Sukses

Ide Museum Date di Ubud Bali Sambil Menikmati Pameran Seni Selama Indonesia Bertutur 2024

Ada lima museum di Ubud Bali yang jadi titik program "Visaraloka" Indonesia Bertutur (INTUR) 2024.

Liputan6.com, Ubud - Ubud dan healing telah jadi dua hal tidak terpisahkan. "Penyembuhan" di sini tentu bisa diinterpretasi ke berbagai kegiatan, termasuk museum date yang jadi kian seru, karena program "Visaraloka" Indonesia Bertutur (INTUR) 2024.

Visaraloka dijelaskan sebagai program yang mengangkat seni rupa kontemporer dalam wajah terkini. Satu dari sembilan program INTUR 2024 tersebut menampilkan karya-karya para seniman lokal maupun internasional dalam persilangan medium dan pemanfaatan teknologi terbaru.

Peleburannya menghasilkan bermacam rupa eksperimentasi untuk menyampaikan pesan maupun menghadirkan kebaruan bagi pengunjung. Total ada lima museum partisipan Visaraloka yang bisa Anda sambangi di Ubud Bali.

1. Neka Art Museum

Pengunjung akan diajak menjelajah "Rumah dan Tanah Air yang Memanggil-manggil" di sini. "Pemikiran-pemikiran dan karya-karya tentang rumah dan tanah air terus menantang kita menjelajahi identitas yang kompleks dan beragam, menginspirasi dalam membangun masa depan yang berkelanjutan," begitu bunyi catatan kuratorial di situs web Indonesia Bertutur, dikutip Minggu (11/8/2024).

Karya-karya yang dipamerkan, yakni 

  • Rakini Devi - Kali Shrine (2022)
  • Boedi Widjaja - Black--Hut, Encoded Motherland (2016-ongoing)
  • Syaura Qotrunadha - Fragments of the Home #1 (2022)
  • Elia Nurvista - Long Hanging Fruits (2023)
  • Irene Agrivina - Transpollutant (2022)
  • Monica Hapsari - Air Hidup (The Living Water), Karya Komisi (2024)
  • Daniel Kotter - Water & Coltan (2021)
  • Kawita Vatanajyankur - The Scale of Injustice (2021)
  • Christyn Piorin Salima Wulogening - Hari-Hari Biasa Da Mihi Virtutem (2024)
  • Dodik Cahyendra - Pulau (2024)
  • Zakaria Pangaribuan & Emehdeyeh Collective - AYA dan Batang Garing (2024)
  •  Lodimeda Kini & Skol - MusKika Ga (2024)
  • FX Harsono - Tirtha Nur Alam (2024)

Saya masih ingat keengganan beranjak dari Tirtha Nur Alam saat rombongan kami bertandang pada Kamis siang, 8 Agustus 2024. Interpretasi Subak, tema INTUR tahun ini, melalui instalasi objek dan video multikanal dalam padanan suara gemericik aih dan puisi-puisi mendiang Joko Pinurbo sukses menghanyutkan emosi, menghadirkan kejut menyenangkan di sekujur tubuh.

Dijelaskan bahwa instalasi dan video dalam karya ini menunjukkan bagaimana air mengubah segala sesuatu yang berkontak dengannya. Ini merupakan metafora yang menampilkan betapa alam dan segala isinya sangat bergantung pada zat tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Museum Puri Lukisan

Berlanjut, Museum Puri Lukisan mempersembahkan pameran bertajuk "Mitos, Realitas, dan Imaji Bergerak." "Dengan menyelami dunia di mana mitos dan realitas bertemu, serta menciptakan narasi yang menggabungkan elemen-elemen alam dengan teknologi modern, kita bisa merenungkan kembali hubungan kita dengan alam dan warisan budaya, dan menjaga Bumi yang kita pijak," bunyi penggalan catatan kuratorialnya.

Karya-karya yang bisa dijumpai di sini adalah:

  • Takashi Kuribayashi - Garden (Klakat Bali), Karya Komisi (2024)
  • Indah Arsyad - AMRTA, Karya Komisi (2024)
  • Korakrit Arunanondchai - Songs for Dying (2021)
  • Yudha Kusuma Putera- Simulasi Landscape Kali Oyo (2014)
  • Seri Potret Batu Batu (2022)
  • Agan Harahap - The Border Line (2023)
  • Fj Kunting- Ringin Gendong (2024)

Favorit saya adalah AMRTA, karena perpaduan gerakan bambu penopang air yang kemudian memukul gamelan dan menciptakan harmoni merdu tentu sulit ditolak. Berlokasi di luar ruang, di tengah taman berselimut rumput dan pepohonan meneduhkan, karya ini membuat waktu terlewat begitu lambat nan damai.

Melalui karya ini, Indah menampilkan ukuran pH, karbon, dan suhu Bumi yang mengindikasikan kondisi air sungai lewat media video dan suara. Gambar-gambar pada video dalam karya ini dipinjam dari Tari Calonarang, salah satu tari tradisional Bali yang menceritakan kisah seorang janda sakti yang hidup pada masa Kerajaan Kahuripan, di bawah pemerintahan Raja Airlangga.

Dalam mitologi Bali, janda sakti tersebut dikenal memiliki dua wujud. Wujud manusianya dikenal sebagai Matah Gede, sementara wujud lain adalah Rangda, ratu para leak.

Sosok Matah Gede dan Rangda dalam AMRTA jadi indikator dua kondisi air di satu sungai di Gianyar, di mana Indah meletakkan peranti kasar yang mengirimkan data secara langsung ke karya instalasinya di Museum Puri Lukisan. Karya ini melanjutkan praktik sang seniman dalam memanfaatkan teknologi terkini dan mengambil inspirasi dari tradisi untuk menyampaikan kondisi alam dan lingkungan hari ini.

3 dari 4 halaman

3. TONYRAKA Art Gallery

"Raga Swara" jadi persembahkan yang menanti pengunjung di sini. Catatan kuratorialnya berbunyi, "Seni performans tumbuh sebagai tawaran baru dalam praktik seni kontemporer, jadi satu kesatuan antara pemikiran dan aksi."

"Itu tidak melakukan pemeranan, tidak pula merujuk pada tatanan panggung konvensional, tubuh seniman dan aksinya merupakan transformasi dari alam sadar jadi yang puitis, namun nyata." Deretan karya di sini, yaitu:

  • Apicatphong Weerasethakul - ON BLUE (2022)

  • Arin Rungjang - Padi Bali, Karya Komisi (2024)

  • Abdi Karya - Sangiang Terri (Duka Tanah) (2023)

  • Marintan Sirait - House of the Breath (2024)

  • Monali Meher - WAKE UP! (2024)

  • Aleksandar Timotic - Domestication (2024)

  • Yuli Prayitno - Latitude8o32’48.99oS Longitude115o16’16.06’’E0708202408.00-0908202416.00 (2024)

  • Ma Ei - Banana Punishment (2024)

  • Vichukorn Thangpaiboon - Sue in Bali (2024)

  • Indra Prayhogi - Blantik Wangsit (2023)

  • Dimas E. Prasinggih - Recounting A Thousand (2022)

  • Iwan Wijono - Human Pyramid (2017)

  • Pitchapa Wangprasertkul - Like Water (2024)

  • Shuko Sastro Gending - Animation Dance of Prambanan Relief (2023)

  • Alghifahri Jasin - Melayari Manusia ke Tubuh Derita (2023)

Sangiang Terri (Duka Tanah) jadi salah satu yang berkesan dengan interaksi yang dibuat tanpa batas dengan penonton. Ini merupakan karya yang berkembang dari beberapa ritual masyarakat Bugis di Sulawesi yang berhubungan dengan padi. ​​

"Kidung-kidung dan teksnya berkembang dari doa, restu, harapan, kesedihan, dan ratapan, termasuk bagian tangisan dalam naskah Sangiang Serri (Dewi Padi). Sangiang mengorbankan dirinya untuk memberi makan makhluk-makhluk di Dunia Tengah, namun Dunia masa kini penuh dengan penderitaan."

Kemudian, jangan sampai Anda melewatkan Domestication. Kapan lagi menonton pertunjukan seriosa dalam "kandang ayam" sambil memipil jagung?

Karya ini mengeksplorasi proses domestikasi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan terus berlangsung hingga sekarang. Ini disebut sebagai fenomena tingkah laku manusia yang terjadi secara bertahap dan tersebar luas di berbagai wilayah geografis, serta dibentuk ragam eksperimen dan adaptasi.

4 dari 4 halaman

4. Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma

Suguhan "Aum yang Memecah Senyap Hutan Bambu" tentu tidak kalah menarik. Ini merupakan interpretasi sejumlah seniman kontemporer dalam melanjutkan pesan perlawanan yang dulu disuarakan masyarakat asli.

"Memanfaatkan perkembangan media-media baru di medan seni rupa kontemporer, mereka mengkombinasikan praktik artistik dengan tradisi asli masing-masing, melawan dominasi narasi global yang melanjutkan eksploitasi dan laku destruktif," bunyi penggalan catatan kuratorialnya.

Karya-karyanya, yakni:

  • I Wayan Sujana Suklu - Rumah Altar (2024)
  • Ho Tzu Nyen - 2 or 3 Tigers (2015)
  • Jompet Kuswidananto - Subterranean Thunder (2023)
  • I Gede Sukarya - Tembuku (2024)

Tembuku secara khusus terasa surreal bagi saya. Visualnya merupakan interpretasi sistem subak di Desa Bulian, Kabupaten Buleleng. Wilayah pedesaan ini tidak memiliki sumber air, sehingga sistem subak mengatur masyarakat setempat bergotong royong mengalirkan air.

"Mereka menggunakan pipa yang melintasi dataran berbukit sejauh 10 km, dari Kintamani ke Bulian. Aliran air ini kemudian disalurkan ke bak penampungan desa sebelum diteruskan ke bak-bak penampungan warga dengan pipa-pipa yang lebih kecil."

5. ARMA Museum & Resort

"Suara-suara dalam Jalan Senyap" dan "Di Hadapan Laju Sang Waktu," merupakan pameran yang menunggu pengunjung di sini. Karya-karya di Balai Daja adalah:

  • Ipeh Nur - Menghanyut: Tubuh dan Perjalanan (2022)

  • Sharon Joetama - Out of Focus (2024)

  • Wimo Ambala Bayang - An Invitation to Put Yourself in My Shoes (2023)

  • Nguyen Trinh Thi - How to Improve the World? (2021)

  • Erzal Umamit - Harmoni Tradisi Belang Banda (2024)

  • Samson Young - Muted Situation 2: Muted Lion Dance (2014)

Sementara, di lobi ada:

  • Sun Xun - Shocking Dreams in the Circus (2022-2024)
  • Marina Abramovic - Seven Deaths (2020)
  • Arahmaiani - Proyek Bendera Nusantara (2018-2024)
  • Kontemplasi Masa Depan (2024)
  • Jason Lim - Untitled (2024)
  • Kawita Vatanajyankur - Plough (2021)

Total ada sembilan program utama INTUR 2024, yakni Maha Wasundari, Visaraloka, Kathanaya, Layarambha, Ekayana, Samaya Sastra, Anarta, Kiranamaya, dan Virama, yang berlangsung pada 7--18 Agustus 2024. Seluruh rangkaiannya terbuka gratis untuk umum. Jadwal dan registrasi kedatangan bisa diakses di laman https://indonesiabertutur.kemdikbud.go.id/.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.