Liputan6.com, Jakarta - Gunung Rakata adalah sebuah gunung yang berada di Pulau Rakata Besar. Gunung penyebab letusan Krakatau 1883 ini masih aktif. Gunung ini terletak di selatan Gunung Anak Krakatau.
Awalnya ada tiga gunung aktif yaitu Gunung Rakata, Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Namun dua di antaranya hancur akibat erupsi Gunung Krakatau dan hanya menyisakan Gunung Rakata hingga gunung ini kehilangan kerucutnya saat terjadi erupsi.
Gunung Rakata hanya memiliki ketinggian 813 mdpl. Namun gunung ini dari kejauhan di dekat laut wilayah Lampung dapat terlihat bentuk kerucutnya.
Advertisement
Masih banyak hal menarik tentang Gunung Rakata selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Rakata yang dirangkum Tim Liputan6.com pada 20 Agustus 2024.
1. Suara Letusan Terdengar hingga Australia
Pada saat gunung ini meletus suaranya terdengar sampai Australia dan terjadi tsunami setinggi 40 meter sehingga menelan banyak korban. Abu vulkanisnya bahkan sampai ke New York cuaca menjadi dingin dan bumi menjadi gelap selama 3 hari setelah erupsi ini.
Tercatat letusan gunung ini adalah letusan terdahsyat pertama setelah ditemukannya telegraf bahwa laut. Akan tetapi sebenarnya letusan ini masih kalah jauh dibading letusan dashyat lainya seperti letusan Gunung Tambora, Nusa tenggara barat, Indonesia atau Gunung Thera di Yunani.
Letusan itu membentuk kaldera baru sehingga menghasilkan Anak Gunung Krakatau yang sampai saat ini masih aktif. Gunung Anak Krakatau bahkan sempat menimbulkan dampak tsunami di daerah pesisir Banten.
Â
2. Dulunya Tempat Menyaksikan Anak Krakatau dari Dekat
Mengutip dari laman Gunung Bagging, Rakata adalah gunung tertinggi di antara pulau-pulau Krakatau di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatra. Gunung ini merupakan sisa-sisa dari satu-satunya dari tiga gunung berapi (Perboewatan, Danan, dan Rakata) yang membentuk Krakatau yang tidak hancur total dalam letusan tahun 1883.
Pulau ini memiliki tebing di sisi utaranya dan sebelum Tsunami Selat Sunda pada bulan Desember 2018, gunung ini merupakan tempat yang populer untuk menginap guna menyaksikan Anak Krakatau dari jarak yang aman. Vegetasi gunung ini diperkirakan telah punah karena letusan gunung berapi.Â
3. Titik Awal Pendakian
Titik awal pendakian sebenarnya berada di sisi yang menghadap pantai Jawa, jadi Anda dapat mencapai titik awal pendakian dalam waktu sekitar 90 menit dengan speedboat dari Carita. Pada 2019, ini adalah pantai terbaik dan teraman untuk berkemah karena pantai yang menghadap ke utara dengan pemandangan penuh Anak Krakatau telah hancur total akibat tsunami tahun 2018 dan tidak ada lagi.
Memang, pantai utara terkikis oleh dampak tsunami. Selain itu penampakan dasar tebing Rakata pada 2019 akan mengejutkan siapa pun yang memiliki ingatan baik tentang seperti apa bentuknya sebelum runtuhnya kerucut Anak Krakatau.
Â
Advertisement
5. Jarang atau Hampir Tidak Pernah Didaki
Meskipun merupakan puncak tertinggi di gugusan pulau-pulau Krakatau, gunung ini sangat, sangat jarang didaki dan karena itu jalur pendakiannya tertutup semak belukar. Gunung Rakata ini adalah salah satu pendakian tersulit di Indonesia.
Gunung ini bukan untuk pemula, karena hampir tidak ada jalur pendakian yang bisa dilalui. Untungnya, saat cuaca cerah, Anda dapat menikmati pemandangan spektakuler dari puncak, yang berada di tebing setinggi 800 meter yang terbentuk saat gunung berapi Krakatau meletus pada tahun 1883.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Rakata mungkin didaki sekali atau dua kali, terutama oleh para peneliti, tetapi dilihat dari kondisi jalur pendakian (atau ketiadaan jalur pendakian) pada 2019, jalur tersebut belum pernah didaki selama beberapa tahun dan karenanya lebih sulit dari sebelumnya.
Sebagian besar jalur pendakian harus dibuat dan hanya ada sedikit bukti bahwa ada orang yang pernah mendaki di sini lebih dari beberapa kali atau dalam tiga tahun terakhir atau lebih. Vegetasinya lebat dan navigasinya menantang. Anda mungkin sangat beruntung dan melakukan pendakian hanya beberapa minggu setelah kelompok lain, tetapi kemungkinan besar Anda tidak akan seberuntung itu.
6. Pemandangan di Atas Puncak Gunung Rakata
Pendakian ke Gunung Rakata dimulai dari pinggir laut, itu sebabnya jika berangkat pagi hari akan terasa panas. Disarankan untuk membawa air minimal tiga liter. Anda akan memerlukan pemandu lokal yang telah melakukan ini sebelumnya dan yang bersenjatakan parang.Â
Hutan di Gunung Rakata sangat cocok untuk kehidupan burung, terutama saat fajar dan senja. Pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat banyak biawak di Rakata dan masih banyak populasinya yang selamat dari kekuatan tsunami.
Dibutuhkan waktu empat jam untuk mencapai puncak. Dalam kondisi jalan yang lebat, dibutuhkan waktu lebih dari lima jam yang melelahkan. Setelah itu, Anda akan mencapai area hutan berlumut (744 mdpl), tanda pasti bahwa Anda sudah dekat dengan puncak.
Selanjutnya muncul punggung bukit yang ditutupi oleh tumbuhan rendah, bukan pepohonan, dan Anda mulai menyadari bahwa Anda berada di sebelah tepi tebing setinggi 800 meter. Dari atas tebing, pemandangan di seberang lautan dan ke arah Anak Krakatau sangat menakjubkan. Anda juga dapat melihat pulau Verlaten (Pulau Sertung) dan Krakatau Kecil (Pulau Panjang) di kedua sisi Anak Krakatau.Â
Â
Advertisement