebut mas bulan atau mase.

Samuel menyatakan bahwa meski bentuk perhiasan itu menggunakan bentuk perhiasan tradisional, tidak berarti perhiasan itu kuno. Desainnya dirancang agar bisa tetap pantas dipakai untuk puluhan tahun mendatang dengan kesan kekinian.

Maka itu, Samuel pun mengajak sejumlah desainer lokal untuk mendandani para model di sederet potret yang ditampilkan di buku tersebut. Hal itu untuk menggambarkan bahwa perhiasan rancangannya bisa pantas dikenakan dengan jenis pakaian apapun. Bahkan di pakaian basic, perhiasan itu memberi statement untuk pemakainya.

"Jadi ujung kepala sampai ujung kaki itu enggak harus pakai kebaya," ujarnya.

Koleksi itu pun masih akan dikembangkan lagi dengan memanfaatkan bentuk yang sekarang eksis. Menurut Jelita, masih banyak ruang pengembangan, baik dari material maupun harga.

4 dari 4 halaman

Tren Perhiasan ke Depan

Sementara dari sisi Samuel, ia menyebut masih menimbang-nimbang sumber inspirasi koleksi yang akan dipakai berikutnya. Pasalnya, Indonesia begitu kaya dan tidak habisnya untuk diulik menjadi produk kreatif modern.

"Kita sedang mempelajari apa akan memilih satu daerah yang very well known agar mudah di-approach dan mudah teridentifikasi, atau daerah yang sangat terisolasi sehingga rasa penasaran orang akan muncul," ucapnya.

Berbicara soal tren perhiasan, Samuel meyakini bahwa local is the new global akan terus menguat. "Saat ini, semakin spesifik ke etnik masing-masing," katanya.

Ia menyebut Indonesia beruntung karena sumber inspirasi melimpah ruah di negara ini. Itu sangat berbeda dengan brand asing di luar negeri yang setiap tahun harus mencari akarnya ke luar negeri. "Praktis mereka tidak ada akar budayanya," ucapnya.

Ia pun mengajak desainer-desainer muda untuk menyeriusi riset budaya lokal untuk menginspirasi perhiasan lokal. Bahkan, para desainer perlu kerja bareng dalam mengeksplorasi 'permata tersembunyi' lantaran bahannya tidak pernah habis.

"Bahkan kalau ingin tahu step-nya gimana agar dapat perasaan tidak terlalu etnik, kita bisa beri tipsnya," ucap Samuel menawarkan.

 

Video Terkini