Sukses

17 Agustus 2024, Jutaan Dokter di India Setop Layani Pasien Memprotes Kasus Pembunuhan dan Pemerkosaan Dokter Magang

Bila di Indonesia 17 Agustus 2024 dirayakan meriah karena memperingati HUT ke-79 RI, jutaan dokter di India menandai tanggal tersebut dengan aksi protes atas kasus pembunuhan dan pemerkosaan seorang dokter magang.

Liputan6.com, Jakarta - Bila Sabtu, 17 Agustus 2024, dirayakan Indonesia dengan meriah untuk memeringati HUT ke-79 RI, tidak demikian yang terjadi di India. Asosiasi Medis India (IMA) mengumumkan penyetopan layanan medis non-darurat selama 24 jam yang dimulai pada Sabtu pagi, pukul 6. Sementara, UGD tetap akan dioperasikan dengan tenaga medis yang siap siaga.

Langkah itu diambil sebagai wujud protes atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang menimpa seorang dokter magang di Rumah Sakit dan Universitas Kedokteran RG Kar di Kolkata, India. Disebutkan lebih dari satu juta petugas medis diperkirakan akan ikut dalam aksi mogok tersebut.

Mengutip Hindustan Times, Sabtu (17/8/2024), IMA juga mengajukan lima tuntutan kepada pemerintah. Kelima tuntutan itu meliputi:

1. IMA menuntut perombakan menyeluruh terhadap kondisi kerja dan kehidupan para dokter residen, termasuk shift tugas 36 jam yang dialami korban di rumah sakit RG Kar dan kurangnya tempat yang aman untuk beristirahat.

2. IMA mendorong undang-undang sentral yang akan memasukkan amandemen Undang-Undang Penyakit Epidemi tahun 1897 yang dibuat pada 2023 ke dalam usulan RUU Perlindungan Rumah Sakit pada 2019. Langkah ini diyakini akan memperkuat undang-undang yang ada di 25 negara bagian India. IMA juga menyarankan agar peraturan serupa dengan yang diberlakukan selama pandemi Covid-19 diterapkan dalam situasi ini.

3. Badan dokter juga menyerukan penyelidikan yang cermat dan profesional atas kejahatan tersebut dalam jangka waktu tertentu dan memberikan keadilan selain mengidentifikasi mereka yang terlibat dalam vandalisme di gedung rumah sakit RG Kar pada 14 Agustus 2024 malam dan memberikan hukuman yang patut dicontoh.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Unjuk Rasa Dokter Besar-besaran

4. IMA menuntut agar protokol keamanan semua rumah sakit harus sama dengan bandara. Mendeklarasikan rumah sakit sebagai zona aman dengan hak keamanan wajib adalah langkah pertama. Kamera CCTV, pengerahan personel keamanan, dan protokol dapat mengikuti.

5. Asosiasi tersebut mengupayakan kompensasi yang layak dan bermartabat kepada keluarga yang ditinggalkan, sepadan dengan kekejaman yang dilakukan.

 

Sehari sebelumnya, yakni Jumat, 16 Agustus 2024, ribuan dokter di berbagai kota di India berunjuk rasa memprotes pemerkosaan dan pembunuhan dokter magang berusia 31 tahun tersebut. Mereka menuntut keadilan dan keamanan yang lebih baik di kampus kedokteran dan rumah sakit.

Para pengunjuk rasa memegang poster yang menyerukan pertanggungjawaban atas pemerkosaan dan pembunuhan perempuan tersebut ketika mereka berkumpul di dekat Gedung Parlemen di New Delhi. Protes serupa juga terjadi di Kolkata dan kota-kota lain di India seperti Mumbai dan Hyderabad.

Dokter junior Rumalika Kumar dan Riya Bera dari RG Kar Medical College and Hospital menyatakan ketidakpuasannya, dengan menyatakan bahwa tuntutan keadilan mereka belum terpenuhi. Mereka juga menyerukan penangkapan segera semua pelaku dengan bukti yang kuat.

3 dari 4 halaman

1 Tersangka dan 25 Orang Lainnya Ditangkap Polisi

Berbicara pada konferensi pers bersama, kemarin, Rumalika Kumar mengatakan, "Karena tidak transparan, penyelidikan telah dialihkan dari Kepolisian Kolkata ke CBI. Namun, bahkan setelah 48 jam, tuntutan kami akan keadilan belum terpenuhi sama sekali. Kami tidak memiliki kejelasan mengenai penyelidikan yang sedang berlangsung."

Bera menambahkan, "Kami menuntut penangkapan segera terhadap semua pelaku, didukung oleh bukti yang tepat, bersama dengan siaran pers resmi dari CBI yang mengonfirmasi hal tersebut, permintaan maaf tertulis, dan pengunduran diri otoritas yang lebih tinggi, termasuk mantan kepala kampus."

Sementara itu, Polres Kolkata mengaku telah menangkap 25 orang terkait aksi vandalisme massa di kampus Rumah Sakit RG Kar pada 14 Agustus 2024 yang menyebabkan kerusakan pada lokasi aksi protes, kendaraan, dan fasilitas umum. Sebelumnya, mereka menangkap Sanjay Roy, seorang relawan sipil yang sering mengunjungi rumah sakit sebagai tersangka kasus pemerkosaan dan pembunuhan dokter magang.

Mengutip NBC, Kamis, 15 Agustus 2024, Roy dilaporkan memiliki akses tak terbatas dan polisi menemukan bukti kuat yang memberatkannya. Jasad dokter magang itu ditemukan di sebuah aula seminar dengan beberapa luka dan tanda pelecehan seksual.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Korban Pemerkosaan di India Masih Terbelenggu Stigma

Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa undang-undang yang ada di beberapa negara bagian sebagian besar tidak efektif, sehingga memerlukan undang-undang di tingkat federal. "Para dokter dianiaya, diolok-olok, dituntut, dan bahkan dipukuli hingga meninggal," sebut IMA kepada menteri kesehatan dalam sebuah surat terbuka pada Selasa, 13 Agustus 2024. "Beban kerja yang tidak manusiawi dan kekerasan di tempat kerja adalah kenyataan."

"Pembunuhan dokter muda ini bukanlah yang pertama," tegas IMA, seraya menambahkan bahwa "juga bukan yang terakhir jika tindakan korektif tidak diambil."

Pada 2021, IMA menyebutkan bahwa lebih dari 75 persen dokter di negara itu telah menghadapi beberapa bentuk kekerasan, sebagian besar dari kerabat pasien. Sementara itu, Komisi Medis Nasional mengeluarkan imbauan pada Selasa lalu yang mendesak sekolah kedokteran untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan, termasuk pengawasan video dan penempatan staf keamanan tambahan.

Biro Catatan Kejahatan Nasional India mencatat rata-rata 86 kasus pemerkosaan setiap hari pada 2022. Meski begitu, banyak perempuan masih tidak melaporkan kejahatan seksual karena stigma korban dalam masyarakat India yang sangat patriarki.

Pada 2013, hukuman bagi pemerkosa digandakan menjadi 20 tahun. Undang-undang tersebut juga diamandemen untuk mengkriminalisasi tindakan seperti menguntit dan voyeurisme serta memungkinkan tersangka diadili sebagai orang dewasa pada usia 16 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini