Liputan6.com, Jakarta - Tak ada kata terlambat untuk berolahraga. Seorang nenek dari Tianjin, Tiongkok, telah membuktikannya.Â
Dikenal dengan sebutan Nenek Bai, wanita berusia 79 tahun ini jadi viral di media sosial China karena rutinitas olahraganya yang intens. Mengutip AsiaOne, Jumat (20/9/2024), ia berolahraga lima hari seminggu dari Senin hingga Jumat, menurut media China Xiaoxiang Morning News.
Baca Juga
"Setiap kelas kebugaran berlangsung selama satu jam, tapi saya perlu melakukan pemanasan satu hingga satu setengah jam sebelumnya. Jika tidak, saya tidak dapat mengikuti kemajuan pelatih saya," ungkapnya pada outlet tersebut.
Advertisement
Beberapa jenis latihan olahraga yang ia lakukan adalah angkat beban dan pilates. Ketika berbicara tentang program kebugaran intensitas tinggi yang dijalani, Nenek Bai dengan percaya diri berkata, "Tidak ada tekanan dan mudah dilakukan."
Diceritakan bahwa Nenek Bai tidak seaktif ini sebelumnya. Ia baru mulai setelah berusia 60 tahun, seraya menambahkan bahwa ia telah berolahraga selama 19 tahun. Di awal hidupnya, ia bekerja di industri keuangan dan begitu fokus pada kariernya hingga mengabaikan kesehatannya.
Karena itu, ia harus menjalani tiga kali operasi. Sekarang, berkat perubahan besar dalam gaya hidupnya, ia bahkan tidak perlu bergantung pada obat-obatan.
Tujuan utamanya untuk tetap bugar bukanlah tampil menarik, tapi merawat diri sendiri. "Saya berolahraga untuk tetap sehat, bukan \memiliki otot besar," ungkapnya pada media Tiongkok.Â
Olahraga karena Ingin Sehat
"Saya pikir alasan orang tua menua adalah karena mereka kehilangan otot dengan cepat," sambungnya lagi. Nenek Bai mengungkap dalam wawancara bahwa rutinitas olahraganya yang sering dan konsisten telah membantunya meningkatkan massa otot dan menghilangkan lemak tubuh.
"Lemak tubuh saya berkurang, terutama lemak visceral. (Orang yang berolahraga) tahu bahwa lemak visceral sulit dihilangkan," jelasnya. Kesulitan untuk tetap menjalankan program kebugaran? Nenek Bai dengan bijak berkata, "Kebugaran efektif karena kegigihan."
Di bagian komentar video viral Nenek Bai di Weibo, warganet memuji usaha dan bentuk tubuhnya. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Nenek Bai mungkin lebih sehat daripada mereka. "Luar biasa," kata seorang warganet di situs Weibo. Warganet lain berkata," Tidak buruk, tidak buruk."
Tapi ternyata bukan hanya olahraga, menonton tayangan olahraga juga baik untuk para lanjut usia (lansia). Mengutip kanal Health Liputan6.com, 10 September 2021, liga-liga sepakbola, turnamen bulu tangkis, olimpiade, dan olahraga lain ternyata memiliki dampak positif bagi mereka.
Advertisement
Menonton Pertandingan Olahraga Kurangi Depresi
Hal ini dibuktikan sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Tsukuba dan lembaga lainnya yang tergabung dalam Studi Evaluasi Gerontologis Jepang (JAGES).
Studi menemukan bahwa menonton tayangan olahraga dapat mengurangi risiko depresi pada lansia, terlepas dari apakah mereka berolahraga atau tidak. Studi itu mengungkapkan, semakin sering kalangan lanjut usia menonton tayangan olahraga, semakin baik hasilnya.
"Menonton olahraga adalah kesempatan untuk merasa bersemangat dengan cara yang santai," kata Taishi Tsuji, asisten profesor ilmu olahraga di Universitas Tsukuba, mengutip Geriatri.id.
Pada 2019, para peneliti mengirim kuesioner kepada orang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di 60 kota besar, kecil dan desa di seluruh Jepang. Ini dilakukan untuk menganalisis tanggapan dari sekitar 21.000 orang. Para peserta ditanya apakah mereka menonton olahraga profesional, klub olahraga lokal, atletik, dan kejuaraan bisbol sekolah menengah nasional.
Kemudian, tingkat depresi mereka diukur melalui 15 pertanyaan yang dikembangkan khusus untuk orang tua. Pertanyaan itu termasuk apakah mereka puas dengan kehidupan sehari-hari mereka dan apakah mereka merasa putus asa.
Efeknya Semakin Baik Jika Menonton Pertandingan Olahraga
Dibandingkan dengan responden yang tidak menonton olahraga apa pun, mereka yang menonton pertandingan beberapa kali dalam setahun memiliki kemungkinan 0,70 kali lebih kecil untuk mengalami gejala depresi. Mereka yang menonton satu hingga tiga kali sebulan memiliki kemungkinan 0,66 kali lebih kecil.
Tidak ada perbedaan yang signifikan bagi mereka yang menonton olahraga minimal seminggu sekali. "Mungkin saja sebagian orang yang mengunjungi lokasi (untuk menonton olahraga) minimal seminggu sekali melakukannya karena kewajiban atau karena ada masalah hubungan dengan anggota keluarga, bukan karena kesenangan semata," ungkap para peneliti.
Risiko terus menurun seiring meningkatnya frekuensi menonton olahraga di TV atau online. Mereka yang menonton olahraga beberapa kali dalam setahun memiliki kemungkinan 0,86 kali lebih kecil untuk mengalami gejala depresi.
Sementara mereka yang menonton satu sampai tiga kali sebulan memiliki kemungkinan 0,79 kali lebih kecil. Pemirsa yang menonton sekali atau lebih dalam seminggu memiliki kemungkinan 0,71 kali lebih kecil. Tim juga bertanya kepada peserta tentang keterikatan dan kepercayaan mereka pada lingkungan mereka, serta seberapa sering mereka bertemu dengan teman dan berapa banyak yang akan mereka temui.
Advertisement