Sukses

Sosok Brian Armstrong, Miliarder Curi Perhatian Setelah Mengungkap Foto Pernikahan

Brian Armstrong dituduh sudah lebih dulu menikah dan bercerai dari aktris Indonesia, Raline Shah, sebelum meminang perempuan bernama Angela Meng.

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Brian Armstrong tengah jadi sensasi dunia maya setelah ia membagikan foto pernikahan dengan perempuan bernama Angela Meng di akun X-nya, dulunya Twitter, Rabu, 9 Oktober 2024. Pasalnya, pengusaha berusia 41 tahun itu dituding pernah menikah, kemudian bercerai, dengan aktris Indonesia, Raline Shah.

Mendapati kabar liar itu, Armstrong kembali turun ke media sosial untuk membantah tuduhan tersebut. Di lanjutan unggahan X-nya, ia menulis, "Melihat beberapa informasi yang salah di luar sana. Saya belum pernah menikah sebelumnya. Namun, terima kasih atas perhatian kalian 🤷."

Armstrong sendiri bukanlah nama asing, terutama di dunia mata uang kripto. Sebagai salah satu pendiri dan CEO Coinbase, ia telah berperan penting dalam menjembatani kesenjangan antara dunia aset digital yang misterius dengan konsumen sehari-hari, melansir FinTech Magazine, Kamis (10/10/2024).

"Perjalanan dari seorang insinyur perangkat lunak jadi maestro kripto merupakan bukti dari visi dan kemampuannya menavigasi 'perairan' tidak pasti dari industri yang sedang berkembang," menurut outlet tersebut. Coinbase juga telah memainkan peran penting dalam mengedukasi masyarakat tentang mata uang kripto dan teknologi blockchain.

Dengan visi dan kepemimpinan Armstrong, Coinbase terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan pasar kripto yang dinamis. Perusahaan ini tidak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnisnya sendiri, tapi juga berkontribusi pada pengembangan ekosistem kripto secara keseluruhan.

Dalam beberapa tahun ke depan, Armstrong dan Coinbase diharapkan akan terus menjadi pemain utama dalam revolusi kripto, membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut dan memperluas akses ke layanan keuangan digital di seluruh dunia. 

2 dari 4 halaman

Terjun ke Dunia Bitcoin

Armstrong terjun ke dunia Bitcoin pada 2010, ketika ia pertama kali membaca whitepaper yang ditulis Satoshi Nakamoto, yang menggunakan nama samaran. Penasaran dengan potensi mata uang digital terdesentralisasi, ia melihat peluang mendemokratisasi keuangan dalam skala global.

"Saya merasa, dunia akhirnya telah menciptakan sesuatu yang lebih baik daripada uang kertas dan emas," kenang Armstrong dalam sebuah wawancara tahun 2020 dengan Crypto Startup School milik Andreessen Horowitz. Momen eureka ini berujung pada lahirnya Coinbase pada 2012.

Armstrong, bersama salah satu pendiri lainnya, Fred Ehrsam, berupaya menciptakan platform yang akan membuat jual beli mata uang kripto semudah perbankan daring. Itu adalah langkah berani dalam industri yang masih terguncang akibat runtuhnya Mt. Gox, yang saat itu merupakan bursa Bitcoin terbesar di dunia.

Coinbase kemudian tumbuh jadi raksasa di dunia kripto. Di bawah kepemimpinan Armstrong, perusahaan telah memperluas layanannya melampaui perdagangan sederhana untuk mencakup investasi institusional, solusi kustodian, bahkan kartu debit Visa yang memungkinkan pengguna membelanjakan aset kripto mereka secara langsung.

 

3 dari 4 halaman

Pencapaian Signifikan

Salah satu pencapaian Armstrong yang paling signifikan terjadi pada April 2021 ketika Coinbase jadi perusahaan mata uang kripto besar pertama yang go public. Perusahaan tersebut mencatat nilai hampir 100 miliar dolar AS pada hari pertama perdagangannya.

Namun, masa jabatan Armstrong bukannya tanpa tantangan. Sifat pasar mata uang kripto yang tidak stabil telah menyebabkan fluktuasi yang signifikan dalam penilaian dan pendapatan Coinbase.

Pada Juni 2022, di tengah penurunan pasar kripto yang lebih luas, perusahaan mengumumkan akan memberhentikan 18 persen tenaga kerjanya. Armstrong bertanggung jawab atas keputusan tersebut, dengan menyatakan dalam sebuah unggahan blog perusahaan, "Kami tumbuh terlalu cepat. Itu tanggung jawab saya, dan saya ingin bertanggung jawab atas hal itu."

Meski mengalami kemunduran, Armstrong tetap optimis terhadap masa depan mata uang kripto dan peran Coinbase dalam membentuknya. Ia telah jadi pendukung vokal untuk kejelasan regulasi di bidang kripto, dengan menyatakan bahwa aturan yang jelas sangat penting untuk pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang industri ini.

"Kami tidak mencoba menghindari regulasi," klaim Armstrong dalam sidang kongres tahun 2023. "Kami mencoba menciptakan platform yang aman, tepercaya, dan patuh hukum bagi orang-orang untuk mengakses teknologi baru ini."

4 dari 4 halaman

Gaya Kepemimpinan Brian Armstrong

Gaya kepemimpinan Armstrong juga menarik perhatian. Dikenal karena pendekatan yang tidak basa-basi terhadap budaya perusahaan, ia jadi berita utama pada 2020 ketika menyatakan Coinbase akannjadi perusahaan yang "berfokus pada misi," yang mencegah aktivisme politik di tempat kerja.

Meski kontroversial, langkah ini sejalan dengan fokus tajam Armstrong pada misi inti perusahaan. Melihat ke masa depan, Armstrong menghadapi tantangan menavigasi lanskap regulasi yang semakin kompleks sambil terus berinovasi di industri teknologi baru yang mulai berkembang.

Munculnya keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) memang menghadirkan peluang, sekaligus ancaman bagi model bisnis Coinbase. Namun, Armstrong tetap optimis.

Ia melihat Coinbase bukan hanya sebagai bursa mata uang kripto, tapi sebagai platform inovasi keuangan. "Misi kami adalah meningkatkan kebebasan ekonomi di dunia," katanya dalam surat pemegang saham, baru-baru ini. "Kami percaya masa depan keuangan terdesentralisasi, dan kami sedang membangun infrastruktur untuk mewujudkan masa depan itu."

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence