Sukses

Bandara Miyazaki Jepang Kembali Beroperasi Usai Bom Perang Dunia II Meledak

Otoritas menyebut ledakan bom Perang Dunia II di Bandara Miyazaki menyebabkan 80 penerbangan dibatalkan yang berdampak pada 3.400 penumpang.

Liputan6.com, Jakarta - Layanan penerbangan di Bandara Miyazaki Jepang kembali dilanjutkan setelah insiden bom AS yang tidak meledak pada Perang Dunia II, meledak kurang dari satu menit setelah sebuah pesawat jet penumpang melintas. Ledakan itu membuat lubang di landasan pacu berdiameter beberapa meter.

Insiden yang terjadi pada Rabu, 2 Oktober 2024 itu menyebabkan 80 puluh penerbangan dibatalkan dan berdampak pada lebih dari 3.400 penumpang. Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka.

Rekaman yang diperoleh AFP menunjukkan segumpal tanah terlontar setidaknya 10 meter ke udara di tepi jalur taksi di bandara di Pulau Kyushu itu. Berdasarkan penyelidikan tim penjinak bom Pasukan Bela Diri (SDF), disimpulkan bahwa itu adalah 'bom seberat 250 kilogram buatan AS'.

Amunisi AS lain yang belum meledak juga sempat ditemukan pada 2011 dan 2021 di bandara itu, serta lokasi konstruksi di dekatnya pada 2009. Bandara Miyazaki di Jepang selatan mulanya dipakai sebagai sebagai pangkalan angkatan laut kekaisaran Jepang pada 1943. Dari sana, mereka menerbangkan lusinan pesawat "kamikaze" untuk misi bunuh diri.

Sebelum bom nuklir dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima pada 1945, Angkatan Udara AS membombardir puluhan kota di Jepang. Ratusan ribu warga terbunuh, termasuk sekitar 100.000 orang di Tokyo dalam satu malam saja pada Maret 1945.

Hingga April 2024, militer dengan aman memindahkan 2.348 perangkat yang tidak meledak, 441 di antaranya berada di wilayah selatan Okinawa, menurut SDF. Okinawa merupakan wilayah konflik besar dengan sekitar 200.000 korban jiwa, 60 persen di antaranya warga sipil. Lebih dari 1.800 ton bom yang belum meledak diperkirakan tersebar di wilayah tersebut.

"Sebagian besar adalah bom AS dari Perang Dunia II, namun beberapa di antaranya merupakan sisa dari militer Jepang," kata juru bicara kantor staf gabungan kepada AFP, dikutip Jumat (4/10/2024).

 

2 dari 4 halaman

Bandara Haneda Jepang Ditambahi Lampu

Masih dari Jepang, Bandara Haneda Tokyo memasan lampu status landasan pacu baru di taxiway C5 dekat lokasi tabrakan fatal antara pesawat Japan Airlines dan pesawat penjaga pantai Jepang pada Januari 2024. Itu adalah lampu merah yang tertanam di landasan pacu dan taxiway yang menyala untuk memperingatkan pilot, ketika dua pesawat lepas landas dan mendarat di landasan yang sama, atau ketika dua pesawat mungkin memasuki landasan pacu pada waktu yang sama.

Berdasarkan diskusi oleh komite ahli luar untuk penanggulangan kecelakaan, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata memutuskan untuk memasang dan memperluas sistem di bandara ini dan empat bandara besar, yakni Narita, Haneda, Chubu dan Kansai. Sistem ini sudah dipasang di beberapa bagian bandara New Chitose, Itami, Fukuoka dan Naha.

Mengutip The Star Malaysia, pekerjaan pada 2 Oktober 2024 dimulai tepat sebelum jam 1 pagi waktu setempat. Prosesnya berjalan selama dua hari dengan Runway C ditutup pada malam hari setiap minggunya.

Para pekerja menggali sebagian taxiway C5 sedalam sekitar 30cm dan memasang tiga alas untuk lampu berdiameter sekitar 20cm, serta pipa. Pada pukul 05.30, area tersebut telah diisi dan diaspal ulang.

Sekitar 1.500 lampu rencananya akan dipasang di runway A, B, C dan taxiway di Bandara Haneda. Pengoperasian lampu status landasan pacu dijadwalkan dimulai di taxiway C5 pada Maret 2028. Tujuh bandara lainnya akan beroperasi penuh pada akhir tahun fiskal 2030.

3 dari 4 halaman

Insiden Tabrakan Pesawat Japan Airlines dan Pesawat Penjaga Pantai Jepang

Pada Selasa petang, 2 Januari 2024, sebuah pesawat milik maskapai Japan Airlines dengan penumpang masih di dalamnya terbakar di landasan pacu Bandara Haneda Tokyo, Jepang. Pesawat itu terbakar setelah bertabrakan dengan pesawat Penjaga Pantai, demikian laporan Nippon TV yang dikutip DW.

Tayangan langsung di lembaga penyiaran publik NHK menunjukkan api keluar dari jendela pesawat Japan Airlines. Juru bicara Japan Airlines mengatakan pesawat yang berangkat dari Bandara Shin-Chitose di Hokkaido itu membawa lebih dari 300 penumpang.

Pesawat dengan nomor penerbangan 516 ini itu terhenti, kemudian perosotan darurat terbuka dan orang-orang berlarian keluar. Menurut klaim pihak Japan Airlines, pesawat tersebut memuat 379 orang penumpang dan kru. Semuanya dikabarkan dalam keadaan selamat.

Semua landasan pacu Bandara Haneda telah ditutup sejak sekitar pukul 6 sore waktu setempat. Beberapa penerbangan dialihkan ke Bandara Narita di Prefektur Chiba. Rekaman media Jepang NHK menunjukkan petugas pemadam kebakaran tengah berupaya memadamkan api yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut. 

Lima orang penumpang pesawat penjaga pantai meninggal dunia. Namun, tidak ada satu pun penumpang pesawat Japan Airlines yang terluka parah ataupun kehilangan nyawa.

4 dari 4 halaman

Aksi Awak Kabin Tuai Pujian

Saat asap memenuhi bagian dalam kabin, para awak kabin dengan sigap menggunakan megafon untuk menenangkan dan mengarahkan para penumpang yang panik agar segera keluar dari pintu darurat. Mereka mengarahkan secara manual setelah sistem pengumuman di pesawat tak berfungsi setelah tabrakan terjadi.

Mengutip CNN, Rabu, 3 Januari 2024, seluruh 379 penumpang yang ikut penerbangan itu, termasuk delapan anak di bawah usia 2 tahun, berhasil dievakuasi dengan selamat. Banyak ahli penerbangan yang menganggap hal itu sebagai keajaiban di dunia penerbangan.

"Aku dengar ledakan sekitar 10 menit setelah semua orang dan aku keluar dari pesawat," kata penumpang bernama Tsubasa Sawada (28) kepada Reuters. "Aku hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah keajaiban, kami bisa saja meninggal bila kami telat."

Pihak maskapai mengatakan empat dari seluruh penumpang pesawat yang dievakuasi langsung dilarikan ke rumah sakit. Namun, luka terparah yang dilaporkan adalah lebam-lebam yang dialami seorang penumpang.

Aksi para awak kabin yang bisa memobiliasi seluruh penumpang dengan cepat diapresiasi banyak pihak. "Masih terlalu dini untuk mengomentari secara spesifik insiden tersebut, tetapi yang jelas adalah bahwa para kru tampil dengan cara yang patut dicontoh," kata Steven Erhlich, Ketua PilotsTogether, sebuah badan amal yang didirikan di masa pandemi untuk mendukung para kru.