Sukses

Kisah Pilu Bayi Kembar Gaza Palestina, Tewas Dibunuh Israel Saat Baru 5 Menit Dapat Akta Kelahiran

Ayah bayi kembar Palestina bernama Aser dan Aseel masih memegang akta kelahiran anaknya saat mendapat kabar keduanya tewas dengan kondisi mengenaskan akibat dibom Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah pilu warga Gaza, Palestina, terus berlanjut. Serangan membabi-buta tentara Israel membuat Muhammad Abu al-Qumsan kehilangan bayi kembar lelaki dan perempuannya sekaligus. Serangan mematikan itu terjadi saat ia baru lima menit mendapatkan akta kelahiran anak kembarnya yang dinamainya Aser dan Aseel.

Pria berusia 33 tahun itu baru saja meninggalkan Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, ketika dia menerima telepon yang menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit. "Saya mendapat telepon dari orang-orang di lingkungan tempat saya tinggal," katanya, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (15/8/2024).

"'Muhammad, kamu baik-baik saja? Di mana kamu?' Saya bertanya kepada mereka apa yang terjadi. Mereka berkata, 'Tidak ada, datang saja ke Jalan Al-Aqsa... mereka mengebom rumah'."

Qumsan yang berada tidak jauh dari rumah sakit, menggambarkan saat dia menerima berita tersebut. "Saya mencoba masuk ke dalam mobil dan segera kembali dan menemukan mereka di lemari es, mati syahid. Lima menit setelah mendapatkan akta kelahiran, saya mendapatkan akta kematian mereka."

Si kembar baru berusia tiga hari ketika mereka dibunuh. Selain buah hatinya, Jumana Abu al-Qumsan sang istri dan ibu mertuanya juga tewas diterjang peluru artileri Israel pada Selasa pagi, 13 Agustus 2024. Keluarga itu tinggal di lantai lima gedung Qastal, sebelah timur Deir al-Balah.

2 dari 4 halaman

Keluarga al-Qumsan Tewas di Zona Aman Kemanusiaan

Jumana bekerja sebagai dokter di rumah sakit yang sama tempat jenazahnya kemudian dibawa. Dia melahirkan Aser dan Aseel pada Sabtu, 10 Agustus 2024, setelah melalui kehamilan yang sulit. Jumana memilih sendiri nama bayi-bayi itu.

"Dia sangat menderita demi mereka," kata Qusman, "Jadi, dia lebih suka dialah yang memberi nama mereka dengan nama yang khas."

Saat serangan terjadi, ayah baru itu membawa surat akta kelahiran di tangannya dan bersemangat untuk pulang dan menunjukkannya kepada istrinya. "Mereka masih di tangan saya," katanya. "Jadi saya pergi ke lemari es [kamar mayat] untuk menunjukkannya padanya."

Keluarga Qusam telah mengungsi tiga kali sejak Israel mengagresi Gaza, Palestina, pada 7 Oktober 2023. Ia mengingat bahwa keluarganya pertama kali diusir secara paksa dari Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza utara pada 13 Oktober 2024, ke Khan Younis di Gaza selatan. Mereka kemudian terpaksa mengungsi ke dekat Rafah, sebelum kembali mengungsi ke Deir al-Balah.

"Apartemen ini berada di kawasan yang aman karena istri saya memerlukan perawatan khusus karena kehamilannya," kata Qumsan. "Tempat ini dideklarasikan dalam wilayah kemanusiaan."

3 dari 4 halaman

Yang Tersisa Hanya Tulang Belulang

Saksi mata mengatakan Jumana sedang berdiri di dekat jendela mencoba mendapatkan sinyal internet beberapa saat sebelum bom Israel menghantam apartemen tersebut. Ibunya telah membantunya merawat si kembar yang baru lahir.

Peluru artileri menghantam ruangan tempat mereka berada, dan menghempaskan mereka keluar dari apartemen dari lantai lima hingga ke tanah.Isi rumah mereka, termasuk popok dan obat-obatan, juga terlihat berserakan di lantai dasar.

"Istri saya terjatuh dari lantai lima, tergeletak di tanah di taman menara. Di atasnya ada batu dan tiang beton," kata Qumsan. "Anak-anak itu dibakar. Salah satunya… tidak jelas apakah dia masih anak-anak."

Adapun saudara kembarnya yang lain, katanya, "Yang tersisa hanyalah tulang belulangnya." Qumsan bahkan tidak dapat membedakan mana Aser dan mana Aseel.

"Di mana hak asasi manusianya?" tanya Qumsan, dari komunitas internasional. "Di mana hak istri dan anak saya?"

"Apa salahnya sampai dokter yang merawat dan menyembuhkan orang sampai hal ini terjadi padanya? Apa yang dia lakukan?"

4 dari 4 halaman

Israel Kuasai 82 Persen Wilayah Gaza

Sejak awal konflik, Israel telah berulang kali mengebom kawasan padat penduduk yang sebelumnya mereka tandai sebagai zona aman kemanusiaan. Setidaknya 39.000 warga Palestina dibunuh Israel sejak Oktober 2023. Namun, angka tersebut dianggap sebagai perkiraan rendah karena hanya mencakup kematian yang dicatat oleh pihak berwenang di Gaza. Setidaknya 115 bayi yang lahir dalam 10 bulan terakhir sejak perang dimulai dibunuh bom Israel, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Melansir laman TRT World, Selasa, 13 Agustus 2024, wakil juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Farhan Haq menyatakan militer Israel telah menguasai hampir 84 persen atau sekitar 305 kilometer persegi wilayah Jalur Gaza. Mereka terus membunuh, melukai, dan menggusur warga Palestina – serta merusak dan menghancurkan rumah dan infrastruktur yang esensial.

Haq menambahkan, dua perintah evakuasi dikeluarkan oleh tentara Israel selama akhir pekan untuk Khan Younis, sebagian besar untuk wilayah yang sebelumnya telah dievakuasi. Perintah tersebut telah memengaruhi sekitar 23 lokasi pengungsian, 14 fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan, serta empat fasilitas pendidikan.

 

Video Terkini