Sukses

Remaja Putri Jangan Asal Diet, Bisa Malnutrisi Saat Hamil dan Anak Berpotensi Stunting

Presiden Perhimpunan Nutrisi Indonesia, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi pada calon ibu sebelum hamil yaitu para remaja putri.

Liputan6.com, Jakarta - Malnutrisi pada anak merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan upaya bersama, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan anak. Saat ini, malnutrisi menjadi salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan ibu hamil.

Terlihat dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen. Di samping itu, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) kasus malnutrisi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara.

Presiden Indonesian Nutrition Association (INA) atau Perhimpunan Nutrisi Indonesia, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) pun menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi. Selain itu penting juga kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia memahami dan dapat menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.

Dengan itu kesadaran masyarakat tentang malnutrisi dapat meningkat secara lebih luas, sehingga tercipta generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan. Salah satu hal yang ia soroti adalah tentang diet atau pengaturan pola makan dengan tujuan untuk menurunkan berat badan yang kerap terjadi pada remaja putri atau perempuan di awal usia 20 tahunan.

"Metode diet ini yang juga akan berkontribusi kurang gizi pada saat hamil," beber Dr. dr. Luciana saat diskusi dalam acara Pekan Sadar Nutrisi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 17 September 2024. 

 

2 dari 4 halaman

Diet Harus Mengikuti Pola Makan Gizi Seimbang

Dr. dr Lusiana juga mengungkap sering kali pasien bertanya pada dokter tentang jenis diet tertentu, namun tak bisa menjawab dengan pasti apakah diet tersebut aman karena memang asal-usul diet bukan dari kalangan akademisi. Menurutnya, jika dirasa harus diet, maka perlu mengukur dulu berat ideal berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMB).

"Diet yang sehat itu gizi seimbang dengan anjuran makan teratur tiga kali beserta selingan. Ini juga untuk mengatasi gerd karena ada jeda perut kosong. Ikuti berdasarkan pedoman gizi seimbang 2014 dengan takaran sepertiga makanan pokok (karbohidrat), seperenam lauk pauk, sepertiga sayuran, dan seperenam porsi buah," paparnya.

Selain itu penurunan berat badan tidak boleh langsung drastis dan normalnya adalah 0,5 sampai 1 kg saja per minggu. "Jadi kalau turun sangat drastis dikhawatirkan otot tubuhnya yang hilang," katanya sambil mengatakan jika berat badan terlalu cepat turun, maka akan ada rasa ingin makan lebih banyak sehingga beratnya justru makin naik.

3 dari 4 halaman

Malnutrisi Berdampak pada Konsekuensi Ekonomi Negara

Riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menyebutkan bahwa 21 juta masyarakat atau setara tujuh persen dari total populasi penduduk Indonesia kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal. Kondisi malnutrisi jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi. 

"Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi," tegas Dr. dr. Luciana.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu pelopor pendidikan kesehatan di Indonesia turut menyumbangkan perspektifnya dari sisi akademisi terkait pencegahan serta penanganan malnutrisi di Indonesia. Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB memaparkan bahwa malnutrisi bukan hanya kekurangan gizi.

Ia mengatakan, pengertian Malnutrisi menurut WHO adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologi pada orang yang mengalami malnutrisi.

"Malnutrisi sering kali terjadi underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian." jelas Prof. Ari.

4 dari 4 halaman

Target Generasi Emas 2045

Sesuai dengan target pemerintah dalam menuju Indonesia Emas 2045, dibutuhkan kesadaran dalam mengentaskan malnutrisi dalam mempersiapkan "Generasi Emas" yang sehat, berkualitas dan berdaya saing. Upaya ini perlu keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, tenaga kesehatan, serta masyarakat umum, guna bersama-sama menggalakkan edukasi dan intervensi gizi. 

"Pencegahan malnutrisi merupakan langkah krusial untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak, serta menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan," ungkap Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH di kesempatan yang sama.

Ia pun menyebutkan salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Health Belief Model (HBM), yang merupakan kerangka psikologi untuk memahami bagaimana keyakinan seseorang terhadap kesehatan mempengaruhi keputusan mereka dalam mengambil tindakan pencegahan.

"Dengan HBM, kita bisa lebih efektif meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko malnutrisi dan dampak serius yang ditimbulkan. HBM juga membantu kita memahami manfaat dari tindakan pencegahan, meskipun ada tantangan seperti akses terhadap makanan bergizi," papar dr. Ray. 

Â