Sukses

Pesawat Singapore Airlines SQ638 Mendarat di Bandara Narita Jepang dengan Mesin Berasap

Penerbangan Singapore Airlines SQ638 membawa 276 penumpang dan awak, menurut Pihak Bandara Narita di Jepang. Landasan pacu B ditutup sementara untuk pesawat, Boeing 787, yang akan diderek.

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Singapore Airlines SQ638 mendarat di Bandara Narita dengan mesin berasap. Menurut laporan, tidak ada korban luka dari insiden tersebut.

Mengutip dari laman Asia One, Senin (12/8/2024), asap putih terlihat keluar dari mesin kiri pesawat Singapore Airlines saat mendarat di Bandara Narita pada Senin pagi ini. Menurut penyiar NHK Jepang, pemadam kebakaran kota mengirimkan mobil pemadam kebakaran ke Landasan Pacu B bandara setelah menerima laporan sekitar pukul 06.50 waktu Singapura.

Diketahui, penerbangan SQ638 membawa 276 penumpang dan awak, menurut Narita International Airport Corporation. Landasan pacu B ditutup sementara untuk pesawat, Boeing 787, yang akan diderek, Kyodo News melaporkan.

Landasan pacu yang terdampak dibuka kembali sekitar pukul 07.30 waktu Singapura. Puing ban juga ditemukan di landasan pacu, menurut kantor bandara Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata.

Mengenai penjelasan insiden mesin berasap, belum ada pemberitahuan lebih lanjut dari pihak maskapai. Sebelumnya sekitar bulan April 2024, maskapai penerbangan asal Singapura tersebut mengalami insiden turbulensi yang menimbulkan korban meninggal satu orang penumpang.

Penerbangan Singapore Airlines dalam perjalanan dari London ke Singapura mengalami turbulensi parah April lalu, menyebabkan satu penumpang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Insiden semacam ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana cara agar tetap aman apabila terjadi kejadian serupa dan penumpang sedang tak berada di kursi, misalnya seperti ke toilet.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memengaruhi Desain Pesawat di Masa Depan

Dikutip dari ABC, Senin, 10 Juni 2024, toilet pesawat adalah salah satu impact zone ketika terjadi turbulensi. Meskipun kita sudah berhati-hati dengan mengenakan sabuk pengaman selama duduk di kursi, apa yang terjadi jika kita harus pergi ke toilet?

Ada beberapa tindakan yang berada dalam kendali penumpang, namun hal ini juga merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh regulator penerbangan. Hanya beberapa hari setelah turbulensi hebat yang menimpa Singapore Airlines di Myanmar, penerbangan Qatar Airlines dari Doha ke Dublin juga terlibat dalam insiden serupa.

Beberapa ahli penerbangan memperkirakan insiden Singapore Airlines menyebabkan perubahan desain pada pesawat penumpang di masa depan, bahkan berpotensi mengubah aturan seputar tanda pengencangan sabuk pengaman. Menjadikan penerbangan lebih aman melibatkan peraturan yang harus dibuat oleh regulator, kebijakan dari maskapai, dan perilaku penumpang itu sendiri.

Profoser jurusan Faktor Manusia dan Keselamatan Penerbangan di Universitas New South Wales, Brett Molesworth mengatakan ada kemungkinan mendesain ulang impact zone yang ada dalam pesawat. "Jadi kita tahu bahwa impact zone adalah bagasi di atas kepala, kemudian langit-langit toilet, sehingga mereka dapat menggunakan material yang mengurangi dampak buruknya dalam keadaan tersebut," katanya.

3 dari 4 halaman

Trauma Penumpang Pesawat

Dalam pembaruan terakhir, Singapore Airlines mengatakan 10 dari 20 penumpang dan awak masih dirawat di rumah sakit di Bangkok. Sedangkan, turbulensi yang terjadi pada Qatar Airlines tidak terlalu parah, namun delapan penumpang dan awak masih dirawat hingga saat ini.

Hampir 16 tahun yang lalu, Caroline Southcott pergi ke toilet dalam penerbangan dari Singapura ke Perth, tetapi ketika dia kembali ke tempat duduknya, dia menderita luka parah yang terus berdampak pada dirinya hingga hari ini.

Caroline mengatakan dia masih memiliki pecahan plastik kecil yang keluar dari dahinya yang menjadi sebuah pengingat akan trauma ekstrem yang dialami tubuhnya saat kepalanya terkena pecahan tempat sampah yang pecah karena turbulensi.

Caroline dan suaminya Bruce berada di pesawat Qantas penerbangan 72 yang mengalami keadaan darurat di Samudera Hindia pada bulan Oktober 2008. Bukan turbulensi tak terduga yang membuat Caroline terlempar ke dalam kabin. Penyelidik akhirnya menemukan Airbus A330-303 yang ditumpanginya menukik dua kali setelah bagian yang rusak memberikan data yang salah ke komputer kontrol penerbangan.

4 dari 4 halaman

Kompensasi untuk Penumpang Singapore Airlines

Mengutip dari kanal Global Liputan6.com, 11 Juni 2024, pihak Singapore Airlines (SIA) meminta maaf dan mengumumkan tawaran kompensasi uang kepada 211 penumpang SQ321 yang dilanda turbulensi.

Adapun puluhan orang terluka, beberapa di antaranya serius, dan satu orang tewas dalam penerbangan Singapore Airlines turbulensi tanggal 20 Mei 2024. SIA mengatakan tawaran kompensasi telah dikirimkan kepada penumpang pada hari Senin, 10 Juni 2024. Mereka yang menderita luka ringan akibat insiden tersebut ditawari kompensasi sebesar 10.000 dolar AS atau sekitar Rp162 juta.

"Bagi mereka yang mengalami cedera yang lebih serius akibat insiden tersebut, kami telah mengundang mereka untuk mendiskusikan tawaran kompensasi untuk memenuhi kondisi spesifik mereka ketika mereka merasa sehat dan siap untuk melakukannya," kata SIA dalam postingan Facebook seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA).

"Penumpang yang dinilai secara medis mengalami cedera serius, memerlukan perawatan medis jangka panjang, dan meminta bantuan keuangan akan diberikan pembayaran di muka sebesar 25.000 dolar AS sekitar Rp407 juta untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka. Ini akan menjadi bagian dari kompensasi akhir yang akan diterima penumpang tersebut."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.