Sukses

Aksi Mogok Kerja Ratusan Karyawan Bandara Ngurah Rai Harus Ada Titik Temu Sebelum Menganggu Reputasi Pariwisata Bali

Menparekraf Sandiaga Uno berharap pengelola bandara Ngurah Rai bisa mencari titik temu dengan para karyawan agar tidak menganggu layanan yang sangat strategis bukan hanya bagi Bali tapi juga untuk reputasi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan pegawai di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang berada di bawah naungan Angkasa Pura Supports (APS) melakukan aksi mogok kerja selama tiga hari ke depan sejak Senin, 19 Agustus 2024. Aksi itu mengundang reaksi dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

"Soal mogok kerja karyawan bandara Ngurah Rai ini saya terus berkoordinasi dengan pak GM, karena tiap hari ada sekitar 20 ribuan wisman dan 15 ribu wisnus mendarat di Bali, harapannya semoga masalah ini bisa segera diselesaikan," kata Menteri Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid di Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024.

"Kita juga berharap aksi ini tidak menganggu kunjungan wisatawan dan reputasi Bali sebagai tempat wisata dan penduduknya yang dikenal ramah, terhadap wisatawan” sambungnya.

Sandiaga menambahkan, pengelola bandara bisa mencari titik temu dengan para karyawan agar tidak menganggu layanan yang sangat strategis bukan hanya bagi pariwisata Bali tapi juga untuk reputasi Indonesia.

Nia Niscaya juga berharap masalah di Bandara Ngurah Rai Bali bisa diselesaikan dengan baik, karena bagaimanapun Bali adalah pintu utama untuk wisman atau turis asing.

"Bali ini sangat berkontribusi dalam mendatangkan wisman. Sekitar 45 persen wisman ke Indonesia berkunjung ke Bali pada semester 1 di tahun ini. Jadi penting sekali untuk menyelesaikan masalah ini," ucap Nia.

Sementara itu, Ketua Umum Serikat Pekerja Mandiri Angkasa Pura Supports Made Dodik Satriawan di Kabupaten Badung, Senin mengatakan, aksi ini dilakukan agar pihak APS segera menghapus kata project dalam Surat Keputusan Karyawan Tetap Project, yang membuat nasib mereka abu-abu.

 

2 dari 4 halaman

Kepastian untuk 250 Karyawan Bandara Bali

"Bahasa di SK ada kata project itu sangat abu-abu karena yang seharusnya perjanjian kerja berlaku sampai pensiun, tapi menjadi dari 2022 hanya bekerja sampai 2026, lalu setelah itu ke mana, kan kerisauan bagi teman-teman," katanya, dilansir dari Antara.

Karena itu tiap pergantian jam kerja sebanyak 250 karyawan sesuai shift kerjanya akan melakukan mogok kerja agar penyedia jasa segera mengubah surat keputusan karyawan tetap menjadi permanen.

Menurut Dodik, karyawan yang ditempatkan di Bandara I Gusti Ngurah Rai ini tidak meminta Angkasa Pura Supports langsung menerapkan permohonan mereka, tapi setidaknya memberi mereka kepastian soal tuntutannya. "Bisa di-iya-kan dulu, sesudah itu seperti apa teknisnya kami memahami yang namanya cabang harus berkoordinasi ke pusat, itu kami bijaksanai," terangnya.

Sebanyak 250 karyawan yang melakukan mogok kerja secara bergilir sesuai shift kerja tersebut mengaku sudah mempelajari kondisi ini sejak tiga tahun belakangan, Namun seiring waktu mereka menyadari banyaknya kejanggalan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

3 dari 4 halaman

Bandara Kehilangan Lebih dari Separuh Tenaga Kerja

Aksi ini dinilai sebagai tindakan paling profesional yang dapat mereka lakukan, dengan harapan penghapusan kata project di surat keputusan pegawai tetap dapat berdampak ke hak mereka yang belum didapatkan. Wakil Ketua I Serikat Pekerja Mandiri Angkasa Pura Supports I Nengah Lacur menambahkan, beberapa kasus hak yang tidak diperoleh karyawan tetap seperti kompensasi ketika bekerja sampai di tahun ke-13, kemudian hak cuti, dan tunjangan kerja.

"Yang mungkin disegani atau ditakuti dengan gampang diberikan cuti, tapi yang baru susahnya luar biasa, bahkan kemarin ada yang cuti karena orangtua kandungnya meninggal dunia itu dipersulit padahal ada hak cuti dan punya alasan penting," katanya.

"Lalu seperti karyawan tetap kan harusnya mendapatkan tunjangan, tunjangan masa kerja dan tunjangan keluarga, lalu pengganti cuti seperti berupa nominal kan harus dibayarkan,” lanjutnya. Karena itu serikat pekerja memutuskan untuk mogok kerja selama tiga hari sembari memantau situasi Bandara I Gusti Ngurah Rai yang kehilangan separuh lebih tenaga kerjanya karena aksi ini.

4 dari 4 halaman

Tanggapan GM Bandara Ngurah Rai Bali

Nengah Lacur menyebutkan, komposisi karyawan Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan Angkasa Pura Supports sekitar 1:5 sehingga pada situasi tertentu berpotensi terjadi keterlambatan layanan karena kurangnya pegawai.

Sebelumnya, General Manager (GM) Bandara Ngurah Rai Handy Heryudhitiawan mengatakan, meskipun ratusan karyawan Bandara Ngurah Rai melakukan mogok kerja tapi bandara tetap beroperasi normal.

"Operasional bandara tetap berjalan normal seperti biasa, serta tidak terdapat kendala dalam pelaksanaan pelayanan kepada para pengguna jasa bandara,” katanya dikutip dari Antara, Senin.

Handy mengatakan sejauh ini kondisi pelayanan di bandara dapat terkendali dengan memaksimalkan karyawan organik dari bandara yang secara rata-rata perbandingan jumlahnya 1:2 dengan tenaga kerja dari APS.

Pihak bandara mengaku sudah mendapat surat rencana melakukan mogok kerja sebelumnya, sehingga dapat mengatur strategi. "Yang utama bandara tidak boleh tutup, tidak boleh terganggu. Syukurnya, pagi ini atas dukungan berbagai pihak semua bisa berjalan, operasional berjalan dengan normal dengan saat ini diisi oleh pegawai organik dan pegawai lainnya yang tidak ikut aksi," ujarnya.