Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok warga lokal dan warga negara asing (WNA) bekerja sama menyelamatkan seorang turis asing yang nyaris tenggelam di Diamond Beach di Nusa Penida, Bali. Diamond Beach atau Pantai Berlian sering disebut sebagai salah satu pantai berbahaya di Bali karena ombaknya yang kencang dan sulit diprediksi kapan akan melanda. Beberapa orang jadi korban tenggelam di pantai tersebut.
Namun, keindahan pantai tersebut terkadang membuat banyak turis lupa diri meski sudah diperingatkan. Begitu pula dengan turis wanita yang nekat mencoba berenang di pantai berbahaya di Bali tersebut.
Baca Juga
Melansir laman news.com.au, Senin (19/8/2024), begitu menyadari akan ada gelombang besar, ia kesulitan untuk berenang ke tepi pantai. Ia masih beruntung karena masih bisa diselamatklan.
Advertisement
Proses penyelamatan dramatis itu dibagikan di media sosial, salah satunya oleh akun Instagram @infonusapenidane. Terlihat sekelompok orang menarik sebuah tali yang terikat pada seorang pria yang berenang untuk menyelamatkan wanita tersebut.
Pria yang belakangan diketahui merupakan warga Prancis itu berhasil menangkap wanita tersebut. Pria itu disebut sebagai pahlawan meski ia mengatakan semua itu berkat bantuan dari orang-orang yang sedang berada di pantai tersebut.
Wanita yang diselamatkan itu memakai bikini two pieces warna biru dan nude. Ia langsung berlari menjauhi pantai dan menjatuhkan diri ke pasir pantai Diamond Beach. Ia kemudian berdiri dan memeluk pria Prancis yang telah mempertaruhkan nyawa untuk menolong dirinya. Ia kemudian menghampiri seorang pria yang diduga merupakan pasangannya. Teriakan pujian untuk pria Prancis itu terdengar dalam video tersebut.
"Kamu tidak bisa menyadari, gelombang bisa saja menenggalamkanmu," ucap wanita itu masih dengan napas terengah-engah usai mengalami peristiwa mengerikan itu.
Keindahan yang Berbahaya
Insiden yang terjadi pada Rabu, 14 Agustus 2024 itu, jadi peringatan bagi para turis lainnya agar waspada terhadap bahaya yang mengancam di Diamond Beach. Para pengunjung sudah diperingatkan agar tidak memasuki, apalagi berenang di pantai tersebut dengan alasan apapun.
Peringatan yang sama juga berlaku untuk Pantai Kelingking di Nusa Penida. Kelingking Beach yang terkenal dengan keindahannya itu harus dijangkau dengan melewati jalur yang cukup terjal. Pengunjung harus menapaki anak tangga hingga bisa mencapai bibir pantai, yang ketinggiannya mencapa sekitar 300 meter.
Pada jalur pendakian anak tangga inilah, seorang wisatawan bernama Andre Sibolga terpeleset dan akhirnya jatuh di tebing Kelingking Beach. Posisi terjatuhnya korban berada kurang lebih di ketinggian 150 meter. Peristiwa itu terjadi pada Desember 2020.
Kelingking Beach juga dikenal sebagai sebagai spot diving terbaik dengan menyajikan pemandangan langka, spot tersebut disebut Manta point lantaran di Kelingking Beach ini terdapat ikan manta atau ikan pari paling besar di dunia. Para penyelam dapat bebas menyelam bersama ikan manta yang sudah mulai langka. Menjangkau Kelingking Beach bisa dilalui dengan transportasi laut seperti speed boat dari Pantai Sanur, Denpasar.
Advertisement
Wisatawan Meninggal di Pantai Mutiara Trenggalek
Tak hanya di Bali, insiden serupa baru saja dialami turis di Jawa Timur. Nasib mereka bahkan tidak seberuntung wisman yang berenang di Diamong Beach Bali. Insiden ini dialami dua wisatawan pasangan suami istri bernama Martono (61) dan Kustatik (52). Salah satunya meninggal dunia usai bermain atraksi banana boat di Pantai Mutiara, Trenggalek, Jawa Timur, Minggu, 18 Agustus 2024.
Insiden terjadi usai sekelompok wisatawan asal Sidoarjo memutuskan bermain air dan menaiki banana boat bersama, lalu melakukan atraksi perahu terbalik di perairan dangkal, tak jauh dari bibir pantai setempat. "Benar, ada wisatawan meninggal dunia saat berwisata ke Pantai Mutiara," kata Kepala Polairud Trenggalek Aipda Joko Suwito di Trenggalek, Minggu, dikutip dari Antara.
Kustatik yang terlebih dahulu pingsan, mengeluhkan pusing sebelum jatuh tak sadarkan diri. Situasi ini direspons operator banana boat memanggil penjaga pantai dan petugas kesehatan terdekat untuk membantu mengevakuasi Kustatik ke tepi pantai.
"Selang beberapa waktu, ibu tersebut siuman dari pingsan. Namun, suaminya yang melihat peristiwa itu ikut pingsan dan dilarikan ke puskesmas hingga meninggal dunia," kata Joko. Belum diketahui secara pasti penyebab Martono pingsan hingga akhirnya meninggal dunia. Petugas medis masih memeriksanya saat berita ini ditulis. Peristiwa itu masih didalami oleh pihak kepolisian.
Peran Pemandu Wisata
Di sisi lain, hal yang jarang menjadi perhatian wisatawan saat melakukan kegiatan wisata adalah dalam memilih jasa pemandu ataupun biro travel berizin. Ada pula wisatawan yang karena menghemat bujet bepergian secara mandiri tanpa pemandu, karena merasa sudah bisa mendapatkan informasi seputar tempat wisata melalui riset di Google.
Kebanyakan orang juga menggunakan biro perjalanan saat pergi umrah. Kejadian kasus yang sempat terjadi seperti ditipu atau terlantar bisa diminimalisir jika memilih biro travel berizin.
Untuk biro travel umrah misalnya, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), sekarang melakukan pengecekan ulang dan untuk teregister sebagai biro perjalanan umrah, perusahaan tersebut ada kuota minimal sudah berapa kali melakukan aktivitas perjalanan wisata.
Adapun Ketua Harian Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) DPP Provinsi Jawa Timur, Yokana Pambajeng Bayu mengatakan, standar yang digunakan oleh para pemandu yang tergabung di APGI merupakan standar di asosiasi profesi. Pemandu gunung di APGI juga memiliki tingkatan, seperti tingkat ahli dan tingkat madya yang minimal telah melakukan pemanduan gunung hingga lima kali.
Advertisement