Liputan6.com, Jakarta - Kematian paus beluga putih bernama Hvaldimir masih terus dibahas. Mamalia laut itu ditemukan mati mengambang oleh sepasang ayah dan anak yang sedang memancing di selatan Norwegia pada akhir pekan lalu, tepatnya pada Sabtu, 31 Agustus 2024, setelah sehari sebelumnya ia terlihat baik-baik saja.
Dua kelompok hak asasi hewan Norwegia pada Rabu, 4 September 2024, mengklaim Hvaldimir sengaja 'ditembak mati.' One Whale dan Noah menyerukan penyelidikan kriminal 'berdasarkan bukti kuat bahwa paus itu dibunuh dengan temuan luka tembak.' Mereka bahkan sudah membuat laporan ke Distrik Polisi Sandnes dan Otoritas Nasional Norwegia untuk Investigasi dan Penuntutan Kejahatan Ekonomi dan Lingkungan.
"Luka-luka pada paus itu merupakan peringatan, itu mengejutkan... Sangat krusial untuk polisi dilibatkan dengan cepat. Semua fakta wajib diungkap terkait kematiannya," kata Siri Martinsen, dokter hewan sekaligus pimpinan NOAH, dikutip dari keterangan di unggahan Instagram @onewhaleorg, kemarin.
Advertisement
Unggahan itu menyertakan sejumlah foto penampakan tubuh penuh luka yang diklaim sebagai Hvaldimir. Salah satunya menunjukkan lubang seperti luka tembak pada tubuh hewan tersebut. Mereka menyesalkan ada pihak yang berusaha mengaburkan fakta tersebut, dalam hal ini adalah Marine Mind yang dipimpin Sebastian Strand, pihak yang mengumumkan kematian hewan itu pertama kali.
"Yang juga memprihatinkan adalah penyebaran informasi yang salah oleh pihak-pihak yang mengklaim memiliki otoritas ilmiah, yang menyatakan bahwa paus ini mungkin mati karena sebab alami atau bahwa burung laut dapat menyebabkan luka parah dalam beberapa jam setelah kematiannya. Pernyataan-pernyataan ini kurang memiliki kredibilitas ilmiah dan berisiko menyesatkan masyarakat. Integritas komunitas ilmiah dan media bergantung pada komunikasi yang akurat dan berbasis bukti," ucap ahli biologi kelautan Norwegia, Victoria Pyne Vinje.
Â
Respons Lembaga yang Umumkan Penemuan Jasad Hvaldimir
Mengutip CNN, Kamis (5/9/2024), Kepolisian Distrik Barat Daya mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima permintaan untuk menyelidiki kematian Hvaldimir, meskipun unit tersebut belum menentukan apakah mereka akan membuka penyelidikan resmi.
"Saya rasa kita belum pernah menghadapi kasus seperti ini sebelumnya," kata Inspektur Polisi Distrik Barat Daya Victor Fenne-jensen. Dia menambahkan, Hvaldimir adalah 'semacam selebriti'.
Namun, Marine Mind, organisasi nirlaba lain yang mengadvokasi perlindungan kehidupan laut, telah meminta masyarakat untuk 'menahan diri dari spekulasi' sampai Institut Kedokteran Hewan di negara tersebut menyelesaikan penyelidikannya. Mereka menyatakan tidak mungkin bisa segera menentukan penyebab kematian paus itu sejak ditemukan mati pada Sabtu lalu.Â
"Kami tidak ingin berkontribusi pada spekulasi publik, namun kami secara langsung membantu dengan apa yang bisa kami tawarkan kepada mereka yang bekerja untuk menentukan penyebab kematian Hvaldimir. Sampai penyebab kematian ditentukan oleh mereka yang bertanggung jawab atas penyelidikan, asumsi sementara tidak akan berguna selain untuk publisitas," respons tertulis lembaga itu yang diunggah di akun Instagram resmi mereka.
Â
Â
Advertisement
Coba Direlokasi ke Tempat Aman
Sebelum kematian Hvaldimir, OneWhale dan Noah berkolaborasi untuk memindahkannya ke area yang lebih alam di utara Norwegia. Mereka mengaku sudah mendapat izin dari Direktoran Perikanan Norwegia.
Pasalnya sebelum mati, Hvaldimir kerap ditemukan di dekat perairan padat penduduk di Norwegia. Salah satunya pada Mei 2023 yang memicu peringatan dari Direktur Direktorat Perikanan Norwegia Frank Bakke-Jensen yang memeringatkan warga pada Kamis, 25 Mei 2023, agar 'menghindari kontak' dengan Hvaldimir.
Bukan alasan menghindari spionase, melainkan larangan dibuat untuk 'keselamatan hewan tersebut,' meski dia 'jinak dan terbiasa berada di sekitar orang.' "Kami terutama mendorong orang-orang di kapal untuk menjaga jarak agar paus tidak terluka atau, dalam kasus terburuk, terbunuh oleh lalu lintas kapal," kata Bakke-Jensen.
Mamalia air itu dilaporkan 'menderita luka ringan, terutama akibat kontak dengan perahu.' "Risiko paus terluka karena kontak manusia menjadi jauh lebih besar," kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Mengutip laporan OneWhale.org pada Rabu, 24 Mei 2023, tubuh paus beluga terlihat sedikit lebih kurus dibanding biasanya. Kemungkinan itu disebabkan karena ia berenang terlalu jauh dan mendapat makanan lebih sedikit. Meski begitu, mamalia itu terlihat sehat.
Awal Mula Dugaan Jadi Mata-mata Rusia
Paus itu pertama kali ditemukan oleh nelayan Joar Hesten di wilayah timur laut Finnmark pada 2019 setelah mamalia itu mulai menggesekkan tubuhnya ke perahu. Saat itu, ahli biologi kelautan dan pakar lainnya mengatakan pada CNN bahwa makhluk itu jelas merupakan hewan terlatih dari Rusia karena salah satu klip pengikatnya bertuliskan "Peralatan St. Petersburg," memicu teori bahwa makhluk itu kemungkinan adalah mata-mata.
Angkatan Laut Rusia 'dikenal melatih beluga untuk melakukan operasi militer', kata Joergen Ree Wiig, ahli biologi kelautan di Direktorat Perikanan Norwegia, pada April 2019. Paus yang dilatih oleh militer Rusia, sambung dia, umumnya ditugaskan untuk 'menjaga pangkalan angkatan laut, membantu penyelam (dan) menemukan peralatan yang hilang,' tapi dapat digunakan untuk tujuan lain.
Tim Hvaldimir, sebutan para penjaga Hvaldimir, kemudian berusaha untuk mendapatkan izin legal agar bisa memindahkan hewan itu ke perairan Arctic yang lebih aman di utara. "Kami masih berkomunikasi dengan otoritas Norwegia dalam upaya mendapatkan izin ini dan telah menyusun tim ahli yang dapat menangani langkah ini," demikian keterangan yang diunggah pada Rabu, 24 Mei 2023, di akun Instagram @onewhaleorg.
Advertisement