Liputan6.com, Jakarta - Adalah Aysenur Ezgi Eygi, seorang aktivis Turki-Amerika yang ditembak dan dibunuh pasukan Israel saat ikut aksi damai di Tepi Barat, Jumat, 6 September 2024. Perempuan berusia 26 tahun itu melakukan perjalanan ke wilayah tersebut untuk mendukung perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel, menurut laporan Gerakan Solidaritas Internasional (ISM).
Anadolu Ajansı, dikutip dari situs webnya, Sabtu (7/9/2024), menghimpun informasi tentang sang aktivis dari akun media sosial dan sumber terbuka lain. Perempuan kelahiran Antalya, Turki ini mengambil jurusan ganda dalam bidang psikologi dan bahasa, serta budaya Timur Tengah di Universitas Washington, Seattle, Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Ia baru saja lulus pada Juni 2024, dan dikenal karena komitmennya terhadap aktivisme dan pengabdian pada masyarakat. Profil daring Eygi mencerminkan hasratnya untuk berdampak positif di berbagai bidang, mulai dari membimbing siswa hingga memberi dukungan rehabilitasi bagi anak-anak autis.
Advertisement
Ini sejalan dengan beragam pengalaman profesionalnya. "Saya memiliki dasar yang kuat dalam pendampingan, terapi perilaku, dan pemasaran, dengan komitmen mendalam terhadap layanan masyarakat," tulis Eygi saat mendeskripsikan dirinya di profil LinkedIn-nya.
"Pekerjaan sukarela saya telah memungkinkan saya berdampak baik secara lokal maupun internasional ... hingga menawarkan dukungan rehabilitasi di komunitas yang kekurangan sumber daya," tulisnya. "Saya terdorong oleh hasrat untuk memberi dampak positif."
Eygi bergabung dengan ISM, sebuah organisasi yang dipimpin Palestina yang mengadvokasi perlawanan tanpa kekerasan terhadap pendudukan Israel, sebagai pengamat sukarelawan. Pada Selasa, 3 September 2024, ia tiba di kota Beita, dekat Nablus di Tepi Barat, untuk berpartisipasi dalam aksi damai.
Kata Saksi Mata
Tiga hari kemudian, selama demonstrasi, Eygi jadi sasaran tembak dan dibunuh penembak jitu Israel yang berdiri di atap gedung di dekatnya, menurut laporan ISM. "Saya tidak tahu bagaimana cara mengatakan ini, tidak ada cara yang mudah," kata seorang relawan ISM yang meminta identitasnya dirahasiakan.
"Saya ingin mengatakan sesuatu yang berarti, tapi saya tidak bisa melakukannya saat saya menangis. Teman, kawan, dan rekan perjalanan saya ke Palestina baru saja ditembak di kepala dan dibunuh pasukan pendudukan Israel. Semoga ia beristirahat dengan tenang. Ia sekarang jadi salah satu dari banyak martir dalam perjuangan ini."
Lubna Alzaroo, mengenang temannya Eygi, yang juga dikenal sebagai Aysha, di Facebook. "Saya bangun pagi ini dan mendengar berita bahwa ia dibunuh di Beita, Nablus oleh tentara Israel saat berdiri untuk menunjukkan solidaritas dengan para petani Palestina," tulis Alzaroo bersama foto-foto Eygi. "Aysha adalah salah satu orang yang paling manis dan lembut yang pernah saya temui."
Para saksi mengatakan Eygi berdiri jauh dari area protes utama saat ia jadi sasaran tembak. Meski dilarikan ke rumah sakit Palestina, upaya medis untuk menyelamatkannya tidak berhasil.
Advertisement
Mengutuk Keras Pembunuhan Sang Aktivis
Palestina mengutuk keras pembunuhan Eygi oleh tentara Israel, menurut pernyataan terpisah kelompok-kelompok Palestina pada Jumat, Anadolu Agency melaporkan, dirangkum Middle East Monitor. "Kejahatan lain menambah rangkaian kejahatan yang dilakukan setiap hari oleh pasukan pendudukan, yang mengharuskan para pelakunya dimintai pertanggungjawaban di pengadilan internasional," kata Hussein Al-Sheikh, sekretaris Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dalam sebuah pernyataan di akun X-nya.
Hamas, pada bagiannya, menggambarkan pembunuhan tersebut sebagai "kejahatan keji." Kelompok itu menyebutnya sebagai "perpanjangan dari kejahatan pendudukan yang disengaja terhadap aktivis solidaritas asing." "Kami menyerukan pada pemerintah AS untuk meninjau kembali kebijakannya yang bias dan mendukung kejahatan dan pembantaian pendudukan (Israel) terhadap rakyat Palestina," kata Hamas.
Front Rakyat Palestina untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dalam sebuah pernyataan juga mengutuk pembunuhan Eygi oleh pasukan Israel. Pihaknya mengatakan, pembunuhan itu "mengingatkan kita pada serangkaian kejahatan panjang yang dilakukan tentara Israel terhadap aktivis solidaritas internasional."
Â
Protes Menentang Pemukiman Ilegal di Tepi Barat
Direktur Rumah Sakit Rafidia, Fouad Nafaa, mengatakan pada Anadolu Eygi tiba di rumah sakit dengan luka tembak di kepala. Saksi mata melaporkan bahwa tentara Israel melepaskan tembakan langsung ke sekelompok warga Palestina yang berpartisipasi dalam demonstrasi yang mengutuk permukiman ilegal di Gunung Sbeih di Beita, selatan Nablus.
Kantor berita resmi Palestina, Wafa, mengonfirmasi bahwa korban adalah warga negara Amerika dan relawan kampanye Fazaa, sebuah inisiatif yang bertujuan mendukung dan melindungi petani Palestina dari pelanggaran yang terus berlanjut oleh pemukim ilegal dan tentara Israel.
Warga Beita mengadakan protes mingguan setelah salat Jumat untuk menentang pemukiman ilegal Israel di Avitar, yang didirikan di puncak Gunung Sbeih. Masyarakat menuntut pemindahan pemukiman ilegal tersebut, yang mereka anggap sebagai pelanggaran hak atas tanah mereka.
Ketegangan meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki saat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.900 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Setidaknya 691 orang telah tewas dan lebih dari 5.700 orang terluka oleh tembakan Israel di Tepi Barat sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan setempat.
Advertisement