Sukses

Cermat dalam Menilai Klaim Produk Skincare, Jangan Cuma FOMO

Produk perawatan kecantikan berbasis sains tidak akan tercipta dalam semalam. L'Oreal, misalnya, yang mengaku menghabiskan waktu hampir dua dekade untuk menemukan molekul Melasyl.

Liputan6.com, Jakarta - Ada saja produk perawatan kecantikan, termasuk skincare, yang diperkenalkan setiap harinya. Pergantian paparan informasi produk yang begitu cepat mungkin membuat Anda tidak semata tergelitik mencoba, namun dilanda fear of missing out alias FOMO.

Dengan berbagai klaim, Anda seharusnya malah lebih cermat dalam memfilter produk skincare yang akan dipakai. Terlebih, menurut Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability PT L'Oreal Indonesia, Melanie Masriel, produk perawatan kecantikan berbasis sains "tidak akan tercipta dalam semalam."

"Komunikasi yang tepat tentang produk dan (menjelaskan) penelitian di baliknya itu sangat penting bagi kami," katanya saat media gathering di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 19 September 2024. "Trennya sebenarnya ke arah sana (konsumen memilih produk kecantikan yang disokong bukti sains), tapi saat ini, konsumen masih lebih percaya ulasan teman daripada review dari ahli."

"Jadi ini semua tentang tren, ini semua tentang mengedukasi konsumen untuk lebih cermat melihat, apakah klaim (produk skincare) sesuai dengan apa yang dijanjikan," imbuhnya. "Produk kami selalu di-back up evaluasi klinis yang memastikan pelanggan tidak hanya mendapat produk berkualitas terbaik, namun efikasinya bisa dipertanggungjawabkan."

Melanie menggarisbawahi pentingnya transparansi dan inovasi berbasis bukti ilmiah untuk memenuhi ekspektasi para beauty enthusiast. Hal ini juga didukung maraknya konten edukasi di media sosial yang telah mengubah cara konsumen memahami rangkaian produk perawatan kulit.  

2 dari 4 halaman

Melasyl dan Penelitian Hampir 20 Tahun

Melanie berkata, "Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan literasi konsumen, L'Oreal secara konsisten menghadirkan inovasi kecantikan berbasis sains. Sebab, kami percaya bahwa kecantikan dan sains dapat berjalan beriringan, memberi kontribusi nyata dalam menciptakan masa depan yang lebih sehat."

Sebagai contoh, pihaknya mengungkap kisah terciptanya Melasyl, molekul yang dipatenkan untuk mengatasi gangguan hiperpigmentasi. Head of Research and Innovation (R&I) Indonesia, Akash Thiwari, berbagi bahwa hero ingredient itu diperkenalkan setelah melalui penelitian hampir 20 tahun.

"Dalam hal penelitian dan inovasi, pendekatan L'Oreal selalu tentang memahami kebutuhan konsumen, keseluruhan konteks (perawatan) kecantikan, sebelum mencari solusi terbaik," ujar dia di kesempatan yang sama. "Saat ini, dunia kita dihadapkan dengan berbagai masalah kesehatan kulit global."

"Faktanya, lebih dari dua miliar orang di seluruh dunia mengalami masalah kulit karena faktor internal dan eksternal, seperti polusi, stres, dan (paparan) sinar matahari. Jadi, ada beberapa faktor yang memengaruhi (kesehatan kulit) setiap harinya. Dari situ, dapat dipahami bahwa ada kebutuhan (perawatan kulit) yang beragam."

3 dari 4 halaman

Masalah Kulit Orang Indonesia

Beberapa tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia, yang hidup di iklim tropis, berakar pada paparan sinar UV, seperti penggelapan warna kulit dan masalah fotoproteksi hingga pigmentasi. Studi  menunjukkan bahwa satu dari dua orang di seluruh dunia khawatir terhadap gangguan pigmentasi.

Bahkan, angka tersebut meningkat di antara konsumen Indonesia, di mana 73 persennya mengaku khawatir dengan kemungkinan gangguan pigmentasi, menurut penelitian La Roche Posay tahun 2023. Ini dijawab melalui Melasyl, yang diklaim sebagai "molekul revolusioner yang dapat membantu mengatasi gangguan pigmentasi pada kulit."

Molekul yang telah dipatenkan L'Oreal ini dikembangkan dan diuji melalui model kulit rekonstruksi berpigmen secara in-vitro (EPISKIN). Itu merupakan inovasi metode alternatif tanpa pengujian hewan yang telah diadaptasi perusahaan tersebut selama lebih dari 30 tahun.

Akash menjelaskan, "Penelitian tentang Melasyl telah dilakukan selama hampir 20 tahun di 13 negara. Molekul ini merupakan 1 dari 100 ribu molekul yang kami uji, hingga akhirnya kami menemukan Melasyl."

4 dari 4 halaman

Fokus pada 2 Elemen Kunci

Upaya penemuan Melasyl, Akash menjelaskan, difokuskan pada dua elemen kunci. "Yang pertama adalah memahami seluruh kompleksitas pigmentasi kulit untuk benar-benar berdampak pada kelompok konsumen yang beragam. Kedua, memahami molekul terbaik yang dapat mengatasi kebutuhan ini," ucap dia.

Melasyl kini jadi bahan aktif produk L'Oreal Paris Glycolic Bright Instant Glowing Face Serum, serta La Roche-Posay Mela B3 Dark Spot Serum dan Mela B3 UV Daily Moisturizer SPF 30.

"Di Indonesia," Akash menyambung. "EI Center sangat berperan penting dalam mengevaluasi klaim efektivitas produk hingga pengalaman sensorik dari produk yang mengandung Melasyl, seperti aspek tekstur dari formula tersebut untuk memastikan produk ini nyaman dan mudah digunakan konsumen kami di Indonesia."

Pusat evaluasi L'Oreal di Indonesia ini merupakan salah satu dari 13 fasilitas serupa yang tersebar di seluruh dunia. Tahun ini, fasilitas ini disebut telah melibatkan lebih dari 12,5 ribu orang dalam berbagai studi pengujian produk untuk memahami tren kecantikan dan kebutuhan lokal.

Dari jumlah ini, sekitar sembilan ribu perempuan ikut serta dalam pengujian produk perawatan kulit dan rambut, dua ribu orang dalam proses analisis tren digital, dan melibatkan 1.500 dokter spesialis kulit.Â