Sukses

Mengulik Tren Kopi di Bawah Bayang-Bayang Krisis Iklim

Kendati dihadapkan dengan berbagai tantangan seputar krisis iklim, permintaan kopi di pasar terus menunjukkan tren positif, menurut data Tokopedia dan ShopTokopedia.

Liputan6.com, Bandung - Kopi sayangnya tidak bisa mengecualikan diri dari dampak krisis iklim. Pada 2050, kemampuan menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi diperkirakan akan menurun, yang kemudian berdampak pada rasa dan aroma kopi, lapor Anadolu Agency, dikutip Kamis (3/10/2024).

Jadi, bagaimana tren kopi berkembang di bawah bayang-bayang perubahan iklim? Pemilik Fugol Coffee Roasters, Jhon Richard Christhoper, mengatakan bahwa produsen dan pertani kopi tengah berusaha mengembangkan varietas-varietas kopi yang lebih tahan terhadap iklim dan perubahan cuaca ekstrem.

"(Itu) terlihatnya dari kompetisi (kopi dunia)," ungkap dia pada Lifestyle Liputan6.com di sela media trip Tokopedia dan ShopTokopedia ke Kelompok Tani Wanoja Coffee di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa, 1 Oktober 2024. "Ada varietas-varietas (kopi) yang namanya Maragogipe, Liberica, Excelsa, atau Sudan Rume."

Negara-negara, seperti Kolombia, Ethiopia, dan Panama, kata Jhon, memimpin kemunculan varietas-varietas kopi tersebut. "Jadi, (ekosistem kopi dunia) sekarang mencari bagaimana caranya bisa menanam tidak di lahan terbuka, jadi mereka (menanam kopi di) rumah kaca."

Mengamini itu, Founder Herd Coffee Roasters, Andri Hardian, menyebut bahwa perubahan iklim sangat berdampak pada industri kopi. "Tapi, manusia akan selalu punya jalan untuk menyelesaikan masalah," katanya optimis di sela workshop Tokopedia dan ShopTokopedia di Sumthin' Else from Herd, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 2 Oktober 2024.

Andri menjelaskan, "Kopi harus tumbuh di kebun yang suhunya 16 sampai 20 derajat Celcius sepanjang tahun. Suhu tersebut (umumnya) ditemukan di pegunungan tropis dan subtropis, tapi setahun terakhir, saya mulai menemukan sejumlah origin kopi yang 10 tahun lalu kita tidak pernah terpikir (kopi bisa) ditanam di situ."

2 dari 4 halaman

Munculnya Wilayah-Wilayah Baru Penghasil Kopi

Wilayah-wilayah baru penghasil kopi yang dimaksud Andri adalah Australia; California, Amerika Serikat (AS); Taiwan; dan China. "China itu di Yunan," ungkapnya. "Sepuluh tahun lalu, wilayah itu terlalu dingin untuk menanam kopi. Karena perubahan iklim, suhu mereka naik, kemudian bisa dipakai menanam pohon kopi."

"Maka itu, nantinya akan terjadi perubahan (wilayah) asal kopi. Tadinya fokusnya di negara-negara tropis, seperti Kenya, Ethiopia, Indonesia, dan Amerika Latin, itu akan berubah ke negara-negara subtropis, seperti China, Australia, dan Amerika Utara."

Merespons itu, apa yang sebaiknya dilakukan Indonesia untuk tetap jadi pemain di industri kopi dunia? Andri berpendapat, "Indonesia harus lebih fokus ke sains pascapanen."

"Jadi dengan bahan yang tidak terlalu berkualitas, bagaimana teknologi fermentasi terbaru bisa membuat rasa kopi jadi lebih enak. Ini sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Kolombia. Di Indonesia sudah mulai, tapi belum semasif di Kolombia."

Prosesnya, Andri menjelaskan, setelah ceri dipetik, para ilmuwan meneliti penggunaan bakteri terbaik untuk memfermentasi kopi, sehingga cita rasa dan aromanya jadi lebih enak. "Salah satu yang paling sering dilakukan adalah carbonic maceration," ujar dia.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Meningkatkan Ilmu Pertanian Kopi

Andri membeberkan, carbonic maceration dilakukan dengan cara memasukan ceri ke tangki, kemudian oksigen di dalamnya dikeluarkan. "Setelah oksigen dicabut, dimasukkanlah karbon dioksida. Otomatis bakteri di dalamnya hanya (bakteri) yang bisa hidup di area dengan CO2," ucapnya.

"Bakteri tersebut akan membuat kopi konsisten sepanjang tahun, karena kita sendiri yang menciptakan lingkungan untuk memfermentasi (biji) kopi," Andri mengatakan. "Di Indonesia, kebanyakan setelah dipetik langsung dijemur di bawah matahari. Otomatis, kita tidak pernah tahu bakteri mana yang datang."

Dengan meningkatkan ilmu pertanian kopi, industri kopi Indonesia akan terselamatkan, menurut dia. Kendati dihadapkan dengan berbagai tantangan, permintaan kopi di pasar terus menunjukkan tren positif.

Head of Communications E-commerce Tokopedia and ShopTokopedia, Aditia Grasio Nelwan, mengatakan bahwa kopi merupakan salah satu produk paling laris sepanjang kuartal III 2024 di kategori Groceries. "Produk-produk kopi terlaris, yaitu Arabika Mandailing, Arabika Gayo, Robusta Toraja Rantebua, Arabika Malabar, dan Robusta Lampung," katanya saat jumpa pers di kawasan Braga, Bandung, Jawa Barat, Senin, 30 September 2024.

4 dari 4 halaman

Kampanye Beli Lokal

Aditia berkata, "Kampanye Beli Lokal di Tokopedia turut mendorong pertumbuhan penjualan produk makanan dan minuman, seperti kopi bubuk, yang tercatat naik hampir dua kali lipat, jika dibandingkan periode sebelum kampanye berlangsung."

"Bahkan," ia menyambung. "Rata-rata kenaikan penjualan pelaku usaha makanan dan minuman yang mengikuti kampanye Beli Lokal di Tokopedia mencapai lebih dari sembilan kali lipat jika dibandingkan periode sebelum bergabung dengan kampanye tersebut."

Sementara di ShopTokopedia, jumlah pelaku usaha kopi yang bergabung naik hampir 1,5 kali lipat selama kuartal III 2024 dibandingkan kuartal II 2024. Jumlah transaksi di subkategori kopi naik lebih dari 1,5 kali lipat dari periode yang sama.

"Kampanye Beli Lokal mendorong produk kopi, keripik, cokelat dan snack cokelat, kue, juga hotpot instan jadi yang paling diburu masyarakat pada kategori Makanan dan Minuman di ShopTokopedia," sebut Aditia.

"Melalui beragam inisiatif, Tokopedia dan ShopTokopedia akan terus berkolaborasi dengan mitra strategis untuk membantu UMKM dan pelaku usaha lokal dari berbagai industri, termasuk industri kopi lokal, agar dapat berkontribusi terhadap perekonomian digital nasional, serta menciptakan peluang dan memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia, termasuk para petani kopi," tandasnya.