Sukses

Kolaborasi dengan Konimex, Chef Arnold Rilis Varian Bumbu Instan dan Bubuk Tabur

Chef Arnold mengaku sudah memikirkan bisnis bumbu instan sejak sebelum pandemi melanda.

Liputan6.com, Jakarta - Satu lagi bisnis yang dirambah Chef Arnold Poernomo. Salah satu Master Chef itu baru saja meluncurkan Dapur Rasa, brand bumbu instan plus Hottaburi, varian bubuk tabur, yang bekerja sama dengan Konimex, perusahaan FMCG yang lebih dikenal sebagai produsen obat.

Ide bisnis muncul sejak sebelum pandemi Covid-19 melanda. Ia menyadari bahwa makin banyak yang ingin praktis saat memasak, dari ibu-ibu hingga kaum Gen Z. Edward Joesoef, Chief Strategy Officer Konimex Group, mengusulkan agar ia memproduksi bumbu instan. Relasi yang dimulai dari hubungan personal itu akhirnya berubah menjadi hubungan bisnis.

Namun, eksekusi rencana bisnis baru bisa dilakukan sekitar 1,5 tahun lalu. Arnold dan Konimex berburu bahan baku sekaligus memformulasi resep agar bisa memenuhi ekspektasi konsumen yang ingin praktis tapi tetap enak.

"Ini bukan ambassadorship, tapi murni partnership for life. Harapannya hari ini jadi awal perjalanan Dapur Rasa agar bisa berjalan dengan baik," kata Edward dalam sambutan di Jakarta, Jumat, 23 Agustus 2024.

Chef Arnold menjelaskan bahwa bumbu instan tersebut menggambarkan karakternya. Agar berbeda dari produk sejenis di pasaran, ia menciptakan varian bumbu yang berbeda dan menambahkan cita rasa pedas yang disukainya banyak masyarakat Indonesia. "Pasti ada pedas-pedasnya sedikit," katanya.

Total ada delapan varian bumbu instan, di antaranya nasi goreng kari, nasi goreng daging asap, tahu tempe, dan soto ayam. Sementara, bubuk tabur dihadirkan dalam tiga varian, yakni umami, teri, dan udang.

 

2 dari 4 halaman

Siapkan Beragam Resep

Chef Arnold menyatakan bahwa semua produk bumbu instan itu sudah melalui kurasinya. Ia bahkan telah menyiapkan banyak resep untuk memudahkan konsumen mengaplikasikannya dengan memakai bahan-bahan yang ada di banyak dapur di Indonesia.

"Saya sudah siapin resep pake semua varian," ujarnya. "Ini produk yang saya kurasi, saya bikin formulasinya. Kalau saya enggak pede, saya enggak akan launching."

Sementara ini, produk itu baru dijual secara online. Memanfaatkan pengalaman dan jalur distribusi Konimex yang luas, produk tersebut secara bertahap akan mulai dipasarkan di pasar tradisional hingga ritel modern.

"Kita ingin menyebarkan secepat mungkin ke semua titik di Indonesia, tapi titik di Indonesia itu kan banyak pulau, banyak kota," kata Edward.

Bumbu menjadi elemen yang tidak bisa dilepaskan dari setiap masakan. Sebagai negeri rempah, mayoritas bumbu di Indonesia memanfaatkan rempah-rempah yang ada, sumber dayanya melimpah. Beda cerita dengan mencari bumbu Indonesia di luar negeri.

 

3 dari 4 halaman

Lika-liku Ekspor Rempah Indonesia

Yulia Marlina dan suaminya, Iwan, yang membuka Cafe Pendawa pada 2004 di kawasan Morris Street, Philadelphia, Amerika Serikat (AS), merasakan tantangan mendapatkan bumbu, seperti kencur dan kunyit segar, untuk memenuhi isi tokonya. Selama ini, mereka mengandalkan distributor besar menyuplai pengiriman barang-barang dari Indonesia.

"Ya (kesulitannya) ada juga kadang rempah-rempah kan nggak tahan lama di jalan," kata Yulia dalam wawancara tertulis dengan Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 17 Agustus 2024.

Yulia berharap pemerintah Indonesia bisa membantu untuk pengiriman rempah-rempah segar untuk dijual di AS. "Tentu ini sangat membantu karena orang indo di sini juga masih suka mencari bahan rempah-rempah fresh Indonesia," tutupnya.

Hal berbeda dialami Irmansyah yang mendirikan Warung Anisah di Belanda sejak  2013. Menurut dia, tidak sulit mendapatkan pasokan rempah segar di negeri kincir angin karena sudah ada suplier besar. Terkadang saat pulang kampung ke Indonesia, ia juga sekalian membeli banyak bahan baku namun lebih untuk keperluan keluarga. 

4 dari 4 halaman

Rempah Nation Branding Indonesia

Kekayaan rempah nusantara sudah tersohor sejak Indonesia belum tercipta. Bahkan, banyak negara asing berbondong-bondong ke Nusantara demi rempah yang berujung dengan penjajahan selama bertahun-tahun.

Seiring zaman, rempah menunjukkan pesonanya dengan berhasil menggoda lidah wisatawan asing. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, mayoritas wisman yang datang ke Indonesia karena ingin mencicipi kulinernya yang kaya rempah.

"63 persen wisatawan ke Indonesia karena kulinernya. Ini juga tentu karena bumbu atau rempah Indonesia," kata Sandiaga dalam The Weekly Brief with Sandi Uno (WBSU) di Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.

Bahkan, rempah bukan hanya dipakai di sektor gastronomi, tetapi juga dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif, dari batik hingga produk-produk kosmetik. Menyadari besarnya kebutuhan dan potensi akan rempah, Asosiasi Rempah Nusantara (Akren) menggelar Gemar Rempah Nusantara yang akan berlangsung pada 8--10 Agustus di The Ballroom Pondok Indah Golf Course Jakarta.

Ketua Akren Siti Nur Azizah Ma’aruf menyebut program itu adalah bentuk affirmative action dari asosiasi untuk mendukung gerakan Indonesia Spice Up the World (ISUTW) yang dicanangkan pemerintah pada 2021. "Kami ingin Indonesia ini mengangkat kembali kejayaan rempah, Ini tidak hanya kekayaan budaya, komoditi unggulan, tetapi ini juga menjadi satu karakter, kebanggaan bangsa Indonesia," ucapnya.

"... menjadikan rempah nusantara menjadi nation branding-nya kita," imbuh Poppy Zeidra, juru bicara AKREN Indonesia.