Sukses

Video TikTok Tentara Israel Berpotensi Buktikan Kejahatan Perang di Gaza

Al Jazeera mengatakan, mereka dapat melacak nama, pangkat, dan unit militer dari banyak tentara setelah menyusun data dari "lebih dari 2,5 ribu akun media sosial, yang berisi foto dan video yang diunggah tentara Israel."

Liputan6.com, Jakarta - Tentara Israel dituduh melakukan pelanggaran yang meluas di Gaza, termasuk potensi kejahatan perang, menurut foto dan video yang mereka unggah, bagikan, dan rayakan di akun media sosial. Itu dibahas dalam dokumenter yang diterbitkan Unit Investigasi Al Jazeera, Kamis, 3 Oktober 2024.

Melansir Middle East Eye, Sabtu, 5 Oktober 2024, tayangan itu mengungkap pasukan Israel secara rutin membagikan pelanggaran yang mereka lakukan di berbagai platform digital. Ini termasuk TikTok, Instagram, YouTube, dan Facebook.

Kejahatan tersebut berkisar dari perusakan dan penjarahan tidak beralasan, hingga pembongkaran seluruh lingkungan dan kemungkinan pembunuhan yang melanggar hukum. Al Jazeera mengatakan, mereka dapat melacak nama, pangkat, dan unit militer dari banyak tentara setelah menyusun data dari "lebih dari 2,5 ribu akun media sosial, yang berisi foto dan video yang diunggah tentara Israel."

Pengacara hak asasi manusia Rodney Dixon, yang menonton pemutaran awal dokumenter tersebut, menyebutnya "harta karun yang sangat jarang Anda temukan." Dixon mengatakan, dokumenter tersebut mungkin relevan dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), dengan mengklaim bahwa tayangan tersebut memuat materi yang akan "membuat para jaksa menjilat bibir mereka."

Para pemimpin Israel dan Hamas saat ini menghadapi berbagai tuduhan di hadapan ICC atas peran mereka dalam dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama serangan militer di Gaza. Pada Mei 2024, jaksa ICC Karim Khan mengajukan permohonan surat perintah penangkapan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, serta para pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh, dan Mohammed Deif.

2 dari 4 halaman

Dukung Investigasi Sebelumnya

Dokumenter Al Jazeera juga mendukung investigasi sebelumnya yang menyoroti bagaimana warga sipil Palestina secara rutin dibunuh penembak jitu Israel. Pada Januari 2024, Middle East Eye melaporkan bahwa seorang penembak jitu Israel menembak mati seorang perempuan tua Palestina yang cucunya memegang bendera putih.

Mengomentari dugaan pelanggaran yang ditampilkan dalam dokumenter tersebut, Dixon berkata, "Hanya karena seorang warga sipil berada di area yang sedang terjadi pertempuran, bukan berarti mereka jadi sasaran yang sah. Jika mereka terlibat dalam permusuhan pada saat tertentu, ya, mereka kehilangan status sipil mereka, mereka dapat jadi sasaran."

"Namun, Anda harus menunjukkan bukti bahwa mereka mengancam Anda," katanya. "Ini berpotensi jadi masalah yang harus dikaji Mahkamah Pidana Internasional."

Dokumenter tersebut juga merujuk pada satu video yang diunggah ke YouTube oleh seorang anggota Batalion Pasukan Terjun Payung ke-202 Israel. Di sana, tampak tiga pria Palestina tidak bersenjata ditembak mati oleh penembak jitu Israel.

Jenderal pensiunan angkatan darat Inggris Charlie Herbert mengatakan, "sangat luar biasa" seorang tentara Israel mengunggah video tersebut ke YouTube. "Tingkat impunitasnya," katanya. "(Mungkin) ada target yang sah, tapi bagi saya, itu tidak terlihat seperti itu."

3 dari 4 halaman

Serangan Lain Tentara Israel

Ketika mengomentari insiden seorang tentara Israel meledakkan sebuah gedung, Herbert berkata, "Fakta bahwa mereka dapat memasang bahan peledak di gedung-gedung ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa saat ini tidak ada ancaman dari gedung-gedung tersebut."

Dokumenter ini juga mengungkap bagaimana satuan tentara Israel menghancurkan Khirbet Khaza'a, sebuah kota kecil di seberang tembok pembatas yang memisahkan Gaza dari kibbutz Israel di Nir Oz, yang diserang pada 7 Oktober 2023.

Seorang tentara mengunggah video di Facebook yang diiringi musik, memperlihatkan penghancuran kota itu, disertai suara latar yang mengatakan, "Kami pergi dengan gembira untuk menghancurkan desa Nazi. Kami bekerja keras selama dua minggu. Kami meledakkan seluruh desa."

Di akhir operasi, para tentara mengunggah foto-foto sebelum dan sesudah penghancuran. Menurut video terpisah yang diunggah di Instagram, tentara Israel terlihat meninggalkan tempat kejadian dengan membawa pesan yang berbunyi, "Misi berhasil. Kami menghancurkan seluruh desa sebagai balas dendam atas apa yang mereka lakukan terhadap Kibbutz Nir Oz."

4 dari 4 halaman

Pengakuan Mantan Tahanan Penjara Israel

Bill Van Esveld, seorang direktur hak anak di Human Rights Watch, mengatakan bahwa penghancuran properti sipil dalam skala besar yang tidak perlu dilarang oleh Konvensi Jenewa dan Statuta Roma ICC. Dokumenter tersebut juga memuat kesaksian dari Fadi Bakr, seorang mantan tahanan di kamp tahanan Sde Teiman di Israel selatan.

Setelah membagikan kisah pribadinya tentang penahanan dan penyiksaan yang dialami, Bakr menggambarkan bagaimana ia menyaksikan tentara Israel "mengatur" pemerkosaan terhadap salah satu rekan tahanannya oleh seekor anjing.

"Mereka (pasukan Israel) memaksanya (tahanan Palestina) dalam posisi tengkurap. Mereka mengikat tangan dan kakinya. Ada sekitar delapan atau sembilan tentara. Mereka menelanjanginya. Seorang kapten datang dan menyemprotkan sesuatu ke punggungnya. Ada seekor anjing di sana. Mereka melepaskan anjing itu padanya. Anjing itu memperkosa pemuda itu. Anjing itu memperkosanya, secara harfiah. Pemerkosaan."

"Mustahil ada orang yang pernah mendengar atau melihatnya, atau bahkan bisa dibayangkan oleh pikiran manusia," tambahnya.