Sukses

Jalani Tantangan CrossFit Ekstrem, Lengan Perempuan AS Nyaris Meledak karena Keracunan Darah

Dalam menjalani tantangan CrossFit, perempuan itu harus menyelesaikan 100 kali pull-up untuk melatih otot lengannya. Bukannya sehat, ia justru mengalami keracunan darah.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita asal Carolina Selatan, Amerika Serikat, terpaksa dirawat di rumah sakit setelah lengannya nyaris 'meledak' saat dia melakukan pull-up sebagai rangkaian rutinitas olahraga Crossfit intensitas tinggi.

"Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi," Jessica Johnson, 25, mengatakan kepada Kennedy News Agency tentang insiden yang terjadi bulan lalu, dikutip dari NY Post, Senin (30/9/2024). "Saya sangat terkejut dan tidak menyangka hal ini bisa terjadi."

Penggemar Crossfit itu dilaporkan berpartisipasi dalam Murph Challenge, sebuah program pelatihan fisik yang rangkaiannya terdiri dari lari satu mil, 300 squat, 200 push-up dan 100 pull-up, dan kemudian berlari satu mil lagi setelahnya. Namun, tubuh Johnson tak bisa menahan tekanan selama fase pull-up.

"Saya melakukan 10 set yang terdiri dari lima pull-up," kenang petugas kesehatan tersebut.

Ia lalu 'meninggalkan gym dalam keadaan cukup lelah' karena sudah lama tidak melatih lengannya seperti itu. Keesokan harinya, lengan Johnson terasa sangat sakit dan bengkak, sesuatu yang belum pernah dia alami sebelumnya.

Meskipun merasa sangat bersemangat, penyuka gym itu awalnya tidak memikirkan apa pun tentang hal itu. "Saya pikir, 'Saya sudah lama tidak melakukan pull-up, ini adalah latihan yang berat, mereka akan mengempes, tidak apa-apa," ujar Johnson.

Namun ketika pergi mandi dan menggosok gigi, Johnson menyadari bahwa dia tidak bisa meluruskan lengannya sepenuhnya. Lengannya malah makin membengkak hingga seperti nyaris meledak. Orang-orang pun membandingkannya dengan karakter Hulk.

 

 

2 dari 4 halaman

Terkena Rhabdomyolysis Akibat CrossFit Ekstrem

Orang-orang sekitarnya mengira perubahan fisik itu karena ia 'terlalu bersemangat' berolahraga atau semacamnya. Namun, kondisi fisiknya menunjukkan hal berbeda. Bahkan, warna air seninya juga berubah menjadi 'aneh'.

"Warnanya lebih gelap, hampir seperti warna jeruk," kata Johnson. "Saya minum banyak air tetapi saya tidak banyak buang air kecil sepanjang hari."

Merasa aneh dengan tubuhnya, perempuan itu akhirnya pergi ke rumah sakit. Dokter melihat lengan Johnson dan memerintahkannya untuk segera pergi ke UGD.

Tes darah dan pemeriksaan lainnya menunjukkan bahwa 'ledakan' tubuh Johnson yang ekstrem disebabkan oleh rhabdomyolysis, suatu kondisi yang mengancam jiwa karena otot rusak dan melepaskan bahan kimia beracun ke dalam aliran darah. Kondisi itu seringkali disebabkan oleh olahraga intensitas tinggi, yang diyakini oleh para dokter seperti yang terjadi pada Johnson.

Rhabdo tak bisa dianggap sepele karena dapat mengakibatkan kegagalan organ dan bahkan kematian. "Dalam rhabdomyolysis, sel-sel Anda pada dasarnya meledak di otot Anda," kata Johnson. "Ini seperti keracunan darah karena tubuhmu tidak bisa menyaringnya."

3 dari 4 halaman

Lengan Nyaris Diamputasi

Dokter hampir harus memotong lengannya untuk meredakan pembengkakan, tindakan yang menurutnya berlebihan pada saat itu. Para dokter juga mengkhawatirkan kerusakan ginjal jangka panjang, yang merupakan komplikasi umum dari rhabdo yang dapat memaksa orang untuk menjalani cuci darah.

Beruntungnya, organ ginjal Johnson tidak rusak sama sekali. "Mereka (dokter) sangat terkejut," katanya. "Mereka terus mengatakan kepada saya 'kami tidak tahu bagaimana Anda tidak mengalami kerusakan ginjal saat ini dengan seberapa tinggi nilai ginjal Anda'."

Johnson, yang mengalami beberapa kerusakan hati, keluar dari rumah sakit empat hari setelah dirawat dan mengaku kini telah 'sembuh total'. Namun, dokter menyarankan penggila latihan kebugaran untuk menunggu beberapa saat sebelum berolahraga lagi dan melakukan olahraga ringan alih-alih 'latihan gila-gilaan'.

Mengingat cobaan berat yang mengancam nyawanya, Johnson menyerukan moratorium dalam melakukan Murph Challenge, dengan menyatakan bahwa dia sekarang lebih rentan terhadap rhabdo karena pernah mengalaminya sebelumnya.

"Ini adalah peringatan bagi saya untuk sedikit bersantai," kata perempuan itu seraya berencana hanya akan melakukan lari, jalan kaki, dan latihan pilates yang lembut setelah insiden tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Hampir Meninggal Usai Angkat Beban 90 Menit

Tidak hanya Jessica Johnson, seorang remaja asal Amerika Serikat juga hampir meninggal karena berolahraga berat tanpa mengukur kemampuan diri. Dikutip dari kanal Health Liputan6.com, remaja berusia 17 tahun asal Texas, Amerika Serikat, bernama Jared Shamburger itu baru saja bergabung di gym.

Namun, ia berambisi mengikuti jejak ayah dan kakaknya yang berhasil dalam menjalankan latihan angkat beban selama bertahun-tahun. Ia pun mencoba berlatih angkat beban selama 90 menit, tetapi tubuhnya malah nyeri dan bengkak. Rasa nyeri dan bengkak itu bertahan lama.

"Oh, ini benar-benar sangat sakit," kata Jared, dikutip dari CBS News, Senin, 4 Juni 2018. "Semuanya sakit. Rasanya sakit saat disentuh, dan juga bengkak."

Ibu Jared khawatir terhadap kondisi anaknya. Ia mulai mencari gejala sakit yang dialami Jared secara daring. "Aku segera memanggil dokter anak dan berkata, 'Aku berpikir, anakku terkena rhabdo (rhabdomyolysis)," ucap ibu Jared.

Dugaan sang itu terbukti. Dokter mendiagnosis Jared mengalami rhabdomyolysis. Kondisi ini ditandai dengan kerusakan jaringan otot yang mengarah pada pelepasan isi serat otot ke dalam darah.  Jared akhirnya dirawat di rumah sakit selama lima hari. Ia diperkirakan akan sembuh total.

 

Â