Liputan6.com, Jakarta - Seiring perkembangan zaman, Anda dapat mencari jodoh dengan beragam cara dan alah satunya via dating app alias aplikasi kencan online. Belakangan, muncul laporan bahwa pengguna aplikasi kencan itu menurun.
Mengutip CNN pada Desember 2023, Jumat, 26 September 2024, berdasarkan laporan Pew Research Center, pada 2023 lebih dari 36 juta orang Amerika mengunduh aplikasi kencan. Angka ini turun dua persen dari tahun sebelumnya dan 16 persen dari angka tertinggi pada 2020, menurut penyedia analisis seluler data.ai, yang melacak tren di pasar seluler.
Sebanyak tiga dari 10 orang Amerika mengatakan bahwa mereka pernah menggunakan dating app, menurut Pew. Bagi mereka yang berusia di bawah 30 tahun, termasuk Gen Z berusia 18--25 tahun pada saat survei dilakukan, aplikasi kencan bahkan lebih umum digunakan, yakni 53 persen dilaporkan menggunakannya.Â
Advertisement
Namun, tren penurunan itu tak menghentikan Muzz memasuki pasar Indonesia. Mengklaim diri sebagai aplikasi pencari jodoh muslim yang diluncurkan pada 2019, aplikasi itu menawarkan pendekatan berbeda karena bukan untuk memfasilitasi kencan semata, melainkan pernikahan.
Shahzad Younas selaku CEO Muzz App menyebut penggunaan aplikasinya berkembang pesat di kalangan muslim. "Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya orang serius mencari pasangan. Terlebih lagi, aplikasi mainstream pencari jodoh yang lain berubah menjadi tempat para penggunanya untuk bermain-main mencari pasangan," katanya dalam jumpa pers secara daring, Rabu, 25 September 2024.
"Prinsip yang dianut Muzz berpegang teguh membantu umat Muslim mencari pasangan. Pengguna Muzz tidak boleh melanggar prinsip, apabila terdapat pelanggaran maka akan dikeluarkan dari platform," sambungnya.
Apakah Menggunakan Muzz Keamanan Terjaga?
Younas menjelaskan Muzz awalnya hadir dalam bentuk laman pencari jodoh pada 2011. Baru pada 2015, mereka meluncurkan aplikasi. Telah beroperasi sekitar sepuluh tahun, Younas mengatakan bahwa banyak penggunanya berhasil mencapai jenjang pernikahan, sekitar 600 ribu pengguna. Rata-rata penggunanya berusia antara 26--27 tahun.
Muzz hadir dengan menawarkan fitur premium dan nonpremium. Fitur premium disiapkan untuk mereka yang ingin lebih cepat mendapatkan pasangan. Namun, hampir 90 persen pengguna di Indonesia khususnya dan dunia umumnya tidak menggunakan fitur tersebut. Mereka melihat profil, merasa cocok dengan orang tersebut langsung menikah.Â
"Rata-rata para pengguna kami memerlukan waktu enam bulan untuk menemukan pasangan. Namun para pengguna premium, mereka memerlukan waktu tiga bulan menemukan pasangan, artinya fitur premium sangat membantu dalam memfilter orang yang mereka inginkan," ia menjelaskan.
"Para pengguna pria biasanya menggunakan fitur ini untuk bisa mengirim pesan secara langsung kepada pengguna wanita, namun semua ini opsional,"Â imbuh Younas.
Advertisement
Percakapan Pengguna Dipantau dan Gunakan AI
Younas membeberkan beberapa kelebihan dari aplikasi pencari jodoh itu. Pertama adalah pihaknya memantau segala percakapan para pengguna untuk memastikan keamanan pengguna lain di platform tersebut.
Kedua, terkhusus para wanita, Muzz membiarkan mereka untuk memilih foto yang bersifat privasi atau tak terlihat dan bisa mengatur untuk siapa saja foto bisa dilihat. Ketiga, jika seseorang menggunakan bahasa yang tidak sopan, akunnya akan otomatis dihapus dan diblokir. "Kami membuat mereka sangat mudah dideteksi untuk dilaporkan kepada tim kami,"Â ucap Younas.
Younas juga mengaku bahwa platform tersebut berbasis di London secara global, terdapat 30 wanita setiap harinya akan mengelola dan bertanggung jawab memastikan laporan para pengguna direspons. Ketika mendaftar, pengguna aplikasi akan mengisi data diri secara lengkap agar jika terjadi pelanggaran, dengan mudah dideteksi secara langsung.
"Ketika pengguna mendaftarkan diri di Muzz, kami akan meminta mereka mengisi data diri seperti email dan foto selfie, dan kami memiliki AI untuk mengetahui apakah mereka adalah orang asli atau scamming. Dan jika kami menemukan orang yang tidak baik, kami akan memblokir email, nomor HP, bahkan device yang mereka gunakan, jadi sangat sulit untuk mereka kembali ke Muzz,"Â jelas Shahzad.
Beri Kontrol pada Pengguna Wanita
Younas mengatakan bahwa masalah yang dihadapi wanita dan pria saat mencari jodoh berbeda. Ia menyebut sebagian besar wanita tahu apa yang mereka inginkan sedangkan pria tidak. "Sehingga, fitur kami prioritas untuk wanita. Banyak Muslim harus mengetahui bagaimana berbincang dengan lawan jenis, terlebih lagi tentang apa yang penting dan tidak," ungkap Shahzad Younas.
Muzz menyediakan fitur khusus pengguna wanita yang mengizinkan pengguna pria menelpon atau tidak. Ke depan, pihaknya berencana mengembangkan pembatas waktu perbincangan dengan sesama pengguna lantaran banyak pengguna yang mengharapkan perbincangan setiap saat, namun ternyata tidak sesuai ekspektasi.
"Tidak semua pengguna dapat berbincang setiap saat, ini dapat merusak kesehatan mental pengguna kami, ke depannya mungkin akan kami batasi," ujarnya.
Pengguna saat ini hanya bisa berbicara dengan lima orang per hari. Pihaknya mengatur agar mereka tidak bisa melihat profil orang lain di aplikasi itu sehingga bisa lebih fokus pada lima orang tersebut.
"Hal inilah yang membuat kami berbeda dengan aplikasi dating app yang lain, dan kami akan mengadakan kampanye di berbagai negara lainnya, seperti Malaysia, Australia dan melakukan pertemuan," ungkap Younas.
Advertisement