Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran melanda kawasan Bukit Anak Dara di kaki Gunung Rinjani, di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu, 1 September 2024. Sampai Minggu siang, api masih menyala. Informasi itu diungkapkan Kasi Pelindungan pada Balai Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Rinjani Timur, Kabupaten Lombok Timur Lalu Iskandar di Mataram.
Ia mengatakan peristiwa kebakaran lahan tersebut mulai terjadi pada Sabtu malam, 31 Agustus 2024 dan api belum bisa padam sampai Minggu siang. Penyebab kebakaran masih belum bisa dipastikan dan pihaknya masih melakukan upaya agar api tidak meluas.
Baca Juga
"Kami sedang mengawasi titik api, supaya tidak meluas," terangnya, dilansir dari Antara. Ia menambahkan, dengan peristiwa kebakaran tersebut, pihaknya telah mengimbau para pendaki gunung untuk langsung turun menuju areal basecamp registrasi, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Advertisement
"Awalnya, api tersebut kecil, namun lama kelamaan menjadi besar dan menyebar sampai dengan jalur pendakian di kawasan Bukit Anak Dara," jelas Riki salah satu pendaki Bukit Anak Dara.*
Informasi kebakaran tersebut juga dibagikan di akun Instagram @bukitanakdara. "Proses pengevakuasian para pengunjung gunung anak dara,Allhamdullilah semua pengunjung berhasil di evakuasi Jadi untuk sementara ditutup sampai apinya padam,” tulis unggahan akun tersebut pada Minggu.
Bukan kali ini saja, pada Juni lalu, kebakaran hutan melanda kawasan Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dilaporkan telah menurunkan petugas untuk mengecek dan memadamkan titik api pada Senin pagi, 17 Juni 2024.
Titik Api Diduda dari Danau Segara Anak
Melansir Antara, Selasa, 18 Juni 2024, Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNGR Budi Soesmardi mengatakan, kebakaran itu terjadi pada Minggu sore, 16 Juni 2024, waktu setempat. Titik api diduga berasal dari Danau Segara Anak, sementara penyebab kebakaran belum bisa dipastikan."Lokasi diperkirakan di jalur pendakian Aik Berik Lombok Tengah," katanya.
Berdasarkan monitoring dan prediksi curah hujan dasarian, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), delapan daerah di NTB berpotensi mengalami kekeringan meteorologis. Itu merupakan dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Anggitya Pratiwi mengatakan, potensi daerah level siaga kekeringan terjadi di Kabupaten Dompu (Kecamatan Kempo, Kilo, Pajo) dan Kabupaten Bima (Kecamatan Belo, Donggo, Lambitu Palibelo, Wawo, Wera).
Kemudian, Kota Bima (Kecamatan Raba, Rasanae Timur), Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Lembar), Lombok Timur (Kecamatan Sambelia), Kabupaten Lombok Utara (Kecamatan Bayan), Sumbawa (Kecamatan Labuhan Badas, Lape, Moyohilir, Sumbawa, Unter Iwes), serta Kabupaten Sumbawa Barat di Kecamatan Jereweh.
Memasuki musim kemarau, warga NTB diimbau menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
Advertisement
Sistem Penjualan Tiket Masuk
Bulan lalu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Lombok, Nusa Tenggara Barat, dikabarkan bakal menerapkan penjualan tiket destinasi wisata non-pendakian secara online atau melalui aplikasi eRinjani. Perubahan sistem transaksi itu bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang datang berkunjung.
"Dalam penerapan aplikasi eRinjani non-pendakian akan dilakukan uji coba terlebih dahulu selama tiga bulan terhitung sejak Agustus hingga Oktober 2024," kata Kepala Balai TNGR Lombok, NTB Yarman di Mataram, Senin, 19 Agustus 2024, dikutip dari Antara.
Ia mengatakan, sebelumnya hanya para pendaki yang diwajibkan untuk memesan tiket masuknya secara online melalui aplikasi e-Rinjani. Kini, pemesanan tiket untuk destinasi wisata non-pendakian juga akan dilakukan secara online. Sistem pemesanan online untuk sejumlah spot destinasi wisata di Gunung Rinjani itu akan berlaku secara bertahap.
"Saat ini hanya destinasi wisata non-pendakian air terjun Jeruk Manis Resort Timbanuh, SPTN Wilayah II Taman Nasional Gunung Rinjani yang diterapkan pada tahap uji coba ini," katanya. "Untuk wisatawan lokal atau nusantara harga tiket Rp15.000," ia menambahkan.
Unsur Keberlanjutan di Rinjani
Adapun destinasi wisata alam non-pendakian lainnya di kawasan TNGR di antaranya Air Terjun Tiu Ngumbak di wilayah kerja Resort Santong, Otak Kokok Joben (Joben Eco Park), Telaga Biru, Gunung Kukus, Air Terjun Mayung Polak, Sebau, Savana Propok, dan Air Terjun Mangku Sakti.
Gunung Rinjani merupakan salah satu wilayah konservasi yang pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi harus mengedepankan unsur keberlanjutan lingkungan. Menteri LHK Siti Nurbaya sempat menjadi Inspektur Upacara Peringatan HUT ke-79 RI di Sembalun, salah satu lokasi konservasi terindah di Taman Nasional Gunung Rinjani.
Akhir tahun lalu, kebakaran lahan sudah dilaporkan dari kaki Gunung Rinjani, Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Berdasarkan keterangan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima Lifestyle Liputan6.com, 3 November 2023, titik api terpantau sejak 2 November 2023, pukul 07.30 WITA.
Kebakaran itu telah menghanguskan 95 hektare Hutan Gomongan. Pemadaman diupayakan menggunakan air yang bersumber dari pemerintah desa. Upaya pengendalian dilakukan dengan cara membuat ilaran di sekitar lokasi kaki gunung guna memperkecil kemungkinan meluasnya titik api.
Advertisement