Sukses

Mengenal Produsen Mesin Pengolah Sampah Lokal dari Banyumas, Diklaim Bisa Reduksi 90 Persen Sampah agar Tak Terbuang ke TPA

Mesin pengolah sampah buatan lokal dari Banyumas itu bisa memilah sampah organik dan anorganik secara otomatis. Hasil pemilahan bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah masih jadi momok pemerintah dan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia. Pengolahannya belum maksimal karena berbagai faktor, salah satunya dukungan infrastruktur. Diketahui bahwa mesin pengolah sampah mayoritas masih diimpor dari luar negeri dengan harga yang tidak murah.

Situasi itu dipandang sebagai peluang bagi Waste to Wealth, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pengolahan sampah di bawah naungan PT Makmur Radhika Terdepan. Sejak 2018, mereka memulai operasionalnya dengan menjadikan Kabupaten Banyumas sebagai lokasi pilot project.

Pendiri Waste to Wealth, Merakarno Rahusno Taruno menjelaskan bahwa hingga 2018, Banyumas mengelola sampah dengan sistem kumpul, angkut, buang langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA). Proses tersebut mendadak terhenti lantaran tiga TPA ditutup paksa warga yang sudah tak tahan dengan polusi udara yang dihasilkan.

Pemerintah setempat kemudian membangun tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST). Mulanya, pengolahan sampah di TPST Kabupaten Banyumas hanya mengandalkan tenaga manusia, tetapi cara itu kurang maksimal dan terlalu memakan waktu. 

Husna membuat tim untuk berinovasi membuat mesin pengolah sampah lokal. Ia mengaku butuh waktu tiga tahun untuk mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang kapasitasnya sampai ratusan ton. "Saat itu, kami tidak memiliki referensi dan literatur bagaimana dan seperti apa mesin pengolah sampah itu bekerja," kata Husna dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Setelah diuji coba berkali-kali, mesin pengolah sampah otomatis mulai beroperasi. Mesin tersebut menerapkan teknologi mekanisasi pengolahan sampah one day process. Tidak hanya bekerja secara efisien, semua mesim pengolah sampah dan alat pemilah sampah otomatis itu mengandung TKDN. "Proses pengolahan sampah menggunakan mesin ini bekerja dengan sangat efisien," klaimnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sampah yang Dibuang ke TPA Berkurang 9 Persen

Mesin tersebut menngolah sampah rumah tangga yang masih bercampur. Oleh mesin, sampah tersebut kemudian dipisahkan antara organik dan anorganik secara otomatis. Sampah yang dapat didaur ulang, seperti botol plastik, akan disisihkan, sementara sisanya akan kembali dipilah oleh mesin.

Sampah organik akan diolah menjadi kompos, pakan magot, maupun biomassa ke PLTU. Sementara, sampah anorganik akan masuk dalam mesin pencacah lalu dikeringkan. Sampah anorganik ini akan menjadi bahan baku berbagai produk dengan nilai jual, mulai dari bahan campuran aspal, paving block, hingga campuran batu bara.

Setelah diolah, Banyumas berhasil menurunkan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadi sembilan persen dari total volume sampah. Pemerintah setempat mengajak kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi dari sampah lewat program bertajuk Sampah Beruang: Sulap Sampah Menjadi Uang yang dicetuskan mantan Bupati Banyumas, Achmad Husein. 

Mereka diajak mengelola 29 TPST yang tersebar di beberapa lokasi di Kabupaten Banyumas. Ke-29 TPST itu mengelola 600--900 ton sampah setiap hari.

"TPST ini dikelola secara mandiri oleh KSM atau Kelompok Swadaya Masyarakat," kata Husein. Pendapatan dari daur ulang sampah itu kemudian menjadi alternatif penghasilan warga yang tergabung dalam KSM tersebut.

3 dari 4 halaman

Diakui di Asia Tenggara

Keberhasilan pengolahan sampah menggunakan inovasi teknologi lokal itu mengantarkan Kabupaten Banyumas ke kancah internasional. Banyumas terpilih sebagai daerah terbaik dalam pengelolaan sampah di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, mengutip laporan Waste4Change.

Tak heran, daerah tersebut menjadi tuan rumah bagi Smart Green ASEAN Cities (SGAC) Program - United Nations Capital Development Fund (UNCDF) pada 12--14 September 2023. Acara tersebut dihadiri oleh 120 delegasi yang mewakili 13 kota dan delapan negara ASEAN. Para delegasi diajak mengunjungi TPST Gunung Tegal untuk mempelajari fasilitas pengolahan sampah yang dilakukan Banyumas. 

 

Cara yang diterapkan Banyumas kemudian direplikasi di tempat lain. Waste to Wealth mengaku sudah bekerja sama dengan puluhan pihak untuk mengolah sampah dengan cara serupa. Pihaknya menyiapkan berbagai pake sistem pengolahan sampah, mulai dari 10 ton hingga 300 ton per hari yang sudah digunakan di seluruh penjuru Indonesia.

Daerah lain yang menggunakan mesin pengolah sampah Waste to Wealth adalah Kota Cimahi, Jawa Barat. Kota administratif itu berhasil mengolah 71 ton sampah setiap harinya. Sementara, mesin pengolah sampah Waste to Wealth di Kota Mataram, NTB, berhasil mengubah 46 ton sampah menjadi paving block.

4 dari 4 halaman

Mereduksi Mayoritas Sampah Rumah Tangga

Begitu juga dengan beberapa daerah lainnya seperti Palangkaraya, Timika, Semarang, Pemalang, Kudus, Magelang, Denpasar, Polewali Mandar, dan Kolaka. Menurut Husna, daerah-daerah itu sukses mengolah sampah dengan teknologi pengolah sampah mereka.

Tak hanya pemerintah kota atau kabupaten, Waste to Wealth juga bekerja sama dengan berbagai pihak swasta. Salah satunya adalah Waste4Change yang membutuhkan mesin pengolah sampah berkapasitas maksimal 15 ton setiap harinya.

Husna menyebut paket mesin pengolah sampah produksinya terbukti mencapai kapasitas dan dapat mereduksi 90 persen sampah sehingga tidak dibuang ke TPA. Ia berharap daerah-daerah yang memiliki permasalahan sampah dapat duplikasi dan mencontoh sistem ini.

"Kita akan menginstalisasikan sistem ini lengkap dan sudah fully automatic sehingga Pemda atau Daerah dapat duduk manis dan selesai persoalan sampahnya. Seluruh produk teknologi pengolahan sampah Waste to Wealth PT Makmur Radhika Terdepan dapat diakses menggunakan e-katalog LKPP," ia berpromosi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.