Sukses

Pangeran Hisahito Jadi Anggota Kekaisaran Jepang Pria Pertama yang Capai Usia 18 dalam 40 Tahun Terakhir

Pangeran Hisahito, yang kelak akan menjadi kaisar, adalah keponakan Kaisar Jepang Naruhito. Ayahnya, Putra Mahkota Akishino, adalah laki-laki terakhir yang mencapai usia dewasa dalam keluarga tersebut, pada 1985.

Liputan6.com, Jakarta - Keluarga kerajaan atau kekaisaran Jepang mengalami sejarah besar saat Pangeran Hisahito genap berusia 18 tahun pada Jumat, 6 September 20249). Dia menjadi anggota keluarga kerajaan laki-laki pertama yang mencapai usia dewasa dalam hampir empat dekade atau hampir selama 40 tahun.

Ini merupakan perkembangan signifikan bagi keluarga yang telah memerintah selama lebih dari satu milenium tetapi menghadapi masalah eksistensial yang sama seperti banyak negara — populasi yang menua dengan cepat dan menyusut.

Dilansir dari New York Post, Sabtu, 7 September 2024, Hisahito, yang kelak akan menjadi kaisar, adalah keponakan Kaisar Jepang Naruhito. Ayahnya, Putra Mahkota Akishino, adalah laki-laki terakhir yang mencapai usia dewasa dalam keluarga tersebut, pada 1985.

Hisahito adalah yang termuda dari 17 anggota keluarga kekaisaran yang semuanya dewasa, yang saat ini hanya memiliki empat pria. Statusnya sebagai pewaris terakhir menimbulkan masalah besar bagi sistem yang tidak memperbolehkan permaisuri menjadi pimpinan tertinggi.

Pemerintah sedang memperdebatkan cara menjaga suksesi tetap stabil tanpa bergantung pada perempuan. Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran 1947, yang sebagian besar mempertahankan nilai-nilai keluarga yang konservatif, hanya mengizinkan seorang laki-laki untuk naik takhta dan memaksa anggota kerajaan perempuan yang menikah dengan rakyat jelata untuk kehilangan status kerajaan mereka.

Sepupunya yang lebih tua, Putri Aiko, anak tunggal Naruhito dan istrinya Masako, seorang mantan diplomat lulusan Harvard, adalah favorit masyarakat umum sebagai calon permaisuri. Namun, undang-undang yang ada melarang Masako untuk mengambil alih peran tersebut meskipun ia berasal dari garis keturunan langsung.

Bagan suksesi bisa membingungkan: Naruhito adalah kaisar. Saudaranya, Akishino, berada di urutan kedua. Hisahito, putra Akishino, berada di urutan berikutnya. Usulan sebelumnya untuk mengizinkan seorang permaisuri setelah kelahiran Aiko ditangguhkan segera setelah Hisahito lahir pada 2006.

 

2 dari 4 halaman

Mencegah Penurunan Populasi

"Saat ini saya ingin menghargai waktu saya yang tersisa di sekolah menengah," kata Hisahito dalam sebuah pernyataan. Dia telah lama tertarik pada serangga dan bahkan ikut menulis makalah akademis tentang survei capung di tanah miliknya di Akasaka, Tokyo, kata pernyataan itu.

Panel ahli yang sebagian besar konservatif yang ditugaskan pemerintah pada Januari 2022 merekomendasikan agar pemerintah mengusulkan agar anggota perempuan tetap berstatus kerajaan setelah menikah sebagai cara untuk mencegah penurunan populasi dalam keluarga kekaisaran, sambil mengadopsi keturunan laki-laki dari keluarga kerajaan yang sekarang sudah tidak ada untuk melanjutkan garis keturunan laki-laki dengan kerabat jauh.

Para kritikus mengatakan tindakan tersebut akan punya efek terbatas selama suksesi khusus laki-laki dipertahankan karena hal itu bisa dilaksanakan sebagian besar dengan bantuan selir di era pra-modern. Dalam poling yang digelar Kyodo News pada April 2024, total 90 persen responden menyatakan bahwa mereka mendukung ide permaisuri berkuasa di Kekaisaran Jepang.

Dalam survei tersebut, 72 persen responden mengatakan mereka merasakan 'perasaan krisis' mengenai stabilitas suksesi kekaisaran. Mengutip Japan Today, Senin, 29 April 2024, hasil survei melalui pos yang dilakukan pada Maret dan April menjelang ulang tahun kelima naik takhta Kaisar Naruhito, menunjukkan betapa mayoritas masyarakat menyetujui perluasan hak memerintah bagi perempuan.

3 dari 4 halaman

Kaisar Naruhito Hanya Punya Tiga Pewaris

Diketahui bahwa Kaisar Naruhito hanya memiliki tiga pewaris, yakni saudara laki-lakinya, Putra Mahkota Fumihito (58), keponakannya Pangeran Hisahito (17), dan pamannya Pangeran Hitachi (88). Kaisar dan Permaisuri Masako hanya memiliki satu anak perempuan berusia 22 tahun, Putri Aiko.

Pada 2021, sebuah panel pemerintah yang bertugas mempelajari cara-cara untuk memastikan suksesi kekaisaran yang stabil membatalkan keputusan apakah akan menjadikan perempuan atau anggota matrilineal memenuhi syarat untuk naik takhta. Sebanyak 52 persen responden menyatakan setuju dengan penundaan tersebut, sedangkan 46 persen menyatakan tidak setuju.

Mengenai diskusi tentang suksesi, 35 persen mengatakan pembicaraan harus dimulai sesegera mungkin. Sebanyak 26 persen lainnya mengatakan masalah ini harus dipertimbangkan secara hati-hati di masa depan, dan 19 persen percaya hal ini harus dilakukan sambil memantau situasi di sekitar Pangeran Hisahito.

Survei juga menyatakan bahwa 84 persen mendukung atau agak mendukung gagasan kaisar yang berasal dari garis keturunan ibu. Jepang diketahui pernah diperintah delapan permaisuri dari garis patrilineal, dengan kaisar perempuan terakhir menduduki takhta pada abad ke-18. Tapi, tidak pernah ada satu pun kaisar dari garis matrilineal di antara 126 kaisar dalam sejarah Jepang.

4 dari 4 halaman

Masalah Suksesi Kekaisaran

Survei juga mencari tahu pendapat publik soal memasukkan anggota laki-laki dari bekas keluarga kekaisaran yang dicabut keanggotaannya setelah Perang Dunia II. Hasilnya, sebanyak 74 persen menentang atau agak menentang gagasan yang dilontarkan sebagai sarana untuk mempertahankan suksesi oleh laki-laki di keluarga kekaisaran dari garis ayah.

Pemerintah sudah membentuk panel penasihat untuk meminta pendapat para ahli selama bertahun-tahun mengenai masalah suksesi kekaisaran. Namun, pembicaraan mengenai kaisar perempuan terhenti meskipun mendapat persetujuan publik secara luas karena pemerintah dan masyarakat Jepang berpusat pada laki-laki, menurut mantan Hakim Agung Itsuo Sonobe, yang memimpin panel di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi.

Separuh responden yang mendukung gagasan permaisuri menyatakan bahwa perbedaan gender tidak penting dalam peran tersebut. Terlebih, banyak monarki menunjukkan perempuan bisa memegang takhta dalam waktu panjang, seperti mendiang Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Ratu Margrethe II dari Denmark yang turun takhta Januari 2024.

Sementara itu, alasan paling umum penolakan terhadap gagasan tersebut, yang dikemukakan oleh 45 persen responden yang menentang konsep tersebut, adalah keyakinan bahwa suksesi laki-laki sesuai dengan budaya. Survei tersebut menunjukkan 67 persen responden agak atau sangat tertarik pada keluarga kekaisaran, turun 8 poin persentase dari survei sebelumnya pada 2020.

 

Video Terkini