Sukses

Restoran Ramen di Jepang Beri Peringkat Tingkat Kepedasan Berdasarkan Negara, Cuma Orang Indonesia yang Bisa Makan Level Berbahaya

Total ada 10 level kepedasan dengan tingkat toleransi yang dikelompokkan sebuah restoran ramen di Jepang berdasarkan kewarganegaraan.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah unggahan di Reddit baru-baru ini menimbulkan perdebatan setelah salah satu pengguna membagikan foto menu restoran ramen di Jepang. Di potret yang dimaksud, tempat makan tersebut memberi pelanggan pilihan tingkat kepedasan dalam 10 level berbeda, yang secara khusus disesuaikan dengan beberapa negara, termasuk Indonesia.

Mengutip World of Buzz, Minggu, 25 Agustus 2024, unggahan yang kemudian muncul di halaman depan Reddit itu tercatat mengumpulkan lebih dari 6.700 upvote dan di-crosspost ke banyak subreddit lain di platform tersebut. Keterangannya berbunyi, "Restoran ramen di Jepang yang menyamakan tingkat kepedasan dengan kebangsaan."

Di kolom komentar, pengguna Reddit mengungkap bahwa restoran ramen tersebut bernama Gyumon Ramen. Itu merupakan restoran ramen halal yang memiliki beberapa cabang di sekitar Tokyo. Restoran tersebut mengatakan bahwa pilihan tingkat kepedasan hanya berlaku untuk ramen pedas mereka, dengan setiap tingkat memiliki harga berbeda.

Untuk Level 1, Gyumon Ramen menyamakan level pedasnya dengan level yang cocok untuk orang Jepang, sedangkan Level 2 direkomendasikan untuk semua orang tanpa memandang kewarganegaraan. Level 3 hingga 5 cocok untuk orang Malaysia dan Singapura, dengan restoran tersebut pada dasarnya mengatakan bahwa level pedasnya adalah "sedang."

Gyumon Ramen kemudian menyamakan Level 6 hingga 8 dengan orang Korea Selatan, tingkat pedas tertinggi ke-2 dalam daftar. Sedangkan untuk "Danger Zone!" yang dikaitkan dengan level 8 hingga 10, Gyumon Ramen mengatakan bahwa level pedas tertinggi ini hanya dapat ditoleransi orang Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tuai Komentar Pro Kontra

Unggahan tersebut telah menuai berbagai komentar. Tanpa bermaksud bias, sebagian warganet menyetujui rangking tersebut. "Tebakannya tidak benar-benar salah, karena pernahkah kalian makan makanan pedas di Indonesia? Rasanya benar-benar menggigit lidah," ungkap salah satunya.

Namun demikian, sisanya mengungkap ketidaksetujuan. "Masa orang Malaysia cuma bisa makan makanan pedas dalam level sedang? Bercanda daftar ini," cibir seorang pengguna, yang dibalas akun lain, "Malaysia itu negara multikultural yang tingkat toleransi pedasnya beragam."

Sementara itu, hidangan mi pedas dari negara tetangga Jepang, yakni Korea Selatan, sempat bikin heboh di Denmark.  Otoritas pangan setempat sempat ingin menarik produk tersebut dari pasaran, namun akhirnya membatalkan keputusan itu.

Pada Senin, 15 Juli 2024, Badan Pangan dan Produk Hewan Denmark mengatakan dua dari tiga produk ang telah ditarik dinyatakan tidak berbahaya bagi kesehatan berdasarkan penilaian risiko terbaru. "Berdasarkan hasil analisis baru dan penilaian risiko terkini dari DTU Food Institute, pemerintah menyimpulkan bahwa dua produk, Samyang Buldak 2x Spicy Hot Chicken dan Samyang Buldak Hot Chicken Stew, tidak mengandung kadar capsaicin setinggi yang dilaporkan distributor dalam pemasarannya," kata otoritas Denmark dalam siaran persnya, dikutip dari Korea Times, Rabu, 17 Juli 2024.

3 dari 4 halaman

1 Produk Mi Pedas Tetap Ditarik dari Pasar

DTU Food Institute, bagian dari Technical University of Denmark (DTU), adalah lembaga penelitian nasional yang berfokus pada ilmu dan teknologi pangan, termasuk produksi, pengolahan, dan konsumsi pangan. Sesuai keputusan itu, kedua produk Samyang dapat dipasarkan kembali di toko-toko Denmark.

Meski begitu, mereka menyatakan Buldak 3x Spicy Hot Chicken tetap harus ditarik dari pasaran karena masih diyakini berbahaya bagi kesehatan. Produk mi instan terpedas di lini Buldak itu disebut memiliki kadar capcaisin yang tinggi sehingga menimbulkan risiko keracunan akut bagi konsumen yang mengonsumsinya.

Menurut catatan pemerintah Denmark, hotline keracunan telah menerima laporan 14 kasus setelah mengonsumsi mi instan pedas tersebut. Gejalanya di antaranya sakit perut dan muntah.

Revisi keputusan itu keluar sekitar sebulan setelah otoritas pangan Denmark menarik tiga produk mi instan dari rak toko pada 12 Juni 2024, dengan alasan risiko keracunan akut karena kandungan capsaicin yang tinggi pada produk tersebut. Mi tersebut sering dikonsumsi anak-anak dan remaja sebagai bagian dari tantangan makan mi pedas.

4 dari 4 halaman

Kata Produsen Mi Pedas Korea

Samyang Foods menyambut baik keputusan pemerintah Denmark untuk membatalkan penarikan produk tersebut pada Selasa, 17 Juli 2024. Pihaknya menyebut telah meminta pihak berwenang Denmark menilai mi tersebut secara lebih objektif, bekerja sama dengan Kementerian Keamanan Makanan dan Obat Korea.

"Melalui masalah ini, kami dapat meninjau kembali standar kepedasan di setiap negara di dunia. Karena mi pedas Buldak adalah merek terkemuka ekspor makanan Korea, kami akan menawarkan produk yang lebih sistematis dan lebih aman di masa depan," kata perusahaan makanan itu dalam sebuah pernyataan.

Lini mi instan Buldak, terkadang disebut sebagai "mi api" karena rasa pedasnya yang ekstrem, dimulai dengan produk aslinya dengan harga 8.706 Scoville Heat Unit (SHU). Skala Scoville menunjukkan tingkat kepedasan dengan mengukur konsentrasi capsaicin. Buldak 2x Spicy Hot Chicken memiliki rating SHU sebesar 10 ribu, dan Buldak 3x Spicy Hot Chicken memiliki rating SHU sebesar 13 ribu.

Dalam laporan penilaian awal, badan pengawas makanan Denmark menemukan bahwa kadar total capsaicin dalam satu bungkus ketiga jenis mi Buldak sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada pada keripik Paqui Carolina Reaper. Itu merupakan keripik tortilla sangat pedas yang menyebabkan banyak kasus rawat inap di Jerman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini