Sukses

Aksi Bela Palestina Dian Pelangi di Panggung Fashion Show IN2MF Paris, Ikat Keffiyeh di Pergelangan Tangan

Dian Pelangi mengaku sempat ragu membawa keffiyeh ke panggung fashion show IN2MF Paris untuk menunjukkan dukungannya terhadap Palestina.

Liputan6.com, Jakarta - Lama tak terdengar kabarnya, desainer Dian Pelangi terlihat kembali aktif di dunia fesyen. Ia berturut-turut terlibat dalam dua peragaan busana penting di luar negeri bersama sejumlah desainer Indonesia lainnya. Yang terbaru adalah tampil di panggung fashion show INM2F Paris, Prancis, pada Sabtu, 7 September 2024.

Panggung yang berlokasi di Salle Wagram itu dimanfaatkannya untuk membela Palestina. Mengenakan busana serba hitam dengan sentuhan batik sagon pada outer beresleting, Dian mengikat pergelangan tangannya dengan keffiyeh yang menjadi salah satu simbol perjuangan rakyat Palestina yang terus diserang militer Israel secara tak beradab.

Lewat unggahan di Instagram miliknya pada 10 September 2024, Dian mengaku sempat ragu menunjukkan dukungannya secara terang-terangan pada Palestina. "Yakin mau pakai keffiyeh saat fashion show nanti? Sementara hijab yang aku kenakan saja masih menjadi kontroversi di negara ini. Ini Perancis, bukan Indonesia...," tulisnya.

Ia pun merenung kembali. Dalam pikirannya, ia membandingkan dukungan yang diberikannya dengan mereka yang dipukuli, dipenjara, hingga membakar diri untuk membela Palestina atas nama kemanusiaan.

"At the end of the day, I learned that “Courage is not being “fearless”. Courage is shaking at my knees, choking on my words, heart gripped by uncertainty, but still stepping forward because I Am Standing On The Right Side of History," sambung Dian saat meyakinkan diri untuk terus maju.

Ia juga mengatakan bahwa saat seseorang berani bersikap, akan memberdayakan yang lain untuk bersikap yang sama. "Tetaplah bersama Palestina‏ bagaimanapun caranya, selalu," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Koleksi yang Dibawa Dian ke Paris

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Kamis (12/9/2024), Dian Pelangi membawa koleksi bertema 'Street Style Parisian' di panggung IN2MF Paris. Itu merupakan perpaduan gaya kasual modern dengan sentuhan budaya tradisional melalui penggunaan wastra tenun limar khas Palembang.

Koleksi tersebut menampilkan detail yang dihasilkan lewat teknik tenun dan bordir yang unik untuk menghasilkan tampilan yang elegan dan memikat. Penggunaan bahan jeans memberikan nuansa kasual yang menjadi ciri khas koleksi ini. Koleksi ini juga dilengkapi dengan aksesori topi dan hijab yang di-styling secara khusus untuk menciptakan tampilan yang unik dan modis.

Lewat koleksi tersebut, desainer berdarah Palembang itu mengusung prinsip sustainable development goals (SDG), khususnya zero waste, dengan memanfaatkan kain perca sisa produksi menjadi embellishment berbentuk bunga-bunga. Kehadirannya di ajang itu diharapkan semakin memperkuat posisi brand ini sebagai pelopor modest fashion yang menggabungkan tradisi dan modernitas, sekaligus mendukung keberlanjutan dalam industri fashion.

3 dari 4 halaman

Alasan IN2MF Juga Digelar di Paris

IN2MF Paris merupakan rangkaian menuju puncak IN2MF pada 30 Oktober--3 November 2024 di Jakarta, bersamaan dengan gelaran akbar Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang ke-11 pada 2024. Pada tahun ini, IN2MF telah dilaksanakan di beberapa kota dunia, yaitu Kuala Lumpur, Dubai, dan Istanbul.

Dian Pelangi hadir sebagai desainer tamu dari Indonesia, bersama dengan Dalinda dari Paris. Tak hanya itu, lima desainer dan jenama terpilih hasil kurasi dari program Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA) juga menampilkan koleksi Spring-Summer 2025 dengan menggunakan wastra Indonesia, yaitu Batik Chic by Novita Yunus, Yece by Yeti Topiah, Luvnic by Luffi, Brilianto, dan Jamilah x Prafito by Tujuh Bersaudara.

Dama Kara juga hadir sebagai jenama binaan Kemenkop UKM. Sementara, Itang Yunasz dan Wignyo hadir sebagai perwakilan desainer nasional sekaligus Dewan IKRA yang berpartisipasi.

IN2MF dihadirkan di Paris untuk memperkenalkan kekayaan tekstil Indonesia dengan kreativitas desain modest fashion yang inovatif dan berkelanjutan serta memperlihatkan perkembangan terkini industri modest fashion dan gaya hidup halal Indonesia ke pasar internasional, khususnya Eropa yang menjadi standar produk fashion berkualitas tinggi dan tujuan buyers internasional dari berbagai negara di Timur Tengah, Afrika, dan Asia. IN2MF in Paris ditargetkan mengakselerasi ekspor produk modest fashion Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri modest fashion global.

4 dari 4 halaman

Sejarah Keffiyeh Sebagai Simbol Perlawanan

Keffiyeh atau kufiya scarf makin lekat dengan Palestina meski barang tersebut juga banyak dipakai mereka yang tinggal di Timur Tengah. Biasa dililitkan pada leher atau menutup kepala, scarf ini mudah dikenali dengan motif kotak-kotak warna hitam dan putih. Lalu, apa sebenarnya keffiyeh dan bagaimana perannya dalam kehidupan sosial warga Palestina?

Melansir laman Handmade Palestine dan berbagai sumber lainnya, Rabu, 1 November 2023, keffiyeh berasal dari bangsa Sumeria dan Babilonia di Mesopotamia. Keffiyeh juga disebut sebagai syal, shemagh, syal arab, hatta palestinian, yamegh, dan igal. Nabi Muhammad SAW biasa memakai kain itu juga.

Pemakaiannya punya makna dan kegunaan berbeda dari waktu ke waktu. Artinya juga tergantung pada lokasi dan budaya setempat. Makna simbolis, warna, dan corak keffiyeh pun bervariasi, tidak hanya antar-negara, namun juga daerah.

Keffiyeh sebagai penutup kepala awalnya diadopsi oleh petani untuk melindungi diri dari matahari, pasir, juga berguna sebagai penyeka keringat. Pada musim dingin, keffiyeh digunakan untuk melindungi dari hujan dan cuaca dingin.

Sampai 1930an, tepatnya saat munculnya Mandat Britania untuk Palestina (British Mandate), kufiya atau keffiyeh beralih fungsi. Fashion item ini menjadi identitas bangsa karena dikenakan oleh para pemberontak yang berusaha melawan British Mandate. 

Pelarangan kufiya justru membuat rakyat Palestina semakin banyak yang memakainya sehingga sulit bagi orang Britania untuk mengetahui mana yang pemberontak. Peristiwa ini mengubah keffiyeh jadi simbol perlawanan di Palestina, yang berlanjut sampai hari ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.