Sukses

Wisata Medis di Jepang Sasar Warga Kelas Atas Indonesia, Biayanya Capai Rp350 Juta

Apa saja fasilitas yang didapat pasien yang menjalani medical check-up di Jepang dengan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah itu?

Liputan6.com, Jakarta - Berbekal barisan tenaga kesehatan profesional dan peralatan yang canggih, Jepang kini fokus menggarap wisata medis yang menyasar warga kalangan atas di Indonesia. Layanan utama yang ditawarkan adalah medical check-up secara menyeluruh dan detail.

JCB Indonesia menggandeng One Medica di Jepang dan Kyoai Medical Services yang berbasis di Jakarta untuk memfasilitasi layanan tersebut. Utamanya membantu mengatasi kendala bahasa yang menyulitkan pasien dari Indonesia mengecek kondisi kesehatannya di negeri matahari terbit.

"Jepang termasuk terdepan dalam kemajuan medisnya. Standar sehatnya tertinggi di dunia. Banyak yang ingin medical check up di Jepang, tapi terbentur kendala-kendala. Kami hadir membantu agar calon klien, khususnya pengguna JCB tidak ragu medical check-up di Jepang," ujar Darma Satyanegara, Direktur Kyoai Medical Services, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2024.

General Manager of Medical and Sales Kyoai Medical Service, Aini Chandika menjelaskan tiga tujuan utama seseorang menjalani pemeriksaan kesehatan. Pertama adalah mendeteksi penyakit sedini mungkin dan mencegah penyakit berkembang menjadi masalah serius. Kedua, memahami faktor risiko kesehatan sehingga bisa dikendalikan.

Terakhir, mendapakan rekomendasi gaya hidup sehat yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Tujuannya untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitas hidup. "Medical check up itu dilakukan menyeluruh, secara rutin setahun sekali atau sesuai anjuran dokter," kata Aini seraya meminta mereka yang telah melaksanakan pengujian kesehatan untuk juga menerapkan saran dokter bersangkutan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengapa Medical Check Up ke Jepang?

Dari sederet pilihan, Aini menyatakan Jepang patut diperhitungkan sebagai destinasi tujuan wisata medis lantaran beberapa faktor. Pertama, Jepang masuk dalam lima besar negara di dunia dengan angka harapan hidup terpanjang. 

"Jepang capai 84,5 tahun, sedangkan di Indonesia 68,3 tahun. Bahkan data Kemenkes Jepang pada 2023 mencatat angka harapan hidup wanita Jepang mencapai 87,14 tahun," ujarnya.

Tak hanya umur panjang, tapi juga usia panjang yang berkualitas. Menurut Aini, angka harapan hidup sehat warga Jepang mencapai 73,4 tahun, sedangkan di Indonesia hanya 60,7 tahun.

"Pola hidup dan pemeriksaan kesehatan sudah sangat baik di Jepang. Sudah lebih terarah, khususnya terkait kanker dan penyakit kardiovaskular. Mereka ada analisa medis dengan sistem terstandarisasi untuk pencegahan dini kanker," sambung Aini.

Aini menguraikan tahapan pencegahan kanker yang diterapkan Jepang. Pada 1984, Jepang memulainya dengan pendekatan mengobati pasien yang sudah terdeteksi kanker. Pada 1994, mereka mengembangkan sistem yang fokus pada deteksi dini penyakit kanker. Pada 2004, pendekatan deteksi dini bergeser ke mencegah terjadinya penyakit kanker. Hal serupa juga berlaku bagi pencegahan penykit kardiovaskular seperti stroke dan hipertensi.

"Sistematisasi ini pegang peranan penting untuk tingginya angka harapan hidup di Jepang," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Biaya Medical Check Up Tinggi

Aini menyatakan sistematisasi pencegahan penyakit kanker dan kardiovaskular juga tergambar dari program medical chechk up yang dijalani pasien. Ia menyebut pelayanannya komprehensif dengan hasil yang diklaim akurasinya tinggi.

"Pelayanannya komprehensif, bukan hanya tes darah, tapi ada CT Scan, PET Scan, MRI, kolonoskopi, endoskopi, dan sebagainya. Di Indonesia bukan tidak ada, tapi masih terbatas. PET Scan di Indonesia masih kurang lebih 10 unit, di Jepang sudah memiliki 400 unit," katanya.

"Di Indonesia ada, tapi pemeriksaan ini bukan dimaksudkan untuk medical check up tapi lebih ke terapi," sambungnya.

Tapi, kendala bahasa menyulitkan sebagian besar pasien dari Indonesia ke Jepang. Untuk itu, mereka menawarkan paket medical check up yang juga menyediakan layanan antar jemput dari hotel ke rumah sakit serta pemandu dan penerjemah selama proses pemeriksaan berlangsung.

"Kami bahkan akan koordinasi sejak sebelum pasien melakukan perjalanan ke Jepang," katanya. Mereka juga akan menerjemahkan satu per satu hasil pemeriksaan ke Bahasa Indonesia agar pasien tidak kebingungan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk layanan kesehatan itu dimulai dari Rp50 juta sampai Rp350 juta. 

 

4 dari 4 halaman

Alasan Biaya Tinggi untuk Medical Check up di Jepang

Biaya tersebut, kata Satya, belum termasuk biaya perjalanan wisata selama di Jepang. Program dibuat dengan tujuan utama adalah mengecek kesehatan sambil menikmati berwisata di Jepang.

Program wisata medis itu tidak hanya tersedia di Tokyo, tetapi juga Osaka. Pada tahun ini, JCB memperluas pilihan bagi pelanggan Indonesia yang bekerja sama dengan rumah sakit–rumah sakit di wilayah Tokyo, seperti Nippon Medical Hospital dan The Cancer Institute Hospital of JFCR, yang keduanya bermitra dengan OneMedica.

Sejauh ini, menurut Satya, belum banyak pasien dari Indonesia yang menikmati layanan tersebut, meski diyakini ada penambahan setiap tahunnya. Selain kendala bahasa, orang Indonesia juga belum familiar dengan sistem kesehatan di Jepang sehingga angka kunjungannya belum signifikan.

"Mengenai harga, itu memang bervariasi. Variannya berdasarkan paket lengkap atau lokasi. Misalnya, ada salah satu RS terbaik di Jepang. Secara ranking, nomor 1 di Jepang, even orang Jepang sendiri susah ke sana. Itu salah satu yang membuat harganya tinggi," kata Satya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini