Sukses

Potensi Rempah Lokal Dukung Pengembangan Wellness Tourism di Indonesia Lewat Praktik Spa

Apa saja tantangan memberdayakan rempah lokal jadi produk penunjang praktik spa?

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan wellness tourism di Indonesia tentu bisa didorong dengan berbagai upaya, termasuk pemberdayaan rempah lokal. Salah satu pemanfaatannya, yaitu melalui praktik spa yang sudah dikenal secara luas.

Direktur PT Mustika Ratu Kusuma Ida Anjani sepakat bahwa peran spa dalam pengembangan wisata kebugaran sangat erat kaitannya dengan praktik kearifan lokal, termasuk penggunaan rempah-rempah. Ia menyebut, Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

"(Indonesia) punya lebih dari 30 ribu jenis tanaman obat yang berpotensi besar jadi penggerak tren kesehatan dalam pengobatan preventif, mengingat adanya perubahan gaya hidup setelah pandemi," ungkap Ajeng, sapaan akrabnya, melalui pesan pada Lifestyle Liputan6.com, Sabtu, 17 Agustus 2024.

Ketua Umum Indonesia Wellness Spa Association (IWSPA) Yulia H menyambung, ragam bunga, seperti mawar dan melati, daun pandan, kapulaga, kayu manis, dan serai merupakan sedikit dari rempah-rempah yang telah umum digunakan dalam praktik spa.

Tidak puas sampai di situ saja, karena menurut Direktur Utama Spice Ria Templer, pihaknya terus mencari cara memperkenalkan kembali praktik spa tradisional dengan produk-produk berbahan rempah yang berkualitas tinggi. "Kami percaya bahwa warisan ini perlu dilestarikan dan dikenalkan pada generasi berikutnya," sebut dia melalui pesan, Jumat, 16 Agustus 2024.

Sementara itu, Mustika Ratu telah dipandang sebagai pionir dalam pemanfaatan rempah-rempah untuk produk kecantikan dan kesehatan. Ajeng berbagi, "Sejak awal, Mustika Ratu berperan penting dalam pengembangan industri spa di Indonesia. Founder Mustika Ratu, Ibu Mooryati Soedibyo, memperkenalkan Taman Sari Royal Heritage Spa yang memadukan resep kecantikan turun-menurun para ratu dan raja Jawa berbasis ragam rempah Indonesia yang diracik menggunakan teknologi terkini."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Rempah-Rempah Penunjang Praktik Spa

Ajeng menjelaskan, Mustika Ratu menawarkan berbagai produk pendukung praktik spa yang dirancang khusus untuk menciptakan pengalaman autentik dan menyeluruh. "Di antaranya, kami punya seri Minyak Zaitun dan Minyak Cendana untuk pemijatan, serta rangkaian hair care, body care, dan essential oil yang semuanya diramu dengan cermat menggunakan bahan-bahan alami."

"Kemudian di Taman Sari Royal Heritage Spa, salah satu contoh rangkaian produk yang kerap digunakan adalah Zaitun Series kami, khususnya minyak zaitun yang tidak hanya untuk pijat, tapi punya beragam manfaat, termasuk membantu menjaga kesehatan dan kekencangan kulit. Bengkoang Series juga turut digunakan untuk perawatan mencerahkan."

Di sisi lain, Ria menyebut bahwa Utama Spice menggunakan minyak kelapa sebagai salah satu bahan utama produk mereka. "Untuk spa," ia mengatakan. "Essential oil, seperti lemongrass, cananga, dan aroma citrus sangat disukai."

"Selain itu, kami menggunakan bahan-bahan lain, seperti kunyit, jahe, dan serai yang tidak hanya punya manfaat kesehatan, tapi juga memperkaya pengalaman spa dengan aroma yang menenangkan dan menyegarkan."

"Clay juga umum digunakan. Indonesia memiliki clay putih yang sangat bagus. Selain clay, temulawak, jahe, dan beras juga sangat bermanfaat untuk spa dan ada banyak di Indonesia," sebut dia.

Yulia menambahkan, racikan rempah tertentu bisa dimanfaatkan dalam pengasapan dan penguapan untuk menunjang praktik spa. Ia berkata melalui pesan, Sabtu, 17 Agustus 2024, "Rempah bisa diolah jadi minyak atsiri yang nantinya dicampur dengan base oil untuk massage, body lotion, dan produk-produk facial."

3 dari 5 halaman

Tantangan Pemanfaatan Rempah Lokal

Berbicara soal tantangan pemanfaatan rempah lokal, Ria menyoroti segi kualitas dan ketersediaan bahan baku. "Kurangnya regulasi untuk essential oil murni membuat produk sintetis yang lebih murah, tapi berkualitas rendah, beredar dan merusak pasar."

"Dengan perubahan iklim, harga bahan baku, seperti cocoa butter, melonjak tinggi tahun ini, sehingga sulit membuat produk karena ketersediaannya menurun dan harganya mahal. Kami juga menghadapi tantangan dalam menjaga konsistensi kualitas bahan baku, terutama karena beberapa rempah hanya tersedia pada musim tertentu."

"Jika ada fasilitas pra-pengolahan yang lebih baik, masalah ketersediaan musiman bisa diatasi, karena bahan-bahan dapat diolah dan disimpan untuk digunakan sepanjang tahun. Sayangnya, Indonesia saat ini belum memiliki infrastruktur yang baik untuk pra-pengolahan bahan baku."

Ia juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan peralatan yang baik di Indonesia, sementara biaya mesin impor yang dibutuhkan untuk membuat bahan, seperti bubuk jahe, sangat mahal. "Hal ini jadi hambatan besar dalam pemrosesan bahan mentah jadi produk yang siap digunakan," ia menambahkan.

"Kemudian, tidak banyak penelitian dan pengembangan untuk bahan lokal, sehingga kami perlu melakukan penelitian sendiri demi mengetahui bahan lokal apa yang efektif untuk berbagai keperluan. Pengetahuan tentang bahan-bahan ini masih banyak yang bersifat lisan dan tidak didukung jurnal ilmiah."

Mengamini itu, Ajeng menyinggung sulitnya mempertahankan variasi kualitas bahan baku yang dipengaruhi musim dan lokasi tumbuh. "Pengawasan quality assurance yang ketat untuk memastikan stabilitas pasokan rempah-rempah jadi tantangan selanjutnya," ujar dia.

4 dari 5 halaman

Apakah Produk Berbahan Rempah Sudah Siap Menunjang Wisata Kebugaran?

Kendati dihadapkan dengan berbagai tantangan, produk berbahan rempah lokal penunjang praktik spa punya berbagai keunggulan. Ajeng menjabarkan, "Produk berbahan alami cenderung memiliki efek samping yang minimal. Lalu, penggunaan rempah sering kali berdasar pada resep-resep berbasis budaya, sehingga ada upaya pelestarian di sana."

Pemanfaatan rempah lokal, menurut Ajeng, juga merupakan bentuk dukungan keberlanjutan lingkungan. "Bahan-bahan alami memiliki dampak baik terhadap lingkungan. Misalnya, limbah produksi produk jamu dapat diolah jadi pupuk."

Ria mengamini hal tersebut, mengatakan bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara lokal tidak memerlukan transportasi jarak jauh yang berkontribusi terhadap jejak karbon. Ia menyambung, pemberdayaan rempah dalam negeri juga berarti membantu supplier lokal, sekaligus mempromosikan bahan-bahan warisan Indonesia.

"Produk-produk berbahan rempah lokal memiliki nilai budaya yang tinggi, yang dapat menambah daya tarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman spa khas Indonesia. Ini juga membantu pengetahuan herbal Indonesia jadi lebih dikenal dan diapresiasi."

Ketika ditanya apakah produk kecantikan berbahan rempah sekarang sudah siap menunjang wisata kebugaran di Indonesia, Ria menjawab, "Saya pikir Indonesia masih memiliki jalan panjang dalam hal ini. Lebih banyak penelitian perlu dilakukan, dan lebih banyak fasilitas pemrosesan untuk membuat bahan-bahan mentah jadi lebih layak digunakan harus dibangun."

"Saat ini, dari segi kompetitif dan kualitas, Indonesia belum sepenuhnya siap. Selain itu, edukasi mengenai manfaat rempah-rempah dan produk alami pada konsumen masih perlu ditingkatkan agar mereka lebih menghargai dan memilih produk lokal."

"Namun, dengan upaya berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas dan kesadaran, saya yakin produk berbahan rempah lokal memiliki potensi besar dalam mendukung wisata kebugaran di masa depan."

 

5 dari 5 halaman

Arah Pengembangan Produk Berbahan Rempah

Arah pengembangan produk berbahan rempah untuk menunjang wisata kebugaran, menurut Ajeng, harus berupa kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri untuk menciptakan inovasi bahan rempah maupun tanaman obat Indonesia yang berkualitas tinggi.

Ia menambahkan, "Kerja sama dengan sektor pariwisata turut penting dalam mempromosikan produk kecantikan, kesehatan, dan praktik kebugaran berbasis bahan rempah sebagai daya tarik wellness tourism. Kolaborasi dengan spa wellness dengan emmersive and holistic experience juga merupakan daya tarik kuat untuk para wisatawan yang kini cenderung mempertimbangkan faktor kebugaran di dalam perjalanan liburan mereka."

Partisipasi dalam acara-acara terkait wellness tourism, baik di dalam maupun luar negeri, untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk kecantikan berbahan rempah lokal sebagai bagian dari pengalaman wisata kebugaran di Indonesia juga tidak kalah penting, sebut dia.

Sebelum semua itu, Yulia menggarisbawahi, memastikan kestabilan pasokan rempah dari petani berperan secara krusial. "Ini termasuk dalam pengadaan bibit unggul, pupuk, pengairan, jalur distribusi, dan pemasaran," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.