Liputan6.com, Jakarta - Merespons wabah Monkeypox alias Mpox, sejumlah negara memutuskan merilis peringatan perjalanan ke wilayah-wilayah dengan kasus cacar monyet yang terbilang tinggi. Otoritas kesehatan Eropa telah menyarankan negara-negara Uni Eropa (UE) mengeluarkan peringatan perjalanan ke wilayah-wilayah di Afrika yang mengalami wabah virus Mpox.
Badan itu juga menyarankan orang yang bepergian ke wilayah-wilayah tersebut untuk divaksin, lapor North Africa Post, Kamis (22/8/2024). Setelah mendeteksi varian Mpox baru di Swedia, kasus pertama dari strain ini di luar Afrika, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperingatkan bahwa Eropa kemungkinan akan melihat lebih banyak kasus impor karena wabah virus di beberapa negara Afrika.
Baca Juga
ECDS menyatakan keprihatinan terutama atas memburuknya situasi di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan negara-negara tetangga. Karena itu, badan kesehatan tersebut telah meningkatkan penilaian tingkat risikonya dari "rendah" jadi "sedang."
Advertisement
Namun, ECDC menganggap risiko penularan yang sedang berlangsung di Eropa rendah, asalkan otoritas kesehatan setempat dengan cepat mengidentifikasi dan mengendalikan kasus-kasus impor. Orang-orang Eropa yang baru-baru ini bepergian ke "wilayah epidemi" di Afrika juga didesak "berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mengenai kelayakan mendapat vaksin Mpox."
Pekan lalu, Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan (CDC) telah menaikkan peringatan perjalanan untuk Republik Demokratik Kongo (DRC) dan enam negara Afrika lain pada Kamis, 15 Agsutus 2024, menurut Focus Taiwan. Ini terjadi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Mpox di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang jadi perhatian internasional (PHEIC).
Â
Peringatan Perjalanan dalam Level Berbeda
Wakil Direktur Jenderal CDC Lo Yi-chun mengatakan bahwa pihaknya memutuskan menaikkan status Pemberitahuan Kesehatan Perjalanan untuk tujuh negara Afrika, karena "tingkat penularan dan kematian yang tinggi" dari jenis baru yang telah menyebar di DRC dan negara-negara tetangga.
DRC telah dinaikkan ke "Level 2: Waspada." Ini berarti pelancong Taiwan didesak mempraktikkan tindakan pencegahan yang lebih ketat. Sementara itu, "Level 1: Waspada" dikeluarkan untuk Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang menunjukkan bahwa pelancong Taiwan di negara-negara tersebut harus melakukan tindakan pencegahan seperti biasa.
Lo menyarankan para pelancong di negara-negara tersebut menghindari tempat-tempat yang ramai, terutama area berisiko tinggi, seperti fasilitas medis. "Setelah kembali (ke Taiwan), harap perhatikan gejala-gejala terkait, seperti demam atau ruam," imbuhnya.
Dr David Beirman, pakar manajemen risiko pariwisata Australia, mengatakan pada news.com.au bahwa negara-negara di seluruh dunia akan mulai mempertimbangkan langkah-langkah menghentikan para pelancong membawa penyakit ke negara mereka. Ini mirip dengan langkah pencegahan pada wabah penyakit menular sebelumnya.
Langkah-langkahnya dapat mencakup pemeriksaan terhadap para pelancong untuk mengetahui adanya Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, sebelum mereka memasuki negara tersebut. Turis juga bisa diwajibkan vaksin sebelum mengunjungi negara-negara yang terdampak parah.
Advertisement
Bagaimana dengan Indonesia?
Rilis di situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Minggu, 18 Agustus 2024, memuat bahwa Plh. Dirjen P2P Yudhi Pramono mengimbau masyarakat, terutama para pelaku perjalanan, tetap waspada dan menghindari bepergian ke negara-negara yang terjangkit Mpox.
Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M menambahkan, tidak ada pembatasan perjalanan dari atau ke negara-negara yang mengalami peningkatan kasus Mpox. "Tapi pemerintah mengimbau para pelaku perjalanan dari Indonesia ke Afrika untuk berhati-hati, dan meningkatkan kewaspadaan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman," ujar Farchanny.
Kemenkes mengatakan belum ada urgensi untuk melakukan vaksinasi Mpox secara massal di Indoensia. "Tidak perlu, karena WHO pun belum merekomendasikan," ujar Plt Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pada Kamis, 22 Agustus 2024, seperti dikutip kanal Health Liputan6.com dari Antara.
Saat ini, pemberian vaksin Mpox diprioritaskan bagi kelompok yang berisiko tinggi terpapar virus itu. Terkait persediaan vaksin cacar monyet, Nadia mengatakan bahwa stok tahun ini masih cukup, sehingga belum ada urgensi untuk menambahkan jumlahnya.
Mpox Menular Melalui Apa?
Pelaksana Harian Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr Yudhi Pramono MARS, menjelaskan, Mpox dapat menular melalui kontak langsung dengan ruam bernanah di kulit, termasuk saat berhubungan seksual.
"Orang yang sering berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks memiliki risiko tinggi tertular Mpox, terutama pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis," kata Yudhi seperti dikutip kanal Health Liputan6.com dari Sehat Negeriku, Rabu, 21 Agustus 2024.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Jika muncul gejala cacar monyet seperti ruam bernanah atau keropeng di kulit, segera periksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.
Hingga Sabtu, 17 Agustus 2024, ada 88 kasus konfirmasi Mpox di Indonesia. Mayoritas kasus ditemukan di Jakarta dengan 59 kasus. Kasus lainnya tersebar di Jawa Barat (13 kasus), Banten (9 kasus), Jawa Timur (3 kasus), Yogyakarta (3 kasus), dan Kepulauan Riau (1 kasus). Kabar baiknya, 87 dari 88 pasien tersebut telah dinyatakan sembuh.
Â
Advertisement