Sukses

Kesaksian Dokter yang Kembali dari Gaza, Ungkap Pembantaian Mengerikan dan Desak Embargo Senjata AS

Sekelompok dokter yang baru kembali dari Gaza mendesak pemerintahan Biden untuk segera memberlakukan embargo senjata terhadap Israel setelah melihat langsung kekejaman yang mereka saksikan.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah dokter yang baru kembali dari tugasnya memberi perawatan medis di Gaza yang hancur, mendesak pemerintahan Presiden Biden untuk segera memberlakukan embargo senjata terhadap Israel. Para dokter tersebut mengatakan bahwa tanpa embargo tersebut, AS tetap terlibat dalam genosida yang telah menghancurkan wilayah pemukiman Palestina.

Mengutip dari laman TRT World, Kamis (21/8/2024), berbicara di sela-sela Konvensi Nasional Demokrat yang sedang berlangsung di Chicago, Illinois, Dr. Tammy Abughanim mengatakan pada hari Selasa bahwa hasil dari perang Israel selama lebih dari 10 bulan telah membuat kehidupan warga sipil di Jalur Gaza benar-benar mustahil saat ini.

"Ketika saya mengatakan kita tidak sanggup menanggung hari-hari seperti ini lagi, dan ketika mereka mengatakan kita tidak sanggup menanggung hari-hari seperti ini lagi, itu benar-benar benar," kata Abughanim, mengingat percakapannya dengan warga Palestina di Gaza selama kunjungannya baru-baru ini.

Ia menyambung, "Ketika kami mendesak pemerintahan Biden untuk melakukan embargo senjata sebagai dokter, yang kami katakan adalah kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami saat bom berjatuhan dan penembak jitu Israel menargetkan anak-anak dan warga sipil."

Para tentara Israel juga menyerang sekelompok warga sipil. Dokter spesialis Chicago itu juga menyebut bahwa Israel telah membuat pekerjaan para dokter di sana mustahil dengan dukungan langsung dari Amerika Serikat. Sentimen itu berulang kali digaungkan oleh rekan-rekan dokter Abughanim, yang menggambarkan kengerian yang sejauh mana mereka akui tidak dapat disampaikan sepenuhnya. 

2 dari 4 halaman

Melihat Langsung Genosida

Para dokter tersebut mengaku melihat langsung kekerasan genosida. "Saya melihat kepala anak-anak hancur berkeping-keping oleh peluru yang kami bayar — tidak sekali, tidak dua kali, tetapi secara harfiah, setiap hari. Saya melihat penghancuran yang keterlaluan dan sistematis di seluruh kota Khan Younis," kata Dr. Feroze Sidhwa.

Ia juga melihat para ibu mencampur sedikit susu formula yang dapat mereka temukan dengan air beracun untuk memberi makan bayi mereka yang baru lahir, karena mereka sendiri sangat kekurangan gizi sehingga mereka tidak dapat menyusui. Belum lagi anak-anak yang menangis, bukan karena kesakitan tetapi putus asa dengan apa yang dialami.

Sidhwa menekankan bahwa memberlakukan embargo senjata terhadap Israel bukanlah ide yang radikal. Ia membacakan dengan lantang sebuah surat yang disampaikan oleh Mark Perlmutter, seorang dokter Yahudi-Amerika yang menemaninya dalam perjalanan baru-baru ini ke Gaza.

"Yang terburuk dari semuanya, saya tidak pernah membayangkan bahwa pemerintah saya akan menyediakan senjata dan dana yang membuat pembantaian mengerikan ini terus berlangsung — bukan hanya untuk satu minggu, bukan hanya untuk satu bulan, tetapi selama hampir satu tahun penuh sekarang," tambah Perlmutter. 

3 dari 4 halaman

Desak Embargo Senjata AS

"Demi kebaikan Palestina, demi kebaikan Amerika Serikat, demi kebaikan Israel, demi kebaikan Yudaisme, dan tentu saja, demi kebaikan hukum internasional dan seluruh umat manusia, tolong hentikan mempersenjatai Israel," seru para dokter tersebut.

Beberapa dokter yang berbicara pada konferensi pers hari Selasa menyatakan bahwa pembatasan Israel merupakan pihak yang mencegah rekan-rekan mereka memperoleh obat-obatan yang sangat dibutuhkan, termasuk obat pereda nyeri untuk meringankan penderitaan yang terluka.

Perang Israel di Gaza yang terkepung telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, termasuk puluhan ribu wanita dan anak-anak. Perang ini telah membuat dua juta orang lainnya mengungsi, rentan terhadap kelaparan dan penyakit di tengah kekurangan kebutuhan sehari-hari dan pasokan medis yang parah.

Ribuan orang tewas tertimpa reruntuhan rumah yang dibom sementara sekitar 10.000 warga Palestina diculik oleh pasukan Israel. Namun sekitar 45 dokter, ahli bedah, dan perawat Amerika yang telah menjadi relawan di Gaza sejak Oktober lalu mengatakan kemungkinan jumlah korban tewas akibat perang genosida Israel sudah lebih dari 92.000 korban.

4 dari 4 halaman

AS Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel

Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancet, dampak akumulatif perang Israel di Gaza dapat berarti jumlah korban tewas sebenarnya dapat mencapai lebih dari 186.000 orang. Pemerintahan Biden, yang telah memberikan dukungan tak terkendali kepada Israel, berada di bawah tekanan domestik atas Gaza.

Protes besar-besaran pro-Palestina sedang berlangsung di luar Konvensi Nasional Demokrat di Chicago, menjelang pemilihan presiden November. AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, dengan lebih dari 70 persen impor senjatanya berasal dari AS, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Senjata buatan Amerika Serikat difoto beberapa kali dalam serangan Israel di Gaza meskipun otoritas AS menolak untuk mengonfirmasi. AS tidak pernah menahan diri untuk mempersenjatai Israel, terlepas dari korban sipil Gaza yang mengkhawatirkan. Amerika Serikat memberi Israel 3,8 miliar dolar AS dalam bentuk tunjangan militer tahunan dan sering melindungi sekutunya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan di tempat lain.